Kalau tidak Kakek ...."Jeremy, kamu bilang apa?"Jessy merasa setelah datang ke Binara, Jeremy berubah banyak.Bahkan dia yang adalah ibunya mulai tidak mengenal Jeremy."Intinya, masalah kamu dan Lily sudah diputuskan. Kamu harus mendapatkan dia," perintah Jessy.Banyak informasi internal yang tidak bisa Jeremy beri tahu Jessy, dia pun terpaksa setuju. Setelah Jessy puas, dia baru meninggalkan kamar Jessy.Di ruang tamu,Hansen dan Wahyu sedang membicarakan masalah pemakaman Richard."Besok saja."Jeremy hanya mendengar kata ini.Namun, Lily yang dari tadi diam-diam menguping mendengar lebih banyak.Mereka memutuskan untuk mengkremasi jasad Richard. Lily yang mendengar hal ini pun sangat bersemangat. Dia memikirkan kapan mau mengungkit surat wasiat Richard.Setelah berpikir sekian lama, dia tetap merasa lebih sempurna kalau ada orang lain yang mengungkit surat wasiat ini.Namun, siapa orang itu? Siapa yang cocok?Tak lama kemudian, di hati Lily sudah ada orang pilihan.Malam itu, Lil
"Tentu saja."Jeremy menatap Lily, dia tidak memberi tahu Lily kalau saat ini pengacara itu sudah di Binara.Begitu kembali ke Binara, Richard sudah diam-diam menyuruh pengacara itu ke sini.Kelihatannya Richard sudah memperkirakan gerak-gerik Lily malam ini.Setelah mendapatkan jawaban yang pasti dari Jeremy, Lily semakin senang.Dia tidak berani terlalu mencolok, dia pun menghela napas lega. "Memastikan semuanya mengikuti harapan Kakek adalah satu-satunya hal yang bisa kulakukan untuk Kakek."Lily melihat ke bawah, benar-benar terlihat seperti orang yang tidak menginginkan apa-apa.Namun, Jeremy tahu karakter asli wanita ini.Jeremy akhirnya tidak bisa menahan rasa jijiknya lagi. Dia mencari alasan terlalu lelah untuk mengusir Lily.Setelah kembali ke kamarnya, Lily mulai merencanakan langkah selanjutnya dengan penuh semangat.Keesokan paginya, semua orang di vila sangat sibuk.Kemarin mereka sudah memutuskan untuk mengkremasi "jasad" Richard hari ini.Sebelum dikremasi, tentu saja h
Jessy bertanya pada Carla dan Lily.Carla menjawab dengan datar, "Aku mengikuti keputusan kalian.""Aku ... aku nggak tahu." Lily mengernyit, seakan-akan susah mengambil keputusan. Namun, dalam hati dia mencibir.Apa maksudnya membagi aset?Semua milik Keluarga Nadine adalah miliknya, mana mungkin bagi ke orang-orang ini?Namun, dia tidak buru-buru.Lebih seru kalau mereka berebutan dulu lalu menghancurkan harapan mereka."Aku sudah membawa pengacara dan akuntan Perusahaan Nadine. Sebagai putrinya, aku dapat setengah dari semua usaha Keluarga Nadine dan koleksi kaligrafi dan lukisan Tuan Richard serta aset properti. Setengah lagi kalian cucu-cucu bagi rata."Jessy bersikap seolah-olah dia sudah sangat berbaik hati, seakan-akan dia sudah sangat murah hati dengan memberikan mereka setengah aset."Ibu!"Wajah Jeremy terlihat sangat gusar, tapi Jessy hanya memelototinya.Dia memerhatikan reaksi beberapa orang yang hadir.Muncul amarah di mata Hansen. Amarah ini bukan karena pembagian aset
