Malam itu, Celine kembali ke Kompleks Tiara.Rasa nyaman di ruangan itu membuatnya cepat tertidur.Namun, dia malah terbangun karena kepanasan di tengah malam.Begitu kesadarannya kembali, dia merasakan sebuah lengan panjang melingkari pinggangnya. Celine bergegas bangkit karena kaget.Setelah menyalakan lampu di tepi ranjang, Celine melihat pria yang tertidur di sebelahnya dan hampir saja menendangnya dari ranjang.Namun, dia baru mengangkat kakinya, Andreas membuka matanya dalam kondisi belum sepenuhnya sadar.Saat melihat ekspresi kagetnya, Andreas menepuk perutnya. "Kenapa kamu bangun? Apa kamu dapat mimpi buruk?"Tebakan ini membuat Andreas sadar.Andreas ingin menghibur ketidakberdayaan dan ketakutannya setelah mimpi buruk, tetapi mendengar Celine bertanya, "Kenapa kamu tidur di sini?"Andreas terbangun sepenuhnya dan menyadari bahwa dia datang ke sini secara diam-diam, sehingga menyunggingkan tatapan bersalah.Namun, mereka memang suami istri, 'kan?"Kita adalah suami istri, ten
Apakah dia yang memasak ... ini semua?Entah kenapa, sebuah adegan muncul di benak Celine. Di dalam adegan tersebut terdapat seorang pria bercelemek sedang sibuk di dapur. Hanya ada satu orang di dalam adegan tersebut.Saat sosok itu membalikkan badan, tiba-tiba sebuah pesan masuk lagi ke ponsel Celine.Bunyi pesan membuat Celine hampir kehilangan pegangan pada ponselnya. Dia membuka pesan, lalu melihat isi pesan."Aku mau memelukmu."Kepala Celine berdengung. Setelah tertegun selama tiga detik, dia menyadari wajahnya kepanasan.Orang ini ....Apakah dia selalu blak-blakan seperti ini?Celine menarik napas dalam-dalam, Beberapa saat kemudian, barulah dia menjadi tenang dan duduk menyantap sarapan yang disiapkan oleh Andreas.Dia pikir rasanya tidak enak, ternyata cocok dengan seleranya.Usai sarapan, Celine berkeliling di rumah, mencoba mengingat masa lalu melalui informasi di sekelilingnya.Saat ponsel berdering, Celine melihat tampilan layar.Lily ....Hanya melihat nama pemanggil sa
Carla adalah orang licik dan ingin bertindak cerdik. Tentu saja Lily bukan tandingan Carla.Reaksi Lily memberi tahu Carla bahwa pasti ada hubungan antara kedua kecelakaan mobil ini.Dia tidak berharap mendapatkan kebenaran dari Lily. Jika dia menginginkan kebenaran, bisa saja meminta seseorang untuk memeriksanya.Sekarang Celine adalah musuh kebersamaan mereka. Jika Carla ingin menghadapi Celine, Lily yang merupakan satu-satunya cucu Keluarga Nadine pasti akan menjadi pisau andalan.Sebab itu, hanya konfrontasi sesaat barusan tadi, Carla langsung mengalah. "Aku juga baru saja tahu Celine mengalami kecelakaan mobil. Sebagai saudara, bukannya kita harus mencurahkan perhatian padanya?""Tentu saja harus memberi perhatian padanya." Lily merasa bersalah dan takut Carla akan menyelidiki kecelakaan mobil itu.Meskipun Carla mengetahui hubungan antara kecelakaan mobil itu, dia sudah menyiapkan alasan untuk membereskannya.Namun, lebih baik tidak berbuat masalah.Namun, Carla menghela napas. "
