Sesuai dengan rencana awal James, dia meminta tes DNA kedua bayi Laura. Dia tidak ingin ada kesalahpahaman di kemudian hari. Sebenarnya dia tidak keberatan menjadi ayah untuk kedua bayi tampan itu. Mereka bagaikan malaikat kecil yang mirip dengan mommy mereka yang bermata biru.
Hari ini adalah hari kedua pasca Laura melahirkan, istrinya masih diobservasi di ruang perawatan. Kedua bayi yang masih belum diberi nama itu hanya dibawa kepada Laura ketika akan disusui, sebagian besar waktu mereka dihabiskan di ruang bayi bersama bayi-bayi lain yang seumuran dengan mereka.
Papi dan kedua abangnya berencana menjenguk bayi-bayi itu hari ini dari Jakarta. Mereka pun sudah mengetahui bahwa kedua bayi itu memiliki dua ayah karena kejadian superfetasi yang langka yang mengalami kejadian tak biasa juga sehingga berbeda ayah.
Siang itu James sedang mengupas mangga untuk Laura. Mereka hanya berdua di ruang perawatan, Reynold masih kuliah jadi tidak merecoki mereka.
Seminggu setelah melahirkan, Laura kembali ke apartment nya di Royal Heritage bersama kedua bayi tampannya dan James. Sesuai kesepakatan awal antara James dan Reynold, mereka merawat anak mereka bersama-sama. Reynold setiap selesai aktivitas di kampus selalu berada di apartment Laura untuk membantu Laura merawat Jacob dan Joshua. James menamai puteranya, Jacob Carson Indrajaya sesuai nama keluarga Laura dan nama keluarganya yaitu Indrajaya. Pangeran kecil generasi ketiga yang paling sulung. Bayi tampan berkulit putih, bermata biru dengan rambut berwarna coklat tua seperti mommy -nya. Namun, struktur tulangnya benar-benar menurun genetik James. Terutama tulang hidung, rahang dan jemari lentiknya yang membuat Laura begitu jatuh cinta. Sungguh perpaduan yang apik di antara kedua orang tuanya. Sedangkan Joshua, putera Reynold, dia pun tampan karena genetik Laura sangat kuat. Bayi itu pun memiliki warna kulit putih sama seperti kakaknya, mata biru dan
Siang itu James menemani abangnya, Leeray untuk mengobrol di coffee shop terkenal yang ada di Mall H. "Abang belakangan ini banyak tinggal di Australia ya?" tanya James sambil mengaduk Caramel Macchiato nya. Leeray menyesap Caffe Americano nya lalu menjawab, "Iya, sudah 5 bulan ini sih, bolak balik Jakarta-Perth. Aku mau cerita sesuatu ke kamu, tapi jangan ngember ya." James mengerutkan alisnya penasaran, ada rahasia apa yang akan diceritakan abangnya itu. "Oohh siap lah Bang. Percaya sama James." Leeray menghela napas dalam sebelum menceritakan rahasia besarnya ke adik bungsunya yang memang seharusnya tahu tentang statusnya saat ini. "Jadi, Abang sudah nikah sama Deasy di Perth." "WHAT?!" seru James shock mendengar perkataan abangnya. "Bang Lee, asli deh ini gila. Kok bisa sih? Ini Papi sama Papa Nico tahu gak? Bang Mike juga apa sudah tahu?" cerocos James dengan penasaran. "Gak ada yang tahu, baru kamu aja yang kuberi t
Keberadaan James dan Reynold banyak membantu Laura dalam merawat kedua bayi tampannya. Kedua pria muda itu sangat bertanggungjawab dalam merawat Jacob dan Joshua. Mereka memandikan, mendandani, dan menggendong bayi-bayi itu di waktu mereka tidak mengerjakan tugas kampus. Selebihnya memang Laura yang merawat kedua bayi itu. Sudah hampir sebulan berlalu sejak hari kelahiran kedua bayi itu, Laura pun harus segera kembali bekerja di kampus. Dia agak merasa bingung dengan pengaturan menjaga kedua bayinya karena James masih menjalani koasistensi reproduksi dan juga asistensi Lab. Mikrobiologi, sedangkan Reynold masih kuliah di semester 5 yang tentunya sangat sibuk. Laura tidak ingin merepotkan kedua papa muda itu. Akhirnya dia menyewa jasa baby sitter profesional untuk membantu menjaga Jacob dan Joshua sementara dia bekerja di kampus. Baby sitter baru itu bernama Mikha, dia masih berusia 22 tahun, tapi pengalaman kerjanya bagus tidak sering berpin
