Ketika Feren menerima telepon dari Carla, dia sedang ambil air di ruang istirahat. Saat ini, dia sedang memegang termos yang sudah diisi. Tiba-tiba, matanya menyipit lalu dia berjalan maju.Dia sengaja tersandung lalu air di termos pun tumpah ke tangan Celine.Seketika, Celine refleks menarik tangannya, tapi tetap telat selangkah."Aah ...."Sakit banget!Kulitnya yang memang halus langsung memerah.Celine refleks berlari ke kamar mandi.Namun, karena buru-buru, dia menabrak Feren, tapi dia tidak sempat berhenti.Sesampainya di kamar mandi, Celine membuka keran dan menyiram tangannya yang memerah dengan air dingin.Entah lewat berapa lama, akhirnya tangannya sudah tak sesakit tadi, tapi tetap melepuh.Celine menghirup napas dalam-dalam lalu baru sadar tadi waktu dia berlari ke kamar mandi, dia refleks tahu kamar mandi ada di mana.Kelihatannya, dia memang familier dengan tempat ini.Sementara kantor direktur desain itu ....Mungkin di dalam sana ada lebih banyak ingatannya.Celine sibu
Celine mau memperbaiki kata-kata Feren, tapi sebelum dia selesai bicara, Feren memotong kata-katanya."Heh, Nona Celine, kamu jangan-jangan mau membalikkan kenyataan dan bilang aku yang bikin tanganmu melepuh?"Celine pun mencibir, "Memangnya bukan?""Bukan, tentu saja bukan. Kebetulan semua orang ada di sini, kita bicarakan dengan jelas."Feren memasang ekspresi marah seakan-akan diperlakukan tidak adil. "Habis ambil air, aku keluar dari ruang istirahat terus melihat Nona Celine. Aku mau pergi minta maaf karena sebelumnya aku membicarakanmu di belakang memang aku yang salah. Tapi kalaupun kamu nggak mau terima permintaan maafku, kamu juga nggak perlu sampai sengaja mendorongku. Karena didorong, makanya airku nggak sengaja tumpah kena tanganmu ...."Maksud di balik kata-katanya adalah tangan Celine melepuh karena perbuatannya sendiri.Kemampuan orang ini dalam membalikkan kenyataan membuat Celine kagum.Seketika, semua orang melihat Celine dengan tatapan aneh, jelas percaya dengan Fere
Celine jongkok untuk mengambil ponselnya.Namun, ketika tangannya hampir menyentuh ponselnya, sebuah kaki menginjak ponselnya.Celine mendongak dan melihat senyuman sombong Feren.Tepat pada saat ini, ponsel yang diinjak itu berbunyi pertanda ada telepon masuk.Tidak terlihat siapa yang menelepon. Setelah berbunyi sangat lama, telepon itu pun terputus otomatis. Setelah satu detik, ponsel kembali berbunyi ...."Minggir," ujar Celine."Minggir? Heh, kasih aku satu alasan!" Feren dalam hati sangat senang.Dia menatap Celine dari atas.Dulu, Celine adalah orang yang dianggap penting oleh Tuan Richard, juga pernah jadi direktur bagian desain di Perusahaan Perhiasan Nadine, bahkan mungkin akan mendapatkan warisan setelah Tuan Richard meninggal.Namun sekarang, Celine ini berlutut di depannya sambil mendongak melihatnya."Alasan?" Amarah yang dari tadi Celine tahan sudah tidak bisa disembunyikan lagi.Meski dia sudah lupa apa yang terjadi, dia merasa dirinya bukan orang yang penakut dan gampa