Seakan-akan di sini, selain Tuan Richard, hanya Hansen yang punya hak membuat keputusan.Hal ini membuat Lily sedikit tidak senang.Asal tahu saja, dia adalah pewaris sah Keluarga Nadine. Apalagi pengacara ini sudah menyaksikan Kakek menulis surat wasiat, seharusnya tahu siapa yang akan menerima warisannya.Pengacara ini seharusnya bertanya padanya, dia yang harusnya membuat keputusan.Namun, pengacara ini malah menganggap Hansen sebagai kepala keluarga.Namun, dalam sekejap, Lily tidak memedulikan hal ini lagi. Pengacara bernama Hasan ini tidak bisa membaca situasi. Nanti setelah isi surat wasiat diumumkan, setelah dia mewariskan aset Keluarga Nadine, orang-orang ini pasti akan menyadari posisi dia."Silakan Pak Hasan umumkan."Hansen menjawab dengan tegas.Hasan membuka dokumen yang tersegel dan mengeluarkan surat wasiat di dalamnya di depan tatapan semua orang."Aku, Richard Nadine, mewariskan seluruh hartaku kepada ...."Hasan membaca isi surat wasiat itu. Semua orang di dalam ruan
Menurutnya, Hansen tetap lebih bisa diandalkan daripada Jeremy.Tepat ketika Lily masih merasa bangga pada dirinya dan mulai merencanakan masa depan seakan-akan sudah mendengar kalau seluruh harta Keluarga Nadine adalah miliknya, Hansen tiba-tiba berkata tegas,"Kalau tidak mau tetap ada di sini, boleh langsung pergi."Begitu dia selesai bicara, sekelompok pria berjas hitam bergegas masuk ruangan dan mengelilingi semua orang, seakan-akan berkata kalau ada yang berani membuat keributan, mereka akan melempar orang itu keluar.Sikap Jessy langsung berubah lunak.Dia tiba-tiba merasa suasana hari ini agak aneh.Jessy segera melihat ke orang-orang itu dan tiba-tiba tertegun saat melihat logo di tubuh mereka.Mereka adalah organisasi Swastamita milik Keluarga Jayadi!Kenapa orang Keluarga Jayadi ada di sini?Tidak hanya Jessy, Carla yang dari tadi hanya diam juga mengenali logo itu.Setelah tertegun sejenak, Carla tiba-tiba menyadari kalau situasi hari ini sangat aneh, terutama kedatangan Ha
"Apa yang mau kalian lakukan?"Carla berpikir keras, tapi tetap tidak bisa menebak seluruh kejadiannya.Namun, dia tahu jelas satu hal. Kalau Richard tidak mati, maka semua yang terjadi hari ini adalah jebakan.Jebakan ini disiapkan untuk siapa?Jessy? Dia? Atau ... Lily?Carla dalam hati merasa lega, untungnya dia sudah menyadarinya, jadi tidak ikut terjebak.Sementara Lily ....Muncul kebencian di mata Carla.Tidak peduli jebakan ini untuk siapa, hari ini adalah kesempatan yang sangat bagus.Carla langsung menelepon seseorang dan berpesan sesuatu pada orang di telepon lalu menutup telepon. Dia mulai menanti-nantikan apa yang akan terjadi nantinya....Sementara saat ini, Lily yang ada di ruang leluhur masih menanti-nantikan apa yang akan terjadi selanjutnya.Kejadian Carla pingsan membuatnya sangat kesal.Setelah Wahyu menyuruh orang membawa Carla pergi, Lily langsung melihat Hasan dengan tatapan tidak sabar. Namun, dia tetap takut orang-orang melihat kegelisahannya, jadi dia tidak m
Suara Lily sangat lembut, tetap berpura-pura polos dan suci seperti bunga putih.Carla mendengus dingin lalu menatap Lily. "Lily bukan orang yang gila harta. Kalaupun Kakek mau menebusmu, Lily juga nggak akan menerima pembagian aset seperti ini, 'kan?"Lily tersendat.Saat ini, semua orang memperhatikan dia, seakan-akan sangat menantikan jawabannya.Tidak menerima?Dia sudah merencanakan semua ini sangat lama, memangnya untuk menunjukkan kemurahan hatinya?Dia melakukan semua ini hanya untuk menggantikan Celine dan mendapatkan semua milik Keluarga Nadine.Namun, si Carla ini apa-apaan?Kenapa sengaja menyusahkan dia!"Lily, kalau kamu nggak terima, boleh mengusulkan tidak setuju dan menolak surat wasiat ini," desak Carla.Jessy juga senang melihat situasi ini. "Benar, lagi pula sekarang semuanya ada di sini. Pak Hasan bisa bantu urus."Saat ini, ekspresi Lily yang dia kendalikan dengan sangat baik akhirnya menunjukkan sedikit kebencian.Namun, dalam sekejap dia kembali lagi dan berkata