Sore hari berikutnya, James menemani Laura untuk menjalani pemeriksaan rutin di praktek dokter Stella. Dia sudah sangat tak sabar untuk mendengar berakhirnya masa nifas Laura dari mulut dokter Stella. Sudah lama sekali dia tidak berhubungan badan dengan istrinya sejak setengah bulan masa kehamilan akhir hingga 40 hari masa nifas pasca kelahiran. Tubuh Laura sudah mulai ramping, hanya bokong dan payudaranya lebih montok berisi dibandingkan sebelum hamil dulu. Tapi seperti apa pun bentuk tubuh Laura, dia akan tetap tergila-gila padanya. Kalau sudah menyangkut perasaan segalanya terabaikan. Cintanya tidak berubah. Mereka duduk berdampingan di hadapan meja praktek dokter Stella. "Bagaimana kabarnya, Nyonya James?" sapa dokter Stella dengan ramah seraya menyunggingkan senyum manis di wajahnya. "Baik, Dok. Terimakasih." jawab Laura sambil menggenggam tangan James di pangkuannya. "Silakan tidur di bed pasien, Nyonya James. Kita akan periksa kon
Agenda pekerjaan Laura begitu padat pasca cuti melahirkannya berakhir. Mahasiswa bimbingan skripsinya mengantre berderet-deret di lobi Lab.PA menunggu untuk berkonsultasi bimbingan skripsi. Laura pun melayani mereka satu per satu tanpa mengeluh. Dia tahu seperti apa rasanya ketika skripsi dipending karena dosen pembimbingnya tidak ada di tempat. Hari sudah lewat pukul 12.00 siang, seperti biasa Laura melewatkan makan siangnya. Dia lebih memilih untuk melanjutkan review bimbingan skripsi. Tiba-tiba Reynold datang mengunjunginya. Dia berdiri di samping pintu kantor Laura sambil bersedekap. "Kak, maaf, Prof Laura belum beristirahat makan siang. Mungkin nanti bisa dilanjut setelah jam 1 siang." ujar Reynold dengan tegas menegur mahasiswa angkatan semester 7 yang sedang bimbingan skripsi bersama Laura. Reynold pun berjalan ke samping Laura dan menariknya berdiri lalu seolah menyeret Laura keluar dari kantornya dengan menggandeng tangann
Sejak hari Reynold menyeret Laura ke kantin untuk makan siang, gosip tentang siapa ayah bayi kembar non identik Laura tersebar di seluruh penjuru kampus FKH UGM. Mau tak mau James, Laura, dan Reynold pun mendengar gosip itu. Setiap kali Laura lewat muncul bisik-bisik yang menghakimi dirinya karena Reynold adalah mahasiswanya. Saat ini Reynold sudah menjalani kuliah di semester 6. Laura mengajar mata kuliah Patologi Umum yang ada di semester 6. Mereka pun bertemu di kelas. Tentu saja hal itu membuat Reynold tambah bersemangat untuk kuliah karena yang mengajar adalah pujaan hatinya. Pagi itu Laura masuk di ruang 101 untuk mengajar tentang patologi sistem respirasi. Dia mengajar dengan tenang seperti biasa sekalipun beberapa mahasiswi berbisik-bisik, tapi dia tidak mempedulikannya. Sementara Reynold memperhatikan kuliah Laura dengan perhatian penuh. Dia pun mengajukan pertanyaan seputar materi kuliah Laura. Pertanyaan Reynold
