Memangnya mereka bisa apa?Lawan mereka itu Tuan Andreas!Semua orang di sini yang punya putra belum menikah, kalaupun putra mereka semua digabung jadi satu, tetap tidak ada apa-apanya dibandingkan Andreas.Bahkan tidak pantas dibandingkan!Semua orang merasa kesusahan, dalam hati menebak kalau Yuni bersikap sebaik ini pada Celine untuk menyiapkan pernikahan dengan Andreas!Yuni memang sedang menjalankan rencana.Namun, bukan untuk Andreas.Celine mengikuti Yuni masuk ke ruang utama, lalu dibawa ke tempat kebaya itu dipajang.Namun ada yang berbeda. Sebelumnya, kebaya yang rusak itu ditaruh di pinggir, tapi kali ini digantung di tengah. Bagian yang rusak juga tidak ditutupi, melainkan diperlihatkan terang-terangan."Sebenarnya aku paling suka kebaya ini, tapi ...."Yuni melihat bagian yang rusak dan menunjukkan ekspresi kecewa.Lalu dia menarik tangan Celine dan menatapnya dengan penuh harap. "Celly, tolong bantu aku. Sekarang cuma kamu yang bisa memperbaikinya. Asalkan kamu bisa mempe
"Hah? Oh."Yuni tidak sesenang yang Celine bayangkan.Celine melihat reaksi Yuni ini. Dia berpikir sejenak, sebenarnya reaksi Yuni ini tidak mengejutkan.Yuni menyuruhnya datang melihat kebaya sepuluh hari kemudian, Celine sudah tahu setelah sepuluh hari ini pasti ada sesuatu. Tadi waktu masuk ke rumah, samar-samar dia mendengar ada yang bilang "ulang tahun", kelihatannya hari ini ada anggota Keluarga Jayadi yang ulang tahun.Siapa?Celine malas menebak.Dia samar-samar tahu apa gunanya dia diundang ke sini malam ini. Dia pun melihat Yuni dengan tatapan penuh makna."Nyonya, hari ini ramai sekali, nggak cocok melakukan perbaikan. Terus ada beberapa bahan yang harus disiapkan. Lebih baik aku pulang dulu, nanti setelah aku siapkan bahan yang diperlukan ...."Pulang?Mana bisa?Sudah susah payah membawanya kemari, mana mungkin membiarkan dia pergi begitu saja? Nggak, nggak, nggak bisa!Yuni langsung sadar kembali dari kekecewaannya, lalu menggenggam pergelangan tangan Celine tanpa menungg
Harus terima ....Tatapan Yuni dan nada suaranya sangat tegas.Namun, kalung ini sangat mahal, Celine mana mungkin menerimanya?"Nggak, nggak bisa, Nyonya, aku nggak bisa terima imbalan tanpa alasan ....""Apanya tanpa alasan? Kamu bukannya mau bantu aku perbaiki kebaya?" Yuni tidak memberi Celine kesempatan menolak.Saat ini, dia melihat sosok seseorang di pintu dan langsung memanggilnya. "Fera, coba kamu lihat, kalung ini sangat cocok sama Celly, 'kan?"Para tamu di bawah sebagian besar sudah datang.Fera naik cuma untuk memanggil Yuni turun, tapi dia tidak menyangka akan melihat Yuni memakaikan kalung itu secara langsung ke leher Celine.Dia mau memberikan kalung itu ke Celine?Kalung itu ...."Fera, sini masuk," desak Yuni.Waktu Fera sadar kembali lalu berjalan masuk ke ruang baca, dia sudah kembali ke sikapnya yang anggun dan lembut, sama sekali tidak menunjukkan emosi sebenarnya. "Bu, para tamu sudah pada di bawah.""Dia juga?"Yuni menunjukkan ekspresi berharap.Tanpa perlu Yun
Kalung giok semewah itu mana mungkin tidak terlihat?Para tamu wanita saling bertatapan lalu membuat sebuah kesimpulan."Kalung itu nggak ada pas Nona Celine datang, berarti kemungkinan besar ...."Melihat Yuni yang tersenyum penuh kasih sayang di samping Celine, mereka seakan-akan mengetahui sebuah rahasia besar.Kalung itu pemberian Nyonya Yuni!Benar, pasti begitu!Kalung dengan harga setinggi langit itu bisa-bisanya dia berikan pada Celine, apa artinya ini?Mana ada orang yang bakal semurah hati itu memberi barang semahal itu pada orang selain keluarga?Ada orang yang berbisik."Nyonya Yuni mau Nona Celine jadi anggota Keluarga Jayadi!""Harusnya iya, di generasi muda Keluarga Jayadi, cucu dari anak kedua, Stanley menikahi Bella Bakri, Timothy nggak usah dihitung, dengar-dengar dia terlalu suka main, banyak berbuat jahat dan sudah ditangkap. Sisanya Tuan Andreas dan Tuan Muda keempat ....""Tuan Andreas dan Nona Celine .... Cocok juga!""Bagaimana dengan Tuan Muda Keempat? Mana tah