Semua orang langsung tertegun.Suara wanita itu sudah diubah sedikit.Meski tidak yakin itu suara siapa, tapi bisa terdengar kalau situasinya sangat panas.Di antara suara desahan, bisa terdengar kata-kata yang kurang sopan dari wanita itu. Hanya dengar suara saja, ekspresi orang-orang yang ada di sana sudah berubah.Lily agak kaget dan diam-diam memarahi Irina karena sudah mengubah suara Celine. Namun, dia juga tidak peduli. Kalaupun tidak terdengar kalau itu suara Celine, orang yang ada di video adalah Celine, jadi sama saja!Lily melirik Hansen sekilas.Dia paling penasaran dengan reaksi Hansen saat tahu kalau wanita yang ada di video itu adalah Celine. Namun, Hansen hanya mengernyit dan memasang ekspresi kesal, tapi tidak mengeluarkan ponselnya.Jessy seakan-akan juga tertegun melihat video itu dan hanya bisa diam saja.Suara wanita itu tetap terdengar di seluruh ruangan.Di situasi yang aneh ini, ada orang kedua yang mengeluarkan ponselnya dan membuka pesan yang dia terima tadi.A
Manajer hotel itu pun menceritakan semua yang terjadi hari itu dengan sangat mendetail.Mendengar ceritanya, hati Celine sangat bergejolak."Berarti benar!"Malam itu bukan mimpi, melainkan Andreas yang asli!"Aku sudah pernah menemuinya."Celine bergumam, bibirnya membentuk sebuah senyuman yang paling tulus dalam dua bulan ini.Dia juga perlahan-lahan semakin bersemangat. Dia melihat ke Albert dan Dylan sambil berkata, "Hari itu aku bertemu dengannya!"Albert dan Dylan saling bertatapan.Meski mereka tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi malam itu, mereka percaya dengan Celine.Atau mungkin, Celine dan Andreas tidak hanya pernah bertemu.Andreas bahkan sedang melindungi Celine.Melihat Celine tersenyum, Albert juga ikut tersenyum.Dylan juga menghela napas lega.Dari informasi-informasi ini, mereka sudah bisa membuktikan kalau Andreas baik-baik saja. Hanya masalah waktu ... sampai dia kembali.Sementara hal yang harus dia lakukan sebelum Andreas pulang adalah mengurus Grup Jayadi dan
Selama dua bulan ini, Celine sangat sering memimpikan Andreas.Namun, kebanyakan di mimpinya, sosok Andreas hanya terlihat bagian punggungnya secara samar-samar. Bagaimanapun Celine memanggil dan mengejar Andreas, dia tetap tidak bisa menyentuhnya.Kecuali satu kali itu.Dia memimpikan Albert, melihat wajahnya dengan jelas.Celine bisa merasakan sentuhan Andreas, bahkan detak jantung dan juga napasnya. Semuanya terasa sangat nyata, seakan-akan dia tidak sedang bermimpi, melainkan benar-benar terjadi.Bukan mimpi ....Celine terkejut dengan tebakannya ini.Saat ini, dia seakan-akan menangkap sesuatu, seperti tadi waktu dia berharap Tuvin adalah Andreas.Meski panggilan tadi sudah membuktikan kalau Tuvin bukan Andreas,Celine tetap ingin mencoba menangkap harapan dan petunjuk sekecil apa pun.Sementara mimpi dan juga tempat di mimpinya ada di Hotel Binara."Ke hotel, Hotel Binara." Celine tiba-tiba berdiri.Dia bahkan mau langsung keluar tanpa memakai sepatu.Albert dan Dylan tahu Celine