Celine pikir bakal ada pertempuran lagi, tapi baru saja beberapa satpam mendekati dia, terdengar seseorang berseru, "Berhenti!"Celine melihat ke asal suara itu dan mengenali kalau orang itu adalah wanita yang membawanya naik tadi.Orang yang tadi memanggil wanita ini memanggil wanita itu dengan sebutan "Nona Carla".Saat ini, Carla berjalan kemari lalu menatap para satpam dengan wajah tidak senang. Para satpam itu langsung mundur beberapa langkah.Namun, melihat dukungannya sudah datang, Feren malah semakin percaya diri. "Nona Carla, Celine memukulku. Aku ... aku nggak bisa berdiri lagi, aku ....""Kalau nggak bisa berdiri, tiduran saja."Carla tiba-tiba memotong kata-katanya.Feren tertegun sejenak, mengira kata-katanya kurang jelas, jadi dia kembali berkata, "Nona Carla, Celine sengaja membuat keributan ....""Tutup mulutmu!" ujar Carla lagi.Kali ini, dia menatap Feren dengan tatapan dingin. Feren pun akhirnya diam.Namun, Feren masih menganggap Carla datang untuk menghadapi Celine
"Nggak usah, cuma tanganku yang sakit, jadi agak emosi."Celine bahkan tidak meminta maaf ke Albert karena kata-katanya tadi.Kerutan di kening Carla semakin dalam.Namun, entah apa lagi yang dikatakan orang di telepon, membuat Celine kesal kembali."Sudah kubilang nggak usah!"Kemudian, Celine langsung menutup telepon.Carla tiba-tiba sedikit menyesal.Tadi dia menyuruh Feren mencari masalah dengan Celine karena kebetulan Hansen tidak ada di kantor, jadi tidak ada yang bisa membantu Celine. Namun dia tidak menyangka, tidak ada Hansen, malah muncul Albert Tjangnaka.Kalaupun Albert tidak di tempat, tapi kalau nantinya dia tahu apa yang terjadi dan datang mencari Carla, Keluarga Nadine juga tidak akan bisa membantunya."Celly, polisi lagi periksa CCTV. Tanganmu luka parah, aku bawa kamu ke rumah sakit dulu saja."Carla awalnya berharap tangan Celine cacat.Namun sekarang, dia berharap semuanya baik-baik saja.Gelembung di punggung tangan Celine sudah menonjol keluar, kelihatannya sangat
"Ada apa ini?"Ekspresi Andreas makin suram, tangannya menyentuh tangan Celine, membuatnya kesakitan."Ah!"Sakit, benar-benar sakit!Tadi juga sakit, tapi tadi dia masih bisa tahan.Begitu pria ini datang, dia malah jadi tidak tahan.Celine melihat Andreas dan melihat Andreas sedang memeriksa tangannya dengan teliti. Celine merasa hatinya berdetak kencang, bahkan iramanya juga agak berantakan.Andreas tidak tahu apa yang Celine pikirkan, dia hanya melihat Celine mengernyit karena kesakitan. Dia pun melihat ke orang-orang yang ada di sana."Ini ... ini hanya salah paham."Carla tidak berani memanggilnya Tuan Andreas.Dia sama sekali tidak menyangka Andreas bakal datang.Namun, Andreas juga tidak peduli dengan Carla. Dia memasang ekspresi tajam, tapi tidak langsung menginterogasi mereka. Dia menelepon seseorang lalu hanya mengatakan beberapa kalimat sebelum mematikannya.Ekspresinya masih tetap tajam.Suasana di sekitar sangat menegangkan.Semua orang menebak-nebak identitas orang ini.