Donny malah berkata dengan penuh makna, "Kalau suka, pakai saja."Untuk yang lainnya ....Donny menghadap Yuni yang sedang tersenyum berseri-seri. "Nyonya Yuni, aku Donny Tjangnaka, ayahnya Celly. Aku menggantikan Celly berterima kasih atas kebaikanmu. Dengar-dengar Grup Jayadi sedang berusaha untuk berkembang ke pasar luar negeri ...."Yuni langsung semangat.Akhirnya mereka membicarakan hal yang dia inginkan.Yuni segera mengangguk, tapi di luar dia tetap bersikap tenang. "Grup Jayadi memang sedang berusaha memasuki pasar luar negeri, jadi mohon bantuan Anda."Kekuasaan Keluarga Tjangnaka di luar negeri tidak hanya di bidang usaha.Banyak hal yang mungkin bisa jauh lebih mudah hanya dengan satu kalimat dari Donny.Jadi, yang paling penting adalah satu kalimat dari Donny ini.Yuni tahu tidak semudah itu mendapatkan satu kalimat itu dari Donny, tapi mulai sedikit-sedikit dari sekarang tentu lebih bagus. Tepat ketika dia mau menyanjung Donny untuk menambah kesan baik, Donny malah berkat
"Nggak." Lucen sangat yakin.Namun, ekspresi Fera masih tetap tegang, dia segera melihat sekeliling. Awalnya dia mau pergi, tapi terpikirkan sesuatu, dia berkata pada Lucen, "Sini ikut aku."Muncul kesenangan di mata Lucen.Mereka berdua sepertinya sangat kompak, satu di depan satu di belakang. Setelah beberapa saat, berjalan lumayan jauh, akhirnya mereka masuk ke bagian belakang gedung medis di kediaman Jayadi, di sebuah gudang yang tidak terpakai.Begitu pintu tertutup, Lucen akhirnya tidak tahan lagi.Dia langsung memeluk Fera dan meraba-raba tubuh Fera.Dia menyukai Fera.Dari beberapa tahun yang lalu, dia sudah menyukai Fera, hanya saja Fera adalah istrinya Omar. Setiap kali bertugas keamanan, Lucen selalu melihat Fera dari jauh dengan hati penuh cinta.Dia juga hanya bisa melihat dari jauh, tidak berani mendekat.Dia mengira, perasaan sepihaknya ini akan terkubur selamanya, tapi di luar dugaannya, wanita idamannya menyadari keberadaannya.Sepuluh tahun yang lalu, waktu Omar dinas
Lucen merindukannya.Fera sama sekali tidak meragukan hal ini, dia tahu kalau Lucen memang sangat merindukannya.Sementara Fera juga memanfaatkan perasaan Lucen ini untuk mencengkeram pria ini, membuat Lucen rela menjadi pisaunya, menjadi anjing yang dia sembunyikan.Yang namanya anjing, pasti harus diberi sedikit cemilan agar tetap setia.Kalau bukan karena hari ini masih ada hal yang mau dia lakukan, Fera sudah pasti malas menghadapi anjingnya ini. Namun hari ini, masih ada hal yang memerlukan Lucen ....Oleh karena itu, waktu Lucen bilang dia merindukan Fera, Fera bersandar manja di pelukan Lucen lalu merangkul leher Lucen, berinisiatif menciumnya.Inisiatifnya ini bagaikan minyak yang dituang ke api, Lucen tidak bisa menahan diri lagi dan langsung mencium Fera di berbagai tempat.Setelah setengah jam ....Suara desahan di dalam gudang akhirnya berhenti.Lucen mengelap tubuh Fera dengan penuh perhatian, lalu kembali merapikan pakaian Fera.Dia bisa merasakan kalau suasana hati Fera
Lucen ingin memastikan maksud Fera. "Maksudmu biarkan dia menikah dengan Tuan Muda Dylan?"Fera berpikir sejenak lalu berkata, "Kalau dia menikah dengan Dylan, ancamannya memang jauh lebih kecil. Tapi ... dia dan Andreas saling mencintai, mana mungkin mau menikah dengan Dylan?"Fera mengernyit.Lucen tidak ingin melihat wanita yang dia cintai mengernyit, juga tidak ingin kedudukan Fera di keluarga Jayadi terancam.Oleh karena itu, dia tidak peduli Celine adalah kekasihnya Andreas dan langsung berkata dengan gegabah, "Aku ... mungkin punya cara.""Cara apa?"Mata Fera langsung berbinar.Lucen menggenggam tangan Fera. "Aku lihat Tuan Omar pergi, katanya mau menjemput Tuan Muda Dylan, berarti Tuan Muda Dylan akan pulang hari ini, jadi aku mungkin bisa ...."Lucen menceritakan rencananya.Mendengar rencana Lucen, Fera sangat puas.Namun, meski begitu, dia tetap merasa khawatir. "Celine itu putrinya Keluarga Tjangnaka, juga penanggung jawab Grup Nadine yang sekarang, terus Andreas .... Kala