Harus terima ....Tatapan Yuni dan nada suaranya sangat tegas.Namun, kalung ini sangat mahal, Celine mana mungkin menerimanya?"Nggak, nggak bisa, Nyonya, aku nggak bisa terima imbalan tanpa alasan ....""Apanya tanpa alasan? Kamu bukannya mau bantu aku perbaiki kebaya?" Yuni tidak memberi Celine kesempatan menolak.Saat ini, dia melihat sosok seseorang di pintu dan langsung memanggilnya. "Fera, coba kamu lihat, kalung ini sangat cocok sama Celly, 'kan?"Para tamu di bawah sebagian besar sudah datang.Fera naik cuma untuk memanggil Yuni turun, tapi dia tidak menyangka akan melihat Yuni memakaikan kalung itu secara langsung ke leher Celine.Dia mau memberikan kalung itu ke Celine?Kalung itu ...."Fera, sini masuk," desak Yuni.Waktu Fera sadar kembali lalu berjalan masuk ke ruang baca, dia sudah kembali ke sikapnya yang anggun dan lembut, sama sekali tidak menunjukkan emosi sebenarnya. "Bu, para tamu sudah pada di bawah.""Dia juga?"Yuni menunjukkan ekspresi berharap.Tanpa perlu Yun
Kalung giok semewah itu mana mungkin tidak terlihat?Para tamu wanita saling bertatapan lalu membuat sebuah kesimpulan."Kalung itu nggak ada pas Nona Celine datang, berarti kemungkinan besar ...."Melihat Yuni yang tersenyum penuh kasih sayang di samping Celine, mereka seakan-akan mengetahui sebuah rahasia besar.Kalung itu pemberian Nyonya Yuni!Benar, pasti begitu!Kalung dengan harga setinggi langit itu bisa-bisanya dia berikan pada Celine, apa artinya ini?Mana ada orang yang bakal semurah hati itu memberi barang semahal itu pada orang selain keluarga?Ada orang yang berbisik."Nyonya Yuni mau Nona Celine jadi anggota Keluarga Jayadi!""Harusnya iya, di generasi muda Keluarga Jayadi, cucu dari anak kedua, Stanley menikahi Bella Bakri, Timothy nggak usah dihitung, dengar-dengar dia terlalu suka main, banyak berbuat jahat dan sudah ditangkap. Sisanya Tuan Andreas dan Tuan Muda keempat ....""Tuan Andreas dan Nona Celine .... Cocok juga!""Bagaimana dengan Tuan Muda Keempat? Mana tah
Donny malah berkata dengan penuh makna, "Kalau suka, pakai saja."Untuk yang lainnya ....Donny menghadap Yuni yang sedang tersenyum berseri-seri. "Nyonya Yuni, aku Donny Tjangnaka, ayahnya Celly. Aku menggantikan Celly berterima kasih atas kebaikanmu. Dengar-dengar Grup Jayadi sedang berusaha untuk berkembang ke pasar luar negeri ...."Yuni langsung semangat.Akhirnya mereka membicarakan hal yang dia inginkan.Yuni segera mengangguk, tapi di luar dia tetap bersikap tenang. "Grup Jayadi memang sedang berusaha memasuki pasar luar negeri, jadi mohon bantuan Anda."Kekuasaan Keluarga Tjangnaka di luar negeri tidak hanya di bidang usaha.Banyak hal yang mungkin bisa jauh lebih mudah hanya dengan satu kalimat dari Donny.Jadi, yang paling penting adalah satu kalimat dari Donny ini.Yuni tahu tidak semudah itu mendapatkan satu kalimat itu dari Donny, tapi mulai sedikit-sedikit dari sekarang tentu lebih bagus. Tepat ketika dia mau menyanjung Donny untuk menambah kesan baik, Donny malah berkat
"Nggak." Lucen sangat yakin.Namun, ekspresi Fera masih tetap tegang, dia segera melihat sekeliling. Awalnya dia mau pergi, tapi terpikirkan sesuatu, dia berkata pada Lucen, "Sini ikut aku."Muncul kesenangan di mata Lucen.Mereka berdua sepertinya sangat kompak, satu di depan satu di belakang. Setelah beberapa saat, berjalan lumayan jauh, akhirnya mereka masuk ke bagian belakang gedung medis di kediaman Jayadi, di sebuah gudang yang tidak terpakai.Begitu pintu tertutup, Lucen akhirnya tidak tahan lagi.Dia langsung memeluk Fera dan meraba-raba tubuh Fera.Dia menyukai Fera.Dari beberapa tahun yang lalu, dia sudah menyukai Fera, hanya saja Fera adalah istrinya Omar. Setiap kali bertugas keamanan, Lucen selalu melihat Fera dari jauh dengan hati penuh cinta.Dia juga hanya bisa melihat dari jauh, tidak berani mendekat.Dia mengira, perasaan sepihaknya ini akan terkubur selamanya, tapi di luar dugaannya, wanita idamannya menyadari keberadaannya.Sepuluh tahun yang lalu, waktu Omar dinas