Cuma dua kata saja, bahkan ucapannya tidak jelas, tapi para polisi mengerti maksudnya.Wibawa orang ini benar-benar luar biasa.Tidak ada yang berani protes lagi.Seorang polisi mengambil sebuah komputer dan mulai memutar rekaman CCTV kejadian tadi.Ketika melihat situasi tadi, wajah Feren sudah pucat pasi. Dia sengaja mencari masalah dengan Celine karena ada dukungan Carla. Bisa dilihat dia suka menindas yang lebih lemah dan takut sama yang lebih kuat.Sudah berkali-kali dia menatap Carla dengan tatapan minta tolong, tapi Carla sama sekali tidak melihatnya.Saat itu, dia tahu mampuslah dia.Carla tidak akan membantunya lagi.Begitu rekaman CCTV diputar ...."Aduh ...."Suara teriakan Celine di rekaman CCTV menyadarkan Feren.Saat ini, semua orang yang ada di sini bisa melihat layar komputer. Melihat keseluruhan kronologinya, bahkan orang-orang yang tidak bisa melihat dengan jelas karena sudut pandang juga tahu secara garis besar apa yang terjadi dari percakapan di video itu."Feren ya
Sebenarnya, dua tamparan Celine tadi sangat kuat, tapi wajahnya hanya memerah, tidak ada luka nyata.Menabraknya sampai jatuh juga hanya sakit pas tadi. Setelah beberapa saat, gerakannya tidak terganggu.Dia sama sekali tidak ada hubungannya dengan "terluka", tapi memang pas kejadian terasa sakit.Celine melihat ke bawah sambil tersenyum.Harapan yang baru saja terlihat oleh Feren langsung hilang. Muncul kepanikan di matanya, dia pun refleks melihat Carla.Namun, dia dari tadi sudah dibuang oleh Carla.Bahkan karena takut Feren mengungkit dia, Carla langsung mengancam Feren. "Feren, Perusahaan Perhiasan Nadine tidak bisa menoleransi perbuatanmu hari ini. Cepat ke kantor polisi dan ikuti semua prosedurnya."Carla sengaja mengungkit Perusahaan Perhiasan Nadine untuk memberi tahu Feren, kalau sampai orang lain tahu Carla adalah orang di balik semua ini, dia tidak akan mengampuni Feren.Feren langsung mengerti.Saat ini, dia sangat menyesal, tapi sudah tidak sempat.Setelah polisi membawa
Tubuh mereka hanya terpisah oleh dua lapis pakaian.Andreas seharusnya segera melepaskan diri, tapi saat itu, tubuh Andreas membeku, dia bahkan berhenti bernapas.Di telinganya terngiang kata-kata wanita ini tadi, yaitu "Akhirnya pulang juga".Dia bisa merasakan dengan jelas penantian dan kerinduan wanita ini. Teringat dengan kata-kata staf hotel tadi, muncul kilatan di mata Andreas.Wanita ini sedang bertengkar dengan suaminya.Orang yang dia tunggu dan rindukan juga sudah pasti adalah suaminya.Kenapa dia bisa-bisanya merasa kalau itu dia? Seakan-akan yang ditunggu wanita ini adalah dia.Namun, mana mungkin?Andreas tertawa pahit, dia menekan rasa cemburu yang muncul di hatinya. Dia ingin melepas lengan yang memeluk pinggangnya, tapi lengan itu malah memeluknya semakin erat.Seakan-akan takut dia menghilang.Suaranya seperti kucing kecil menangis, terdengar sangat sedih. "Jangan tinggalkan aku lagi, Andreas ...."Hati Andreas seketika melunak.Meski tahu orang yang dimaksud wanita in
Andreas menggelengkan kepala untuk menyingkirkan perasaan aneh itu.Setelah mengurus pria yang pingsan itu, dia hendak menutup pintu, tapi malah kembali mendengar suara wanita itu."Andreas, tolong ...."Suaranya terdengar sangat menderita.Andreas mengira wanita itu dalam bahaya, jadi dia yang tadinya mau menutup pintu akhirnya merasa khawatir.Dia memberi tahu dirinya sendiri, dia akan pergi setelah memastikan wanita itu baik-baik saja.Andreas pun membuka lampu di kamar dan memastikan tidak ada orang lain, dia hanya melihat samar-samar ada orang yang berbaring di sofa.[Tuan Andreas ambil saja, Nyonya ada di kamar.]Kata-kata staf hotel tadi terngiang-ngiang di benaknya.Orang yang berbaring di sofa harusnya adalah "nyonya" yang dia maksud.Pada akhirnya, rasa penasaran Andreas menang dan dia pun berjalan ke sofa.Selangkah, dua langkah, tiga langkah ....Langkahnya sangat ringan, tapi detak jantungnya malah semakin cepat.Sampai waktu dia melihat wajah orang yang berbaring di sofa