Ekspresi wajah Lily agak berubah.Tuan Richard juga menyadari sesuatu dan terbatuk canggung. "Hehe, Lily, bukan itu yang maksudku. Kamu adalah putri Loli. Awalnya Keluarga Nadine justru bangkit karena permata, kemudian mengembangkan bisnis lain. Kamu punya bakat keturunan dari Keluarga Nadine, kalau kamu dididik dengan baik, pasti bakal berprestasi."Sontak, muncul secercah semangat di hati Lily.Sebagai seorang kakek sudah berkata seperti itu, tentu saja harus menciptakan kesempatan untuknya.Namun, setelah selesai berbicara, Tuan Richard lanjut melihat gambar desainnya.Lily mengutuk secara diam-diam, 'bagaimanapun mesti mendapat motif dalam rancangan hari ini'.Sebab itu, Lily menghela napas. "Aku pernah belajar desain, tapi selama ini nggak pernah berlatih dengan baik, juga nggak ada kesempatan. Kakek dan Ibu adalah orang terampil, tapi aku .... Kalau ada tempat bagiku untuk berlatih, aku yakin dapat mewarisi bakat Kakek."Dalam arti, dia menginginkan suatu posisi.Pengurus di samp
Dia sudah mondar-mandir di depan gedung dan merasa ragu untuk masuk."Celine?"Tiba-tiba terdengar sebuah suara. Celine menoleh ke arah suara berasal dan melihat tatapan yang ramah.Carla tidak sangka Celine akan datang ke sini lagi.Sejak hari itu di rumah sakit, Celine memutuskan hubungan dengan Keluarga Nadine dan tidak pernah ke sini lagi. Apa tujuan dia datang ke sini hari ini?Carla menghampirinya dengan rasa penasaran. "Celine, apa yang kamu lakukan di sini?"Meskipun Celine tidak ingat wanita di depannya, kelihatannya mereka saling kenal.Sementara apa hubungannya ....Celine tersenyum dan menyapanya dengan anggukan, tetapi tidak menjawab pertanyaan Carla.Celine sendiri juga tidak tahu apa yang ingin dilakukan di sini.Carla tertegun melihat respons Celine."Lihat, tentu saja ada urusan di sini. Ayo, kita naik bersama-sama. Carla memegang tangan Celine dengan penuh kasih sayang, seperti sepasang saudara yang baik.Celine yang awalnya ragu-ragu untuk naik, akhirnya tidak bisa m
Ketika Feren menerima telepon dari Carla, dia sedang ambil air di ruang istirahat. Saat ini, dia sedang memegang termos yang sudah diisi. Tiba-tiba, matanya menyipit lalu dia berjalan maju.Dia sengaja tersandung lalu air di termos pun tumpah ke tangan Celine.Seketika, Celine refleks menarik tangannya, tapi tetap telat selangkah."Aah ...."Sakit banget!Kulitnya yang memang halus langsung memerah.Celine refleks berlari ke kamar mandi.Namun, karena buru-buru, dia menabrak Feren, tapi dia tidak sempat berhenti.Sesampainya di kamar mandi, Celine membuka keran dan menyiram tangannya yang memerah dengan air dingin.Entah lewat berapa lama, akhirnya tangannya sudah tak sesakit tadi, tapi tetap melepuh.Celine menghirup napas dalam-dalam lalu baru sadar tadi waktu dia berlari ke kamar mandi, dia refleks tahu kamar mandi ada di mana.Kelihatannya, dia memang familier dengan tempat ini.Sementara kantor direktur desain itu ....Mungkin di dalam sana ada lebih banyak ingatannya.Celine sibu