Lucen merindukannya.Fera sama sekali tidak meragukan hal ini, dia tahu kalau Lucen memang sangat merindukannya.Sementara Fera juga memanfaatkan perasaan Lucen ini untuk mencengkeram pria ini, membuat Lucen rela menjadi pisaunya, menjadi anjing yang dia sembunyikan.Yang namanya anjing, pasti harus diberi sedikit cemilan agar tetap setia.Kalau bukan karena hari ini masih ada hal yang mau dia lakukan, Fera sudah pasti malas menghadapi anjingnya ini. Namun hari ini, masih ada hal yang memerlukan Lucen ....Oleh karena itu, waktu Lucen bilang dia merindukan Fera, Fera bersandar manja di pelukan Lucen lalu merangkul leher Lucen, berinisiatif menciumnya.Inisiatifnya ini bagaikan minyak yang dituang ke api, Lucen tidak bisa menahan diri lagi dan langsung mencium Fera di berbagai tempat.Setelah setengah jam ....Suara desahan di dalam gudang akhirnya berhenti.Lucen mengelap tubuh Fera dengan penuh perhatian, lalu kembali merapikan pakaian Fera.Dia bisa merasakan kalau suasana hati Fera
Lucen ingin memastikan maksud Fera. "Maksudmu biarkan dia menikah dengan Tuan Muda Dylan?"Fera berpikir sejenak lalu berkata, "Kalau dia menikah dengan Dylan, ancamannya memang jauh lebih kecil. Tapi ... dia dan Andreas saling mencintai, mana mungkin mau menikah dengan Dylan?"Fera mengernyit.Lucen tidak ingin melihat wanita yang dia cintai mengernyit, juga tidak ingin kedudukan Fera di keluarga Jayadi terancam.Oleh karena itu, dia tidak peduli Celine adalah kekasihnya Andreas dan langsung berkata dengan gegabah, "Aku ... mungkin punya cara.""Cara apa?"Mata Fera langsung berbinar.Lucen menggenggam tangan Fera. "Aku lihat Tuan Omar pergi, katanya mau menjemput Tuan Muda Dylan, berarti Tuan Muda Dylan akan pulang hari ini, jadi aku mungkin bisa ...."Lucen menceritakan rencananya.Mendengar rencana Lucen, Fera sangat puas.Namun, meski begitu, dia tetap merasa khawatir. "Celine itu putrinya Keluarga Tjangnaka, juga penanggung jawab Grup Nadine yang sekarang, terus Andreas .... Kala
Orang yang berbicara itu adalah tukang kebun di kediaman Jayadi.Gedung medis?Gedung medis lumayan jauh dari sini, untuk apa Fera ke sana?Omar tersenyum pada para tamu lalu segera pergi ke gedung medis.Langit sudah gelap.Saat ini, para tamu sudah berkumpul di dalam hall utama, jadi meski di luar ada lampu jalan, tapi kosong, tidak ada orang.Semakin mendekati gedung medis, jantung Omar berdetak semakin kencang, seakan-akan firasatnya mengatakan akan terjadi hal buruk.Ketika masuk ke gedung medis, dia melihat seseorang."Tuan Omar." Lucen berdiri di depan pintu gedung medis, memakai jas hitam, kacamata hitam. Tubuhnya tegap dan berotot.Meski anggota Swastamita sangat banyak,sebagai mantan kepala keluarga, seluruh anggota Swastamita pernah ada di bawah perintahnya.Omar mengenali Lucen.Sangat kompeten, keahlian bela dirinya bagus, pintar membaca suasana, setia, pendiam, ada banyak kelebihan yang disukai Omar di Lucen.Hanya saja ...."Kamu nggak menjaga keamanan di gedung utama,
Kalaupun dia ganti gaun, atau menambah syal di lehernya untuk menutupinya, malamnya tetap akan ketahuan Omar.Oleh karena itu, Fera menahan sakit dan sengaja menggores tempat itu dengan ranting pohon.Meski hanya luka kecil, Lucen tetap merasa sakit hati."Fera, semua ini salahku, nggak berhasil meminta Nona C dari K&K untuk mendesain sebuah gaun untukmu." Omar merasa sangat bersalah.Fera suka desain Nona C itu.Omar sudah mencari bos K&K, bahkan meminta bos itu yang mengajukannya, tapi tetap tidak berhasil mendapat persetujuan dari Nona C itu.Dia hanya mendapat satu balasan. "Nona C sedang sibuk, tidak ada waktu untuk mendesain gaun."Sibuk?Seorang desainer baju memangnya bisa sesibuk apa?Omar bahkan sudah menunjukkan identitasnya, tapi jawabannya tetap sama, yaitu "Nona C sibuk."Waktu tahu hal ini, Fera terlihat sedikit kecewa.Untungnya Fera orangnya pengertian, kalaupun kecewa, dia tidak akan menunjukkannya, malah menghibur Omar. "Nggak apa-apa, aku pakai gaun yang dulu didesa