Semuanya tergantung pada kata-kata Lala.Lala sangat suka dengan rasa di mana semuanya ada di dalam kendalinya."Oh ... oh begitu?" Celine merasa hatinya terasa berat.Seakan-akan ditimpa oleh sesuatu.Sementara wanita di seberang telepon malah terdengar semakin senang. "Iya, kami sudah mau menikah, kamu bakal mendoakan kami, 'kan?"Mendoakan?Celine tidak pernah bertemu "Tuvin", juga tidak pernah bertemu tunangannya.Sepasang orang tidak dikenal akan segera menikah, dia seharusnya mengucapkan selamat.Namun, saat ini, begitu memikirkan mau "mendoakan" mereka, hatinya seakan-akan ditusuk-tusuk, membuatnya kesusahan bernapas."Nona, kamu masih mendengar?"Lala kembali berkata.Dia seakan-akan tidak akan menyerah kalau belum mendapatkan ucapan selamat dari Celine.Terdengar suara napas yang kurang stabil di seberang, Lala pun tersenyum semakin lebar. Dia semakin bertekad mau mendengar ucapan selamat dari Celine.Celine menghirup napas dalam-dalam, dia ingin mengucapkan selamat, tapi mulu
Melihat nomor telepon itu, Celine merasa sangat tegang.Dia tahu jelas apa yang dia nantikan.Namun, semakin dia menginginkannya, hatinya semakin gelisah.Pertanyaan di hatinya juga semakin banyak, dia ingin mendapatkan jawaban.Setelah menghirup napas dalam, Celine akhirnya menelepon "Tuvin Sarwen".Ketika sedang menunggu panggilan terhubung, jantung Celine berdetak sangat kencang, seolah-olah akan segera melompat keluar.Setelah panggilan terhubung, apa yang harus dia katakan?Kalau "Tuvin" bukan dia ....Berbagai macam pikiran melintas di benak Celine.Akhirnya, suara dering telepon berhenti, lalu terdengar suara napas."Halo?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita.Celine tertegun sejenak, semua pikiran dan juga ketegangan tadi seakan-akan membeku."Halo, siapa ini?"Suara wanita itu membuat Celine seketika tersadar.Dia memastikan sekali lagi kalau ini nomor yang diberi Noni. Setelah itu, dia mencoba bertanya, "Apakah ini nomornya Tuvin Sarwen?"Orang di seberang telepon terdia
Owen mendongak melihat ke salah satu rumah.Ketika dia melihat Celine, dia menyadari Celine juga sedang melihat ke rumah itu.Hanya orang rumah ini yang belum mereka temui orangnya.Yang lainnya juga melihat tatapan Celine.Saat ini, fokus mereka semua tertuju pada satu-satunya rumah yang terkunci dan tidak ada orang ini.Mereka masih ingat jelas kata-kata tetangga tadi.Tetangga itu bilang orang yang tinggal di rumah ini adalah keluarga bermarga Sarwen. Cucu orang tua di rumah ini meski bentuk tubuhnya agak mirip dengan Andreas, wajahnya tidak mirip.Yang namanya tetangga tidak mungkin tidak kenal.Tetangga itu bilang bukan, harusnya benar bukan Andreas.Melihat mereka semua tidak berhasil menemukan orang yang ingin dicari, tetangga itu pun berkata, "Kalian lagi mencari orang yang sangat penting untuk kalian, ya? Pasti bakal ketemu, harus tetap berharap, pasti bisa ketemu. Seperti cucunya Gion ....""Tiga tahun lalu, kecelakaan itu parah sekali. Kami mengira Tuvin sudah pasti mati, ta
Di area yang ditentukan Owen ada banyak rumah kecil.Di sekitar tidak ada CCTV, jadi mereka hanya bisa bertanya ke satu-satu rumah.Begitu turun mobil, Celine langsung mengikuti nalurinya berjalan ke sebuah rumah lalu tidak bisa bergerak lagi."Celly, ada apa?" Albert mengikuti dia dari belakang.Dylan yang sedang menanyakan proses pencarian ke Owen juga segera menghampiri mereka waktu menyadari keadaan Celine."Kak Celine, ada apa?"Mereka berdua jelas terlihat khawatir.Celine melihat rumah di depannya dan berkata, "Dia ... ada di sini."Celine terdengar sangat yakin.Albert dan Dylan saling menatap lalu mengikuti arah pandang Celine.Mereka percaya dengan naluri Celine.Dylan langsung memanggil Owen dan berkata, "Kalian sudah cek rumah ini?""Waktu pagi-pagi tadi sudah ke sini, tapi pintunya tertutup. Jadi kita cuma coba panggil, seorang wanita bilang nggak bisa buka pintu. Kita juga nggak punya alasan untuk masuk.""Tadi waktu ke sini lagi, di dalam kayaknya nggak ada orang."Owen
