Kenyataan yang ada di hadapannya ini membuat sikap Celine yang datar bagaikan sebuah pisau yang menusuk hatinya.Dia akhirnya tidak bisa menahan rasa irinya, Carla berjalan maju ingin menampar wajah Celine yang tersenyum.Carla mengangkat tangannya dan mengayunkannya ke wajah Celine, tapi saat hampir mendarat di wajah Celine, pergelangan tangannya digenggam erat oleh Celine.Setelah tidur, tenaga Celine sudah pulih sedikit.Celine sama sekali tidak mengasihani Carla, Carla sama sekali tidak bisa melepaskan dirinya dari genggaman Celine.Dia memelototi Celine dan berkata, "Celine, lepaskan tanganku!"Celine mencibir.Melepaskan tanganmu dan membiarkanmu memukulku?Tenaga di tangan Celine sama sekali tidak berkurang.Carla kembali mengancamnya. "Di sini rumah Keluarga Nadine, kalau kamu nggak lepas, aku panggil orang!""Coba saja!"Muncul ekspresi kebencian di wajah Celine yang dingin.Karena sekarang mereka sudah mengungkapkan sikap masing-masing, Celine juga tidak perlu mempertimbangka
Angin sejuk berembus, Andreas pun gemetar lagi lalu bersin beberapa kali.Begitu Celine keluar, dia mendengar suara bersin itu.Ketika dia berhenti melangkah, Andreas kebetulan mendongak. Begitu melihat Celine, mata Andreas seakan-akan tiba-tiba bersinar.Dia sama sekali tidak menunggu Celine berjalan ke arahnya, sebaliknya, malah dia yang berlari kecil menghampiri Celine."Celine ...."Melihat Celine hanya memakai baju yang tipis, Andreas langsung melepas jaketnya.Sampai ketika jaket itu membungkus tubuh Celine, Celine baru sadar kembali.Melihat ujung hidung Andreas yang memerah karena dingin, dia merasa sedikit kasihan. Namun, kata-kata yang dia ucapkan malah terdengar menyalahkan Andreas. "Kamu sudah nggak ada tempat yang bisa dituju?"Andreas terdiam.Sebelum Andreas sempat bereaksi, Celine menggenggam pergelangan tangan Andreas dan berkata, "Ikut aku!"Andreas merasakan suhu tubuh Celine dari pergelangan tangannya, seakan-akan langsung mengusir kedinginan di seluruh tubuhnya.An
Andreas takut dia kedinginan!Namun, panggilan istri itu terus mengingatkan Celine kalau hubungan mereka hanyalah sebuah perjanjian yang tidak disengaja.Di Binara, Celine bisa membiarkan dirinya tidak memikirkan hal ini.Namun, di Mastika, dia mau tidak mau harus mengakui kalau apa yang Carla katakan tadi adalah kenyataan."Istri apanya? Tuan Andreas, jangan panggil sembarangan." Celine menjaga jarak, bahkan di matanya terlihat tatapan jijik.Senyuman Andreas membeku sejenak.Setelah itu, dia tetap tersenyum.Andreas mengulurkan tangannya ingin menggenggam tangan Celine, tapi waktu sudah mau bersentuhan, Celine menghindar.Setelah itu, Celine mencibir dan berkata,"Tuan Andreas, sikapmu ini sangat menyusahkanku. Kamu seorang pemimpin Grup Jayadi berkeliaran di luar kediaman Keluarga Nadine. Kalau sampai ada reporter yang jahat memotretmu dan menulis artikel yang tidak benar, bakal merugikan kamu dan juga aku. Selain itu ....""Semalam kamu membantuku di depan para reporter, aku sangat
