Albert melihat Celine, keningnya yang berkerut karena mengkhawatirkan Celine tetap berkerut, tapi ekspresinya berubah dari khawatir jadi bingung."Terus kamu kenapa ada di Mastika? Terus kenapa ada di sini?"Pertanyaan yang sama dikembalikan ke Celine."Alasan aku ada di Mastika ...." Celine teringat dengan semua yang terjadi secara beruntun, matanya pun berubah sedih. "Kakek meninggal."Albert tertegun sejenak.Dia tahu Celine adalah cucu angkat Richard. Dulu waktu dia meninggalkan Binara, karena ada sedikit masalah di keluarganya, dia pergi dengan terburu-buru, dia bahkan tidak sempat mengucapkan salam perpisahan ke Celine.Bisnis Keluarga Tjangnaka dan Perusahaan Angkasa berpusat di luar negeri, jadi dia tidak terlalu memperhatikan kondisi Keluarga Nadine.Melihat kesedihan di mata Celine, Albert entah kenapa merasa hatinya sakit.Genggamannya di pergelangan tangan Celine mengerat. Dia tidak ingin melihat Celine sedih karena memikirkan hal-hal yang tidak menyenangkan, jadi dia menga
Gadis itu seakan-akan melihat ada harapan.Albert pun mengernyit. "Membantu kalian?"Dia tahu kalau "kami" yang dimaksud ini termasuk Celine.Sikap Albert langsung berubah serius. "Celly, naik ke mobil."Firasatnya mengatakan kalau orang yang diberi pelajaran oleh Celine itu bukan orang biasa.Dia mau mencari tahu hal ini.Jalanan bukan tempat yang bagus untuk berbicara. Albert menarik Celine sambil melirik Vicky. Vicky langsung mengerti dan menopang gadis itu ke mobil.Celine masih di luar."Celly, ayo naiklah, Bos baru membeli sebuah vila di sini, kita pergi lihat-lihat bagaimana renovasinya." Vicky turun lagi dari mobil dan merangkul lengan Celine. "Kalau kamu nggak ikut, aku nggak punya banyak pujian untuk si Bos."Celine tidak bisa menolak, lalu ragu-ragu sejenak sebelum akhirnya naik ke mobil.Mobil mewah itu langsung masuk ke sebuah vila.Celine melihat ternyata vilanya Albert kebetulan ada di sebelah vila Timothy.Bilangnya melihat hasil renovasi, tapi sebenarnya tidak begitu.
Orang-orang di vila Timothy segera dibawa pergi oleh polisi, termasuk para gadis.Namun, Celine tahu, hal ini akan segera diketahui oleh orang Keluarga Jayadi dan mereka tidak akan diam saja.Melihat Celine sudah tidak melihat teleskop, Vicky bertanya, "Bagaimana? Bintangnya bagus, nggak?"Tadi dia sudah mengirim pesan ke bawahannya, sekarang sedang menunggu laporan hasil penyelidikan."Bagus, sangat bagus!" Bisa melihat Timothy dibawa pergi oleh polisi dengan mata kepalanya sendiri, Celine merasa sangat puas.Namun, karena mengkhawatirkan apa yang akan Keluarga Jayadi lakukan selanjutnya, Celine terlihat tidak fokus.Albert dan Vicky menyadari hal ini, tapi tidak bertanya."Kalau begitu, bagaimana kalau kita minum-minum sedikit?" saran Albert.Tanpa menunggu jawaban Celine, Vicky juga menambahkan, "Benar, hari ini Bos pertama kalinya menginap di sini, bisa dibilang sudah pindah ke sini. Kebetulan kita ada di sini, bisa merayakan acara pindahan rumah ini. Di tempat penyimpanan arak Bos
"Timothy Jayadi ...."Albert duduk di kursi samping jendela di kamarnya.Dia baru saja mandi dan sedang memakai jubah mandi. Bagian dadanya terbuka sedikit, wajahnya yang tampan terlihat memesona tapi juga mematikan.Meski melihat wajah ini setiap hari, Vicky masih tetap tertegun.Namun tak lama kemudian, dia menenangkan dirinya lalu melihat ke laporan di tangannya untuk mengalihkan perhatiannya."Nggak kusangka Timothy ini ternyata dari Keluarga Jayadi, nyali Celly benar-benar besar." Dari nada suara Vicky, terdengar jelas rasa suka dan kekagumannya pada Celine.Dari luar, Timothy terlihat baik-baik di, dia bekerja di usaha keluarga dan terlihat seperti seorang elit. Namun sebenarnya dia itu anak orang kaya yang kurang berbakat dan hanya bisa main-main.Ditambah dia punya beberapa hobi unik ....Vicky membalik-balik halaman laporan sambil berkata, "Timothy ini selalu ada kekasih, dari luar terlihat saling mencintai seperti pasangan biasa. Tapi satu tahun lalu, dia terlihat tinggal ber