Celine mau memperbaiki kata-kata Feren, tapi sebelum dia selesai bicara, Feren memotong kata-katanya."Heh, Nona Celine, kamu jangan-jangan mau membalikkan kenyataan dan bilang aku yang bikin tanganmu melepuh?"Celine pun mencibir, "Memangnya bukan?""Bukan, tentu saja bukan. Kebetulan semua orang ada di sini, kita bicarakan dengan jelas."Feren memasang ekspresi marah seakan-akan diperlakukan tidak adil. "Habis ambil air, aku keluar dari ruang istirahat terus melihat Nona Celine. Aku mau pergi minta maaf karena sebelumnya aku membicarakanmu di belakang memang aku yang salah. Tapi kalaupun kamu nggak mau terima permintaan maafku, kamu juga nggak perlu sampai sengaja mendorongku. Karena didorong, makanya airku nggak sengaja tumpah kena tanganmu ...."Maksud di balik kata-katanya adalah tangan Celine melepuh karena perbuatannya sendiri.Kemampuan orang ini dalam membalikkan kenyataan membuat Celine kagum.Seketika, semua orang melihat Celine dengan tatapan aneh, jelas percaya dengan Fere
Celine jongkok untuk mengambil ponselnya.Namun, ketika tangannya hampir menyentuh ponselnya, sebuah kaki menginjak ponselnya.Celine mendongak dan melihat senyuman sombong Feren.Tepat pada saat ini, ponsel yang diinjak itu berbunyi pertanda ada telepon masuk.Tidak terlihat siapa yang menelepon. Setelah berbunyi sangat lama, telepon itu pun terputus otomatis. Setelah satu detik, ponsel kembali berbunyi ...."Minggir," ujar Celine."Minggir? Heh, kasih aku satu alasan!" Feren dalam hati sangat senang.Dia menatap Celine dari atas.Dulu, Celine adalah orang yang dianggap penting oleh Tuan Richard, juga pernah jadi direktur bagian desain di Perusahaan Perhiasan Nadine, bahkan mungkin akan mendapatkan warisan setelah Tuan Richard meninggal.Namun sekarang, Celine ini berlutut di depannya sambil mendongak melihatnya."Alasan?" Amarah yang dari tadi Celine tahan sudah tidak bisa disembunyikan lagi.Meski dia sudah lupa apa yang terjadi, dia merasa dirinya bukan orang yang penakut dan gampa
Tubuh mereka hanya terpisah oleh dua lapis pakaian.Andreas seharusnya segera melepaskan diri, tapi saat itu, tubuh Andreas membeku, dia bahkan berhenti bernapas.Di telinganya terngiang kata-kata wanita ini tadi, yaitu "Akhirnya pulang juga".Dia bisa merasakan dengan jelas penantian dan kerinduan wanita ini. Teringat dengan kata-kata staf hotel tadi, muncul kilatan di mata Andreas.Wanita ini sedang bertengkar dengan suaminya.Orang yang dia tunggu dan rindukan juga sudah pasti adalah suaminya.Kenapa dia bisa-bisanya merasa kalau itu dia? Seakan-akan yang ditunggu wanita ini adalah dia.Namun, mana mungkin?Andreas tertawa pahit, dia menekan rasa cemburu yang muncul di hatinya. Dia ingin melepas lengan yang memeluk pinggangnya, tapi lengan itu malah memeluknya semakin erat.Seakan-akan takut dia menghilang.Suaranya seperti kucing kecil menangis, terdengar sangat sedih. "Jangan tinggalkan aku lagi, Andreas ...."Hati Andreas seketika melunak.Meski tahu orang yang dimaksud wanita in
Andreas menggelengkan kepala untuk menyingkirkan perasaan aneh itu.Setelah mengurus pria yang pingsan itu, dia hendak menutup pintu, tapi malah kembali mendengar suara wanita itu."Andreas, tolong ...."Suaranya terdengar sangat menderita.Andreas mengira wanita itu dalam bahaya, jadi dia yang tadinya mau menutup pintu akhirnya merasa khawatir.Dia memberi tahu dirinya sendiri, dia akan pergi setelah memastikan wanita itu baik-baik saja.Andreas pun membuka lampu di kamar dan memastikan tidak ada orang lain, dia hanya melihat samar-samar ada orang yang berbaring di sofa.[Tuan Andreas ambil saja, Nyonya ada di kamar.]Kata-kata staf hotel tadi terngiang-ngiang di benaknya.Orang yang berbaring di sofa harusnya adalah "nyonya" yang dia maksud.Pada akhirnya, rasa penasaran Andreas menang dan dia pun berjalan ke sofa.Selangkah, dua langkah, tiga langkah ....Langkahnya sangat ringan, tapi detak jantungnya malah semakin cepat.Sampai waktu dia melihat wajah orang yang berbaring di sofa