Hari yang ditunggu-tunggu oleh James pun tiba. Akhirnya hari ini dia akan mengikuti wisuda pelantikan dokter hewan, setelah menjalani 18 bulan koasistensi profesi. Laura mendampinginya wisuda pelantikan dokter hewan sama seperti saat James mengikuti wisuda sarjana kedokteran hewan dulu. Istrinya yang cantik itu mengenakan kebaya brokat warna hijau toska yang membuat kulit seputih porselennya nampak bercahaya dipadukan dengan kain batik tulis dari Solo. Kali ini, James sudah tidak perlu melihat tutorial dari y*u t*be lagi untuk menyanggul rambut panjang Laura. Dia sudah berpengalaman dengan jemari lentiknya seperti penata rambut profesional. Laura memujinya seraya tertawa melihat betapa indah sanggul yang dibuat oleh suaminya itu. James menambahkan hiasan bunga-bunga di antara sanggul rambut Laura. "Mikha, tolong jaga anak-anak ya! Kami akan segera pulang sesudah wisuda selesai." pesan Laura pada baby sitter anak-anaknya. Mikha pun mengacungkan k
Hari itu Reynold akan menyelesaikan ujian mid semester hari terakhir setelah dia melewati 2 pekan ujian berturut-turut. Rencananya pagi ini dia akan mengunjungi Laura dan kedua bayinya di kantornya terlebih dahulu sebelum mengikuti ujian. Tapi pagi ini ruang kerja Laura masih tertutup dan gelap, tidak biasanya dia bolos kerja. Reynold berpikir bahwa mungkin ada keperluan mendadak atau ada yang jatuh sakit sehingga Laura mengambil cuti. Dia pun segera bergegas menuju ke ruang ujian untuk menyelesaikan ujiannya dengan cepat dan dapat segera menemui Laura. Seusai ujian, Reynold pun segera mengendarai mobil Honda Civic hitamnya menuju ke Royal Heritage. Sesampainya di basement apartment Laura, dia segera naik lift lalu memasukkan kode akses 888910. Pintu unit apartment itu pun terbuka, Reynold segera masuk dan berjalan menuju kamar tidur Laura. Namun, pintu kamar itu terkunci. Dia mengetuk-ngetuk pintu kamar Laura dan memanggil-manggil nama Laura, tapi tak
"Joe, kau harus bayar paparazi untuk menyebarkan hoaks tentang wanita bernama Laura Carson itu. Katakan bahwa dia telah lama terobsesi kepadaku dan memintaku menidurinya. Namun, dia mengaku aku yang memperkosanya!" seru Jeremy Thompson dengan berapi-api. Dia tak ingin masalah dengan Laura membuat karirnya kacau balau.Ben Carlberg, manager Jeremy berdecak kesal. "Seharusnya sebelum bertindak bodoh, hanya memikirkan selangkanganmu, sebaiknya kau mempertimbangkan tentang karirmu sebagai atlet terkenal, Jerry!" "Hey, jaga mulutmu! Itu hakku, jangan mengaturku. Shit!" teriak Jeremy Thompson mengamuk menuding-nuding wajah managernya.Dengan patuh, Ben menghubungi jurnalis kolom gosip receh agar membuat berita yang tak benar itu dan menjanjikan bayaran yang cukup banyak. Jeremy Thompson menyeringai puas. Dia ingin Laura yang dijadikan kambing hitam dalam peristiwa pelecehan dan pemerkosaan itu. Justru dia yang mengaku sebagai korban."Semuanya beres. Dalam hitungan menit berita hoaks itu
"Sir, istri Anda mengalami kekerasan fisik dan juga seksual. Itu hasil visum yang dilakukan oleh tim medis rumah sakit kami. Ini dokumen resminya, seandainya Anda membutuhkan untuk memproses pelaku secara hukum!" tutur Dokter Craig Johansen sembari menyerahkan sebuah map merah ke tangan James.Raut wajah pria muda itu begitu keruh. Dia mencoba untuk tenang ketika menjawab dokter yang menangani kondisi Laura pasca pemerkosaan yang dilakukan oleh Jeremy Thompson, "Baik, terima kasih atas bantuan Anda dan tim medis rumah sakit ini, Dok!" "Dengan senang hati, Mister James Indrajaya. Permisi!" Dokter Craig Johansen melanjutkan pekerjaannya yang lain dan meninggalkan James untuk menjenguk istrinya.Di ruang perawatan VIP rumah sakit, Laura ditemani oleh Philip yang matanya merah seperti sehabis menangis. Mantan terindah Laura itu menyayangkan nasib malang yang menimpa wanita yang sangat dia sayangi tersebut. "Aku tak tahu, Laura. Bagaimana bisa kamu sesial ini bertemu lagi dengan bedebah