Ganti cara lain ....Dari nada bicara Andreas saja, hati Celine seakan-akan bergetar.Melihat kenakalan di mata Andreas, Celine langsung bisa menebak apa maksud dari kata-kata Andreas tadi.Melihat wajah tampan Andreas mendekat, Celine refleks mengelak ke belakang.Namun, tangan Andreas yang besar menahan bagian belakang kepalanya, menghalanginya untuk kabur.Napas Andreas berembus di wajah Celine, seolah-olah Andreas akan segera menggigit leher Celine lagi. Di saat-saat terakhir, Celine berkata, "Mengerti, aku mengerti."Andreas pun berhenti.Namun, dia masih belum puas.Wanita kejam ini mengatakan hal sekejam itu, dia harus memberinya sedikit hukuman untuk mengobati luka di hatinya."Mengerti apa?" Napas Andreas berembus di leher Celine.Suara yang menggoda itu tepat di depan telinga Celine, membuat Celine merasa seakan-akan tersengat listrik.Ketika Celine masih tertegun, suara di samping telinganya berubah sedikit. "Hmm?"Jelas terlihat, Andreas sedang mendesak Celine untuk menjawa
Owen seketika membatalkan keinginannya tadi.Dia terpaksa mulai mengemudi tanpa memikirkan hal-hal ini.Setelah melaju lumayan jauh, dari spion mobil terlihat Celine masih berdiri di tempat, sosoknya semakin lama semakin kecil. Sampai ketika mobil Andreas sudah belok, sosok itu baru menghilang dari kaca spion.Celine kembali ke kediaman Keluarga Nadine.Di dalam ruang leluhur, hanya ada Hansen yang berjaga.Melihat Celine masuk, dia langsung mengenali jaket yang dipakai Celine.Jaket itu milik Andreas!Celine akhirnya pergi menemui dia?Hansen melihat ke bawah, dia menyadari perasaan aneh di hatinya, tapi akhirnya dia memutuskan untuk menekannya....Saat ini, Andreas pulang ke tempat tinggalnya di pusat kota.Sebelum dia sempat beristirahat, begitu langit sudah cerah, Andreas mandi dan mengganti pakaiannya. Setelah setengah jam, mobilnya kembali berhenti di luar kediaman Keluarga Nadine."Tuan, Anda ...."Di dalam mobil, Owen melihat tuannya lewat kaca spion.Baru saja pergi selama du
Di luar kediaman Keluarga Nadine.Pagi-pagi tadi, Bella sudah mencari tahu tentang jadwal Andreas hari ini. Dia langsung buru-buru berangkat menuju kediaman Keluarga Nadine.Dia sama sekali tidak tertarik memberi penghormatan pada orang mati.Namun, dia tidak keberatan menggunakan cara ini untuk mendekati Andreas.Di dalam mobil mewah,Bella memakai gaun panjang berwarna hitam. Setelah memeriksa riasan wajahnya yang cantik dan memastikan penampilannya, Bella turun dari mobil memakai kacamata hitam.Dia melihat sekeliling lalu muncul kekecewaan di matanya. Dia pun mengoceh ke asistennya dengan suara kecil, "Bisa-bisanya nggak ada reporter."Bella mengira dengan identitas Richard, seharusnya akan ada reporter yang menunggu di depan kediaman Keluarga Nadine.Kalau tahu tidak akan ada reporter, dia pasti bakal meminta beberapa reporter ke sini.Namun sekarang, sudah pasti tidak sempat lagi."Sudahlah, lain kali setiap kali aku mau keluar, ingat kasih tahu reporter." Bella melihat asistenny
Andreas baru berjalan keluar dari kediaman Keluarga Nadine ketika Owen datang terburu-buru sambil membawa ponsel. "Tuan, Nyonya Besar ....""Nyonya Besar menyuruh Anda lihat ponsel Anda, juga berpesan Anda harus menerima panggilan ini ...." Owen memasang ekspresi yang seakan berkata tangani sendiri masalah ini.Andreas mengeluarkan ponselnya dan melihat ada beberapa panggilan tak terjawab dari kediaman Keluarga Jayadi."Oke." Andreas mengangguk lalu mengambil ponsel Owen."Nenek ...."Begitu dia memanggil neneknya, neneknya yang ada di seberang telepon langsung mendengus dingin. "Kamu masih tahu aku itu nenekmu? Aku pikir kamu bahkan sudah melupakanku.""Mana mungkin? Tadi aku pergi memberi penghormatan pada Tuan Richard, jadi nggak bisa menerima panggilan."Begitu mendengar penjelasan Andreas, kekesalan di hati Yuni pun menghilang seketika. "Oh, aku cuma ada satu hal yang mau kusampaikan. Kamu cepat pergi ke Estelle, penanggung jawab mereka mengundurkan diri, jadi untuk sementara kamu