Benar ada Tuan Andreas!Dia tahu, suami istri biasanya pasti baikan, apalagi Tuan Andreas dan istrinya.Meski dia sudah sering melihat orang-orang yang suka selingkuh, Tuan Andreas dan istrinya benar-benar saling mencintai.Seperti yang dia duga, baru beberapa saat saja Tuan Andreas sudah menemukan lokasi Nyonya dan datang ke sini untuk berbaikan.Manajer itu berlari menghampiri Andreas dan berkata, "Tuan Andreas kenapa ada di sini?"Bukannya harusnya pergi ke kamar?Melihat Andreas mengernyit, dia akhirnya mengerti. "Tuan nggak bawa kartu kamar? Tuan, ini ...."Manajer itu menyerahkan sebuah kartu kepada Andreas dengan penuh hormat.Andreas melihat kartu itu, tapi tidak mengambilnya.Manajer pun terdiam.Kemudian, tiba-tiba dia terpikirkan sesuatu. "Tuan jangan salah paham, kartu ini biasanya hanya dipakai waktu keadaan darurat. Tuan tenang saja, staf hotel kami nggak akan masuk ke kamar tamu sembarangan."Andreas bingung.Namun, orang ini memanggilnya "Tuan Andreas".Dilihat dari eks
Mata Celine bergetar.Orang-orang bisa melihat betapa Andreas mencintainya. Teringat dengan kenangan-kenangan masa lalu, Andreas memang sangat mencintai dia."Aku mana mungkin marah padanya." Dia juga sangat mencintai Andreas!Dia ingin sekali Andreas bisa langsung muncul di hadapannya.Manajer tidak mengerti dengan ekspresi di wajah Celine, dia pun segera turun untuk meminta orang mengantarkan buah-buahan untuk Celine.Langit perlahan-lahan berubah gelap.Di luar Hotel Binara.Di sebuah mobil biasa yang berhenti di tepi jalan, Lala sedang mencengkeram setir mobil sambil melihat Andreas turun dari sebuah mobil lalu berjalan masuk ke hotel.Melihat sosok Andreas yang tidak terlihat lagi, cengkeraman Lala semakin kuat.Andreas ....Dia jelas-jelas tidak suka dengan acara seperti ini, tapi hari ini dia malah menghadiri pesta ini.Selama dua hari ini, Lala memperhatikan semua gerak-gerik Andreas. Dia yakin kalau Celine tidak tahu Andreas ada di Binara, sementara Andreas kalaupun melihat Ce
Perasaan itu terus berputar di hati Celine untuk sekian lama.Sampai waktu Dylan dan Albert datang lalu melihat raut wajahnya yang pucat."Celly, kamu kenapa? Nggak enak badan?" Albert segera maju dan mengamati Celine dengan ekspresi khawatir.Sejak Celine datang ke Binara, meski mereka selalu menjaganya dengan hati-hati dan biasanya juga tidak ada yang aneh, Celine sedang hamil, mereka tetap tidak boleh lengah."Aku nggak apa-apa, mungkin semalam tidurnya nggak nyenyak."Celine berusaha tersenyum, rasa depresi dan tidak berdaya di dalam mimpi masih terasa, jadi senyumannya terlihat sangat terpaksa.Dylan dan Albert langsung menyadarinya.Mana mungkin tidak apa-apa?Albert juga tahu jelas alasannya. Sampai sekarang masih belum ada kabar tentang Andreas, dia tidak tega bertanya lagi."Celly, hari ini kamu istirahat saja di rumah."Begitu Albert selesai bicara, Celine langsung teringat dengan babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional. "Nggak bisa, aku harus ke kantor.""Di kantor m