Vicky tertegun sejenak.Hubungan mereka berdua tidak hanya atasan dan asisten, dia adalah kekasih Albert yang paling pengertian.Namun, itu hanya masa lalu. Sekarang Vicky hanya asisten Albert, tidak ada identitas yang lain lagi!"Bos sepertinya sudah lupa dengan janji kita."Vicky tersenyum.Lengan Albert membeku di udara, matanya juga menyipit.Janji mereka ....Sudah selama ini dia masih saja marah."Vicky ....""Bos silakan tidur dulu, aku mau pergi melihat keadaan Celly. Tadi dia minum lumayan banyak, aku agak khawatir."Senyuman sopan Vicky memotong kata-kata Albert. Kemudian, Vicky berbalik dan berjalan keluar.Sementara ekspresi Albert berubah gusar.Vicky yang sudah keluar kamar langsung kehilangan senyuman sopannya.Dia tahu apa yang mau Albert katakan tadi.Pasti menyuruhnya jangan marah lagi. Namun, Vicky bukan sedang marah.Muncul kesedihan di mata Vicky, lalu dia menghirup napas dalam-dalam, berusaha untuk tersenyum lalu berjalan ke kamar Celine .......Saat ini, Timothy
Dia mengira Timothy membuat masalah sampai ada yang mati, tapi ternyata Timothy yang dipukul.Putranya dipukul?Dia mana mungkin diam saja.Awalnya dia ingin membangunkan Renald, jadi dia ada alasan untuk segera ke kantor polisi. Dia juga mau Renald melihat Timothy yang terluka untuk merangsang rasa kasihan Renald pada anaknya.Namun, setelah itu dia menerima satu pesan lagi yang membuatnya mengurungkan niatnya ini."Timothy diduga melakukan kegiatan seks secara kumpulan dan menyediakan serta memakai obat terlarang."Jantung Inez seakan-akan diremas.Melihat Renald yang tertidur lelap di samping, Inez menghela napas lega karena tidak membangunkan Renald.Setelah menghirup napas dalam-dalam, Inez berusaha menekan kepanikan di hatinya.Keesokan paginya, begitu Renald keluar dari pintu rumah, Inez sudah pergi ke garasi dan mengemudi melaju ke kantor polisi.Sesampainya di kantor polisi, dia melihat Baim masih ada di sana.Begitu mereka bertemu di kantor polisi, Inez berjalan masuk sambil
Panggilannya seketika membuat orang-orang sekitar yang ribut hening.Saat ini Inez mana mungkin terus marah-marah?Dia segera membungkuk, ingin mengelus wajah Timothy, tapi wajahnya bengkak dan penuh dengan luka. Sentuh mana saja akan membuat Timothy kesakitan, Inez sama sekali tidak bisa menyentuhnya."Timothy, lihat lukamu ini. Sakit, nggak?" Inez merasa hatinya sangat sakit.Mana mungkin tidak sakit?Timothy merasa seluruh bagian tubuhnya sakit setengah mati.Selama dia hidup, dia mana pernah mengalami hal seperti ini?Saat ini di depan Inez, Timothy merasa sangat sedih.Dia sama sekali tidak perlu menjawab, ekspresinya saja sudah menunjukkan segalanya. Inez kasihan padanya sambil menggertakkan giginya memikirkan orang yang melukai anaknya sampai seperti ini."Teman-temanmu itu bilang mereka nggak tahu siapa yang memukulmu sampai begini. Sekarang kamu sudah bangun, siapa pelakunya?"Inez menatap Timothy, tidak sabar ingin mendapatkan nama pelakunya.Asalkan tahu namanya, dia bisa me
Waktu Inez masuk, dia langsung duduk di sofa. "Pak Seto ... Pak Wakil!""Tadi pas masuk, aku lihat kata wakil ini sangat menonjol. Pak Wakil, aku ingat kamu naik ke posisi ini tiga tahun yang lalu, 'kan?"Tiga tahun lalu, Seto membantu Keluarga Bakri mengurus kematian seorang gadis.Seto tertegun sejenak, lalu dia menuangkan teh untuk Inez. "Ingatan Nyonya bagus sekali, memang di tiga tahun lalu, juga di bulan-bulan sekarang."Waktu di luar, Seto terlihat sedikit menjaga jarak pada Inez agar tidak ada yang curiga dengan hubungan mereka.Namun, setelah tidak ada orang luar, Seto langsung terang-terangan menyanjung Inez.Inez mengambil gelasnya lalu melihat Seto dan berkata dengan penuh makna, "Kamu juga ingat jelas, tapi kalau aku jadi kamu, tiga tahun jadi wakil aku pasti sudah bosan. Apa Pak Seto pernah berpikir mau naik pangkat?"Naik pangkat? Bukannya itu berarti jadi kepala kantor.Detak jantung Seto langsung meningkat. Melihat teh di gelas Inez sudah berkurang, dia segera menuangk