...Di Kompleks Tiara.Sejak semalam datang, Albert dan Dylan tetap di sini.Mereka terus melihat rekaman CCTV berulang kali.Celine sudah tidak tidur semalaman, mereka berdua juga sama.Setiap setengah jam, Owen menyampaikan informasi terbaru.Mereka menemukan sopir taksi yang dinaiki Andreas dari plat mobil yang tertangkap di CCTV.Menurut informasi yang diberikan sopir taksi, penumpangnya turun di depan jalan area perumahan di pinggiran kota.Waktu menyusuri jalan itu, mereka tiba di sebuah perumahan pribadi dengan halaman.Bawahan Owen hanya memeriksa setiap rumah secara kasar, tapi mereka tidak menemukan Andreas.Waktu Celine mendapat informasi ini, detak jantung Celine bertambah cepat."Di sana, dia pasti di sana." Celine tidak percaya orang sebesar itu bisa tiba-tiba hilang.Hanya ada satu kemungkinan, yaitu pencariannya tidak cukup teliti."Aku mau ke sana, aku mau mencarinya."Waktu Celine menyampaikan keputusannya ini pada Dylan dan Albert, tatapannya sangat penuh tekad.Seja
"Kamu masih ingat hal-hal aneh lainnya, nggak?"Hal-hal aneh?Andreas mengernyit, lalu berpikir sejenak dan akhirnya bertanya dengan ekspresi bingung, "Hal aneh apa?"Berarti dia sudah lupa!Bagus sekali!Lala sangat puas.Lala pun mencari alasan untuk menjawab kebingungan Andreas. "Nggak apa, cuma semalam pas demam, kamu mengatakan hal-hal nggak jelas. Kayaknya kamu mimpi buruk.""Tapi sekarang kamu sudah sembuh."Lala akhirnya lega.Namun tiba-tiba, Andreas menemukan sesuatu di sakunya.Waktu Lala melihat Andreas mengeluarkan kalung itu, ekspresinya langsung mengeras. Dia juga pernah belajar desain perhiasan.Selama ini, dia juga selalu mengawasi Grup Nadine dan juga Perusahaan Perhiasan Nadine.Hanya lihat sekilas saja dia sudah tahu kalau ini adalah karya jadi dari desain yang Andreas gambar kemarin.Ternyata kemarin Andreas buru-buru keluar untuk membuat kalung ini?Namun ....Lala melihat ukiran di liontin kalung itu. Bagaimana Andreas bisa tahu pola itu?Lala pernah melihat pola
Dalam beberapa saat, orang di atas kasur itu perlahan-lahan tidak memberontak lagi.Suara Gion bergema di dalam kamar dan masuk ke telinga Andreas."Tuvin, kamu itu Tuvin. Setelah bangun, kamu hanya Tuvin Sarwen. Orang yang kamu cintai adalah Lala, kamu bergantung padanya dan mencintainya. Tujuan hidupmu adalah membahagiakannya.""Di hidupmu hanya ada satu wanita, yaitu dia. Nggak ada orang lain."Orang di atas kasur sudah tidak memberontak, seperti sudah tertidur.Juga seperti sudah menerima setiap kata-kata.Gion mengulang kata-katanya berkali-kali sampai akhirnya berhenti.Lala tidak sabar ingin tahu hasilnya. "Begini saja ... sudah bisa?""Iya," jawab Gion datar.Lala pun tersenyum puas. Dia tahu kemampuan Gion, Gion bilang sudah, berarti sudah.Tiba-tiba, dia teringat sesuatu. "Dia ... bakal jadi gila?"Waktu menanyakan pertanyaan ini, di matanya terlihat kekhawatiran. Melihat ini, Gion pun mencibir di dalam hati.Sangat rendahan.Dia bukannya tidak peduli Andreas jadi gila atau t