"Damn! Ada apa dengan Laura? Kenapa dia mengirimkan pesan singkat semacam ini?" seru James di anak tangga area tepi kolam renang. Dia memang sedang menunggu ketiga anaknya mandi seusai les renang. Hari sudah sore dan Laura seharusnya pulang sendirian dari kampus NSWU. Laura ada jadwal mengajar setelah jam makan siang di kampus seperti biasanya.James segera bangkit menghampiri Jacob, Joshua, dan Keira yang berjalan keluar dari area toilet sehabis mandi. "Kids, Daddy harus segera mencari mommy. Ayo kita pulang, sepertinya mommy dalam kesulitan!" ujar James lalu memimpin rombongan kecil itu menuju ke parkiran mobil kolam renang umum di Sidney.Di tengah perjalanan pulang James mengenakan wireless ear phone dan menelepon Philip Landon. Dia ingin menanyakan tentang Laura. "Hello, Phil. Apa kau melihat Laura tadi siang hingga sore?" tanyanya risau."Hai, James. Sayang sekali tidak, aku sedang ada meeting di dekanat tadi. Ada apa dengan Laura?" jawab Philip ikut kuatir."Tadi Laura mengiri
"Hey, sepertinya wajah cantik itu familiar! Fred, apa kau ingat siapa dia?" ujar Jeremy Thompson seusai bertanding football. Dia nongkrong bersama rekan satu timnya di sebuah cafe terbuka untuk melepas lelah.Fred Arlington pun mengingat-ingat siapa wanita berambut panjang kecoklatan yang ditunjuk sobatnya itu. "Dulu dia sekampus dengan kita di NSWU. Laura bukan ya namanya, Jery?" sahutnya ragu-ragu."Ahh ... that's right! Laura ... dia masih secantik dahulu dan sexy ... lebih matang dibanding dulu. Aku akan menghampirinya sendiri!" Jeremy segera bangkit berdiri lalu menyeberang jalan raya menuju ke halte bus di dekat kampus New South Wales University.Sore itu memang James pulang terlebih dahulu dari kampus karena si kembar dan Keira harus diantar latihan berenang di kolam renang untuk les seperti biasa. Kebetulan mobil mereka hanya satu, jadi Laura mengalah untuk pulang naik bus kota. Lagi pula di dekat perumahan tempat mereka tinggal ada halte bus, itu sangat praktis menurutnya.Ka
"Honey, temani aku berenang di kolam belakang rumah!" pinta James sambil menyeret tangan Laura ke lemari untuk mengambil swimsuit. Laura sedikit bingung sekalipun dia tetap mengikuti keinginan suaminya dengan berganti pakaian. "Tumben sekali, ini sudah malam James. Apa tidak dingin?" "This is summer, Laura. Aku merasa gerah dan ingin mendinginkan tubuhku," ujar James bersikeras membujuk Laura lalu meraup tubuh ramping istrinya itu ke gendongannya dan melangkah menuju kolam renang.Bulan Februari memang menjadi saat puncak musim panas di Perth. Maka di sanalah James dan Laura menceburkan diri ke kolam renang berair sejuk untuk bersenang-senang. Laura terkikik setelah dia berenang ke sana ke mari untuk menghindari belitan lengan dan kaki James dan berakhir tertangkap hingga tak berkutik. "Ouhh ... sepertinya aku akan jadi korban kemesuman suamiku lagi kali ini!" erang Laura pasrah ketika James membuat banyak kiss mark di kulitnya yang seputih porselen. "Gelombang panasnya berasal d