Bella mengulurkan tangannya ke Andreas.Dia masuk ke dunia hiburan dengan identitasnya sebagai nona dari keluarga kaya. Dari awal, dia selalu disanjung oleh orang-orang.Bahkan waktu dia di luar negeri, dia juga tetap bisa menarik perhatian orang-orang di mana pun dengan wajahnya yang cantik.Pesonanya sudah tidak perlu diragukan lagi.Setiap orang yang pernah melihatnya pasti tidak akan bisa mengalihkan tatapan mereka.Andreas juga tidak terkecuali.Bella sangat percaya diri, tapi setelah sekian lama, orang di depannya tidak menyalaminya.Bella mengambil kesimpulan sendiri kalau Andreas mungkin tertegun karena melihat kecantikannya, jadi lupa menyalaminya.Bella mendongak dengan mata menggoda.Namun, dia langsung bertatapan dengan mata Andreas yang terlihat kesal.Bella tertegun lalu sengaja mengabaikan kening Andreas yang berkerut. Dia tersenyum dan berkata lagi, "Aku Bella Bakri ...."Ketika berbicara, Bella sengaja melangkah maju.Namun, tiba-tiba kakinya terkilir dan tubuhnya pun
Manajer hotel itu pun menceritakan semua yang terjadi hari itu dengan sangat mendetail.Mendengar ceritanya, hati Celine sangat bergejolak."Berarti benar!"Malam itu bukan mimpi, melainkan Andreas yang asli!"Aku sudah pernah menemuinya."Celine bergumam, bibirnya membentuk sebuah senyuman yang paling tulus dalam dua bulan ini.Dia juga perlahan-lahan semakin bersemangat. Dia melihat ke Albert dan Dylan sambil berkata, "Hari itu aku bertemu dengannya!"Albert dan Dylan saling bertatapan.Meski mereka tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi malam itu, mereka percaya dengan Celine.Atau mungkin, Celine dan Andreas tidak hanya pernah bertemu.Andreas bahkan sedang melindungi Celine.Melihat Celine tersenyum, Albert juga ikut tersenyum.Dylan juga menghela napas lega.Dari informasi-informasi ini, mereka sudah bisa membuktikan kalau Andreas baik-baik saja. Hanya masalah waktu ... sampai dia kembali.Sementara hal yang harus dia lakukan sebelum Andreas pulang adalah mengurus Grup Jayadi dan
Selama dua bulan ini, Celine sangat sering memimpikan Andreas.Namun, kebanyakan di mimpinya, sosok Andreas hanya terlihat bagian punggungnya secara samar-samar. Bagaimanapun Celine memanggil dan mengejar Andreas, dia tetap tidak bisa menyentuhnya.Kecuali satu kali itu.Dia memimpikan Albert, melihat wajahnya dengan jelas.Celine bisa merasakan sentuhan Andreas, bahkan detak jantung dan juga napasnya. Semuanya terasa sangat nyata, seakan-akan dia tidak sedang bermimpi, melainkan benar-benar terjadi.Bukan mimpi ....Celine terkejut dengan tebakannya ini.Saat ini, dia seakan-akan menangkap sesuatu, seperti tadi waktu dia berharap Tuvin adalah Andreas.Meski panggilan tadi sudah membuktikan kalau Tuvin bukan Andreas,Celine tetap ingin mencoba menangkap harapan dan petunjuk sekecil apa pun.Sementara mimpi dan juga tempat di mimpinya ada di Hotel Binara."Ke hotel, Hotel Binara." Celine tiba-tiba berdiri.Dia bahkan mau langsung keluar tanpa memakai sepatu.Albert dan Dylan tahu Celine