Benar ada Tuan Andreas!Dia tahu, suami istri biasanya pasti baikan, apalagi Tuan Andreas dan istrinya.Meski dia sudah sering melihat orang-orang yang suka selingkuh, Tuan Andreas dan istrinya benar-benar saling mencintai.Seperti yang dia duga, baru beberapa saat saja Tuan Andreas sudah menemukan lokasi Nyonya dan datang ke sini untuk berbaikan.Manajer itu berlari menghampiri Andreas dan berkata, "Tuan Andreas kenapa ada di sini?"Bukannya harusnya pergi ke kamar?Melihat Andreas mengernyit, dia akhirnya mengerti. "Tuan nggak bawa kartu kamar? Tuan, ini ...."Manajer itu menyerahkan sebuah kartu kepada Andreas dengan penuh hormat.Andreas melihat kartu itu, tapi tidak mengambilnya.Manajer pun terdiam.Kemudian, tiba-tiba dia terpikirkan sesuatu. "Tuan jangan salah paham, kartu ini biasanya hanya dipakai waktu keadaan darurat. Tuan tenang saja, staf hotel kami nggak akan masuk ke kamar tamu sembarangan."Andreas bingung.Namun, orang ini memanggilnya "Tuan Andreas".Dilihat dari eks
Mata Celine bergetar.Orang-orang bisa melihat betapa Andreas mencintainya. Teringat dengan kenangan-kenangan masa lalu, Andreas memang sangat mencintai dia."Aku mana mungkin marah padanya." Dia juga sangat mencintai Andreas!Dia ingin sekali Andreas bisa langsung muncul di hadapannya.Manajer tidak mengerti dengan ekspresi di wajah Celine, dia pun segera turun untuk meminta orang mengantarkan buah-buahan untuk Celine.Langit perlahan-lahan berubah gelap.Di luar Hotel Binara.Di sebuah mobil biasa yang berhenti di tepi jalan, Lala sedang mencengkeram setir mobil sambil melihat Andreas turun dari sebuah mobil lalu berjalan masuk ke hotel.Melihat sosok Andreas yang tidak terlihat lagi, cengkeraman Lala semakin kuat.Andreas ....Dia jelas-jelas tidak suka dengan acara seperti ini, tapi hari ini dia malah menghadiri pesta ini.Selama dua hari ini, Lala memperhatikan semua gerak-gerik Andreas. Dia yakin kalau Celine tidak tahu Andreas ada di Binara, sementara Andreas kalaupun melihat Ce
Perasaan itu terus berputar di hati Celine untuk sekian lama.Sampai waktu Dylan dan Albert datang lalu melihat raut wajahnya yang pucat."Celly, kamu kenapa? Nggak enak badan?" Albert segera maju dan mengamati Celine dengan ekspresi khawatir.Sejak Celine datang ke Binara, meski mereka selalu menjaganya dengan hati-hati dan biasanya juga tidak ada yang aneh, Celine sedang hamil, mereka tetap tidak boleh lengah."Aku nggak apa-apa, mungkin semalam tidurnya nggak nyenyak."Celine berusaha tersenyum, rasa depresi dan tidak berdaya di dalam mimpi masih terasa, jadi senyumannya terlihat sangat terpaksa.Dylan dan Albert langsung menyadarinya.Mana mungkin tidak apa-apa?Albert juga tahu jelas alasannya. Sampai sekarang masih belum ada kabar tentang Andreas, dia tidak tega bertanya lagi."Celly, hari ini kamu istirahat saja di rumah."Begitu Albert selesai bicara, Celine langsung teringat dengan babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional. "Nggak bisa, aku harus ke kantor.""Di kantor m