"BRUKK!" Sesosok pemuda bule bertubuh besar membuat Laura nyaris terpental dan mendarat di lantai marmer koridor kampus fakultas Kedokteran Hewan University of New South Wales. Untungnya dengan sigap lengan pemuda tadi menopang punggung Laura agar tidak jatuh."Sorry! Aku terburu-buru hingga nyaris membuatmu celaka. Apa kau tidak apa-apa, Miss?" ujar pemuda yang menubruk Laura sambil memeriksa kondisi wanita itu."Aku baik-baik saja. Lain kali kau bisa lebih hati-hati. Permisi!" sahut Laura lalu bersiap untuk melanjutkan perjalanannya ke ruangan kantor barunya sebelum mengisi kuliah pagi tak lama setelah ini.Namun, pemuda itu mencekal pergelangan tangan Laura. "Tunggu, siapa namamu? Apa kau mahasiswi baru?" tanyanya penasaran sekaligus memandangi wanita di hadapannya dengan sorot mata tertarik."Namaku Laura, Gwendolyn Laura Carson-Indrajaya. Permisi, aku terburu-buru!" jawab Laura lalu membalik badannya setelah menarik tangannya dari genggaman pemuda yang tak ingin dia ajak berkena
Seperti kata Philip, memang Turpan Restoran Kensington memiliki menu yang bergaya oriental fussion. James sekeluarga memilih mie lamian kuah dengan daging sapi dan sayur. Masing-masing satu mangkuk penuh dan habis dalam sekejap."Wow, si kembar banyak makan rupanya ya sekarang!" komentar Philip saat melihat mangkuk kedua putera James itu kosong tak bersisa."Mie ini lezat sekali, Uncle Phil!" jawab Jacob jujur lalu meminum teh hangat manis di gelasnya.Mereka saling mengobrol santai hingga semua selesai makan malam lalu melanjutkan perjalanan dengan mobil SUV milik Philip hingga tiba di Cleveland Street. Rumah mereka hanya berbeda dua rumah di antara bangunannya.Bibi dan Kakek Laura telah tiada dan hanya tersisa keponakannya saja yang masih tinggal di sana. Setelah Laura menekan bel pintu depan rumah peninggalan keluarga Carson, suara sahutan wanita dari dalam rumah terdengar, "Yeaah coming!"Lizbeth tak menyangka akan bertemu lagi dengan sepupunya tersebut setelah belasan tahun lama
"Penumpang atas nama Gwendolyn Laura Carson, tolong angkat tangan!" Seorang pramugari memberikan panggilan dengan mikrofon di depan pintu kabin penumpang pesawat Singapore Airlines sebelum lepas landas.James dan Laura terkejut dan saling bertukar pandang. Kemudian wanita itu pun mengangkat tangannya disaksikan oleh seisi kabin. Dia pun tak mengerti, mengapa namanya dipanggil oleh pramugari?"Ma'am, ada titipan buket bunga untuk Anda dari Tuan Reynold, silakan diterima!" ujar pramugari tadi menyerahkan karangan bunga gerbera merah, anggrek ungu, daisy, mawar kuning, dan mawar merah muda yang indah kepada Laura yang berjalan melewati lorong kursi penumpang pesawat.Jujur dia merasa terharu karena Reynold masih menyempatkan diri mengirimkan buket bunga tersebut ke bandara sekalipun mereka tak sempat bertemu langsung. Ketika Laura duduk kembali ke bangku di samping James, dia terdiam menatap buket bunga di pangkuannya. Suara pilot yang menyapa penumpang dan memberi tahukan bahwa sebenta
"Kalo kamu masih mau pernikahan kita lanjut, jangan datang ke undangan makan malam Prof. Laura!" ancam Aurel menunjuk wajah suaminya dengan tatapan sengit. Ada rasa posesif dalam diri Aurel bila sudah berkaitan dengan istri rahasia Reynold yang dinikahi pria itu di Las Vegas. Memang tidak diakui di Indonesia, tetapi perasaan suaminya itu sangat dalam kepada dosen Patologi Anatomi keturunan blasteran yang cantik sekalipun sudah berusia menuju setengah abad."Tapi aku sudah setuju buat dateng, Rel. Nanti mereka nunggu aku 'kan kasihan!" terang Reynold berusaha minta perempuan belia itu mengerti situasinya."Bodo amat, lagian kenapa nggak nanya ke aku dulu sebelum jawab ajakan dinner Prof. Laura?! Tahu sendiri kalo aku sensi bingits kalo udah berhubungan sama dia!" Aurel menarik tangan Reynold dari ruang tengah masuk ke kamar tidur mereka.Dia juga merampas ponsel suaminya lalu menonaktifkan dayanya. "Sekarang aku mau ML sama kamu, Rey. Jangan pikirin mantan kamu lagi, oke?!" ujarnya de