Semuanya tergantung pada kata-kata Lala.Lala sangat suka dengan rasa di mana semuanya ada di dalam kendalinya."Oh ... oh begitu?" Celine merasa hatinya terasa berat.Seakan-akan ditimpa oleh sesuatu.Sementara wanita di seberang telepon malah terdengar semakin senang. "Iya, kami sudah mau menikah, kamu bakal mendoakan kami, 'kan?"Mendoakan?Celine tidak pernah bertemu "Tuvin", juga tidak pernah bertemu tunangannya.Sepasang orang tidak dikenal akan segera menikah, dia seharusnya mengucapkan selamat.Namun, saat ini, begitu memikirkan mau "mendoakan" mereka, hatinya seakan-akan ditusuk-tusuk, membuatnya kesusahan bernapas."Nona, kamu masih mendengar?"Lala kembali berkata.Dia seakan-akan tidak akan menyerah kalau belum mendapatkan ucapan selamat dari Celine.Terdengar suara napas yang kurang stabil di seberang, Lala pun tersenyum semakin lebar. Dia semakin bertekad mau mendengar ucapan selamat dari Celine.Celine menghirup napas dalam-dalam, dia ingin mengucapkan selamat, tapi mulu
Melihat nomor telepon itu, Celine merasa sangat tegang.Dia tahu jelas apa yang dia nantikan.Namun, semakin dia menginginkannya, hatinya semakin gelisah.Pertanyaan di hatinya juga semakin banyak, dia ingin mendapatkan jawaban.Setelah menghirup napas dalam, Celine akhirnya menelepon "Tuvin Sarwen".Ketika sedang menunggu panggilan terhubung, jantung Celine berdetak sangat kencang, seolah-olah akan segera melompat keluar.Setelah panggilan terhubung, apa yang harus dia katakan?Kalau "Tuvin" bukan dia ....Berbagai macam pikiran melintas di benak Celine.Akhirnya, suara dering telepon berhenti, lalu terdengar suara napas."Halo?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita.Celine tertegun sejenak, semua pikiran dan juga ketegangan tadi seakan-akan membeku."Halo, siapa ini?"Suara wanita itu membuat Celine seketika tersadar.Dia memastikan sekali lagi kalau ini nomor yang diberi Noni. Setelah itu, dia mencoba bertanya, "Apakah ini nomornya Tuvin Sarwen?"Orang di seberang telepon terdia
Owen mendongak melihat ke salah satu rumah.Ketika dia melihat Celine, dia menyadari Celine juga sedang melihat ke rumah itu.Hanya orang rumah ini yang belum mereka temui orangnya.Yang lainnya juga melihat tatapan Celine.Saat ini, fokus mereka semua tertuju pada satu-satunya rumah yang terkunci dan tidak ada orang ini.Mereka masih ingat jelas kata-kata tetangga tadi.Tetangga itu bilang orang yang tinggal di rumah ini adalah keluarga bermarga Sarwen. Cucu orang tua di rumah ini meski bentuk tubuhnya agak mirip dengan Andreas, wajahnya tidak mirip.Yang namanya tetangga tidak mungkin tidak kenal.Tetangga itu bilang bukan, harusnya benar bukan Andreas.Melihat mereka semua tidak berhasil menemukan orang yang ingin dicari, tetangga itu pun berkata, "Kalian lagi mencari orang yang sangat penting untuk kalian, ya? Pasti bakal ketemu, harus tetap berharap, pasti bisa ketemu. Seperti cucunya Gion ....""Tiga tahun lalu, kecelakaan itu parah sekali. Kami mengira Tuvin sudah pasti mati, ta
Di area yang ditentukan Owen ada banyak rumah kecil.Di sekitar tidak ada CCTV, jadi mereka hanya bisa bertanya ke satu-satu rumah.Begitu turun mobil, Celine langsung mengikuti nalurinya berjalan ke sebuah rumah lalu tidak bisa bergerak lagi."Celly, ada apa?" Albert mengikuti dia dari belakang.Dylan yang sedang menanyakan proses pencarian ke Owen juga segera menghampiri mereka waktu menyadari keadaan Celine."Kak Celine, ada apa?"Mereka berdua jelas terlihat khawatir.Celine melihat rumah di depannya dan berkata, "Dia ... ada di sini."Celine terdengar sangat yakin.Albert dan Dylan saling menatap lalu mengikuti arah pandang Celine.Mereka percaya dengan naluri Celine.Dylan langsung memanggil Owen dan berkata, "Kalian sudah cek rumah ini?""Waktu pagi-pagi tadi sudah ke sini, tapi pintunya tertutup. Jadi kita cuma coba panggil, seorang wanita bilang nggak bisa buka pintu. Kita juga nggak punya alasan untuk masuk.""Tadi waktu ke sini lagi, di dalam kayaknya nggak ada orang."Owen