"Bantu aku!"Nadanya sudah tidak memohon seperti tadi, malah terdengar seperti memerintah.Suasana seketika hening.Ekspresi "Master Gion" berubah-ubah, sementara wajah Lala terlihat dingin dan bertekad, seakan-akan sedang menekan seorang bawahannya.Dia sebenarnya harus langsung setuju, tapi dia akhirnya bertanya lagi. "Apakah kamu sudah memikirkannya baik-baik?"Mata Lala pun bergetar.Setelah terdiam beberapa saat, Lala mengangguk dengan tegas. "Aku hanya punya pilihan ini, aku nggak bisa kehilangan dia. Cuma sekali ini saja, hari ke luar negerinya sudah ditentukan. Setelah keluar negeri, semuanya akan baik-baik saja."Dia tidak percaya Celine bisa mencari sampai ke luar negeri.Kalaupun pusat bisnis Keluarga Tjangnaka ada di luar negeri, tapi dunia ini sangat luas, dia pasti bisa menghindari mereka. Selain itu, orang-orang dia juga di luar negeri."Nona, aku mengerti. Ini terakhir kalinya, setelah ini, aku benar-benar mau pensiun. Aku sudah tua, sudah nggak bisa kerja keras."Pangg
Pengemis itu tidak marah dengan sikap Lala yang jijik padanya.Di bawah rambut berantakan dan bau, pengemis itu tersenyum puas lalu berbalik pergi.Waktu dia menabrak Lala, dia sudah memberikan kertas itu padanya.Sekarang, dia tinggal menunggu Lala melihatnya.Muncul kilatan sinar di mata Lily, lalu segera berjalan kembali ke tempatnya.Lala ditabrak lumayan kuat.Waktu dia berdiri, hatinya tetap kesal. Melihat pengemis yang sudah pergi itu, Lala bahkan merasa jijik mau memarahinya.Andreas sudah pergi.Lala segera memanggil sebuah taksi untuk pulang.Lampu di kamar Andreas menyala. Lala berdiri lama di depan pintu, tapi akhirnya tidak masuk. Waktu dia kembali ke kamarnya untuk ganti baju, tiba-tiba di sakunya keluar sebuah kertas yang diremas.Kertas itu sangat berantakan, bahkan sedikit bau busuk.Ini bukan miliknya!Lala refleks teringat dengan pengemis yang menabraknya tadi.Ini dari pengemis itu!Kenapa pengemis itu menaruh kertas ini di sakunya?Lala membuka kertas itu, waktu di
Di kegelapan malam, sosok pengemis itu terlihat kotor dan bau. Orang-orang yang melihatnya refleks menghindar.Dia berjalan terhuyung-huyung ke satu arah.Di benaknya terus terngiang-ngiang informasi yang baru saja dia dengar. Hamil .... Celine hamil .... Hamil anak Andreas.Kenapa .... Kenapa dia seberuntung itu?Pantas saja Albert dan Dylan juga datang ke sini.Terus Andreas dan ....Bukan, ada yang salah.Lily tiba-tiba teringat dengan sosok itu.Orang itu jelas-jelas sedang mengikuti Tuan Andreas.Lala ... sedang menguntit Tuan Andreas?Seakan-akan mengetahui sesuatu, Lily langsung berjalan dengan terburu-buru. Tatapannya yang tadinya tidak fokus jadi cerah, dia mencari-cari ke sekitar sambil terus berjalan maju.Dia mencari-cari ingin menemukan orang itu.Namun, setelah sekian lama, dia tetap tidak menemukannya.Sampai dia melihat bar yang tidak jauh di depannya.Bar Artemis.Ada ingatan-ingatan yang muncul di benaknya, membuatnya menghentikan langkahnya.Sebelum dia sempat berpik
Selama beberapa hari, Andreas terus mengingat ulang adegan yang tiba-tiba muncul di benaknya waktu itu.Namun, tidak peduli seberusaha apa pun dia, adegan yang rusak itu tetap tidak bisa disatukan sampai sempurna.Akan tetapi, semakin hancur adegan itu, dia semakin ingin mencari tahu apa itu.Semakin dia memikirkannya, kepalanya semakin sakit.Kepalanya seperti mau meledak, tapi satu-satunya hasil adalah gambar yang dia gambar di kertas.Lebih tepatnya, gambar desain sepasang cincin.Dia teringat dengan telepon hari itu, sepertinya ada sebuah kekuatan yang mendorongnya, di otaknya ada sebuah pikiran yang terus menjadi semakin jelas.Dia mau mengikuti babak final dengan desain ini!Andreas pergi ke Perusahaan Perhiasan Nadine untuk mengumpulkan gambar desain ini.Setelah itu, dia jalan-jalan tanpa tujuan sampai malam. Tanpa dia sadari, dia lagi-lagi tiba di Bar Artemis.Lala terus mengikutinya.Namun, dia tidak tahu, waktu dia melewati alun-alun yang paling ramai di Binara, ada seseoran