...Di Kompleks Tiara.Sejak semalam datang, Albert dan Dylan tetap di sini.Mereka terus melihat rekaman CCTV berulang kali.Celine sudah tidak tidur semalaman, mereka berdua juga sama.Setiap setengah jam, Owen menyampaikan informasi terbaru.Mereka menemukan sopir taksi yang dinaiki Andreas dari plat mobil yang tertangkap di CCTV.Menurut informasi yang diberikan sopir taksi, penumpangnya turun di depan jalan area perumahan di pinggiran kota.Waktu menyusuri jalan itu, mereka tiba di sebuah perumahan pribadi dengan halaman.Bawahan Owen hanya memeriksa setiap rumah secara kasar, tapi mereka tidak menemukan Andreas.Waktu Celine mendapat informasi ini, detak jantung Celine bertambah cepat."Di sana, dia pasti di sana." Celine tidak percaya orang sebesar itu bisa tiba-tiba hilang.Hanya ada satu kemungkinan, yaitu pencariannya tidak cukup teliti."Aku mau ke sana, aku mau mencarinya."Waktu Celine menyampaikan keputusannya ini pada Dylan dan Albert, tatapannya sangat penuh tekad.Seja
"Kamu masih ingat hal-hal aneh lainnya, nggak?"Hal-hal aneh?Andreas mengernyit, lalu berpikir sejenak dan akhirnya bertanya dengan ekspresi bingung, "Hal aneh apa?"Berarti dia sudah lupa!Bagus sekali!Lala sangat puas.Lala pun mencari alasan untuk menjawab kebingungan Andreas. "Nggak apa, cuma semalam pas demam, kamu mengatakan hal-hal nggak jelas. Kayaknya kamu mimpi buruk.""Tapi sekarang kamu sudah sembuh."Lala akhirnya lega.Namun tiba-tiba, Andreas menemukan sesuatu di sakunya.Waktu Lala melihat Andreas mengeluarkan kalung itu, ekspresinya langsung mengeras. Dia juga pernah belajar desain perhiasan.Selama ini, dia juga selalu mengawasi Grup Nadine dan juga Perusahaan Perhiasan Nadine.Hanya lihat sekilas saja dia sudah tahu kalau ini adalah karya jadi dari desain yang Andreas gambar kemarin.Ternyata kemarin Andreas buru-buru keluar untuk membuat kalung ini?Namun ....Lala melihat ukiran di liontin kalung itu. Bagaimana Andreas bisa tahu pola itu?Lala pernah melihat pola
Dalam beberapa saat, orang di atas kasur itu perlahan-lahan tidak memberontak lagi.Suara Gion bergema di dalam kamar dan masuk ke telinga Andreas."Tuvin, kamu itu Tuvin. Setelah bangun, kamu hanya Tuvin Sarwen. Orang yang kamu cintai adalah Lala, kamu bergantung padanya dan mencintainya. Tujuan hidupmu adalah membahagiakannya.""Di hidupmu hanya ada satu wanita, yaitu dia. Nggak ada orang lain."Orang di atas kasur sudah tidak memberontak, seperti sudah tertidur.Juga seperti sudah menerima setiap kata-kata.Gion mengulang kata-katanya berkali-kali sampai akhirnya berhenti.Lala tidak sabar ingin tahu hasilnya. "Begini saja ... sudah bisa?""Iya," jawab Gion datar.Lala pun tersenyum puas. Dia tahu kemampuan Gion, Gion bilang sudah, berarti sudah.Tiba-tiba, dia teringat sesuatu. "Dia ... bakal jadi gila?"Waktu menanyakan pertanyaan ini, di matanya terlihat kekhawatiran. Melihat ini, Gion pun mencibir di dalam hati.Sangat rendahan.Dia bukannya tidak peduli Andreas jadi gila atau t