"Bantu aku!"Nadanya sudah tidak memohon seperti tadi, malah terdengar seperti memerintah.Suasana seketika hening.Ekspresi "Master Gion" berubah-ubah, sementara wajah Lala terlihat dingin dan bertekad, seakan-akan sedang menekan seorang bawahannya.Dia sebenarnya harus langsung setuju, tapi dia akhirnya bertanya lagi. "Apakah kamu sudah memikirkannya baik-baik?"Mata Lala pun bergetar.Setelah terdiam beberapa saat, Lala mengangguk dengan tegas. "Aku hanya punya pilihan ini, aku nggak bisa kehilangan dia. Cuma sekali ini saja, hari ke luar negerinya sudah ditentukan. Setelah keluar negeri, semuanya akan baik-baik saja."Dia tidak percaya Celine bisa mencari sampai ke luar negeri.Kalaupun pusat bisnis Keluarga Tjangnaka ada di luar negeri, tapi dunia ini sangat luas, dia pasti bisa menghindari mereka. Selain itu, orang-orang dia juga di luar negeri."Nona, aku mengerti. Ini terakhir kalinya, setelah ini, aku benar-benar mau pensiun. Aku sudah tua, sudah nggak bisa kerja keras."Pangg
Pengemis itu tidak marah dengan sikap Lala yang jijik padanya.Di bawah rambut berantakan dan bau, pengemis itu tersenyum puas lalu berbalik pergi.Waktu dia menabrak Lala, dia sudah memberikan kertas itu padanya.Sekarang, dia tinggal menunggu Lala melihatnya.Muncul kilatan sinar di mata Lily, lalu segera berjalan kembali ke tempatnya.Lala ditabrak lumayan kuat.Waktu dia berdiri, hatinya tetap kesal. Melihat pengemis yang sudah pergi itu, Lala bahkan merasa jijik mau memarahinya.Andreas sudah pergi.Lala segera memanggil sebuah taksi untuk pulang.Lampu di kamar Andreas menyala. Lala berdiri lama di depan pintu, tapi akhirnya tidak masuk. Waktu dia kembali ke kamarnya untuk ganti baju, tiba-tiba di sakunya keluar sebuah kertas yang diremas.Kertas itu sangat berantakan, bahkan sedikit bau busuk.Ini bukan miliknya!Lala refleks teringat dengan pengemis yang menabraknya tadi.Ini dari pengemis itu!Kenapa pengemis itu menaruh kertas ini di sakunya?Lala membuka kertas itu, waktu di
Di kegelapan malam, sosok pengemis itu terlihat kotor dan bau. Orang-orang yang melihatnya refleks menghindar.Dia berjalan terhuyung-huyung ke satu arah.Di benaknya terus terngiang-ngiang informasi yang baru saja dia dengar. Hamil .... Celine hamil .... Hamil anak Andreas.Kenapa .... Kenapa dia seberuntung itu?Pantas saja Albert dan Dylan juga datang ke sini.Terus Andreas dan ....Bukan, ada yang salah.Lily tiba-tiba teringat dengan sosok itu.Orang itu jelas-jelas sedang mengikuti Tuan Andreas.Lala ... sedang menguntit Tuan Andreas?Seakan-akan mengetahui sesuatu, Lily langsung berjalan dengan terburu-buru. Tatapannya yang tadinya tidak fokus jadi cerah, dia mencari-cari ke sekitar sambil terus berjalan maju.Dia mencari-cari ingin menemukan orang itu.Namun, setelah sekian lama, dia tetap tidak menemukannya.Sampai dia melihat bar yang tidak jauh di depannya.Bar Artemis.Ada ingatan-ingatan yang muncul di benaknya, membuatnya menghentikan langkahnya.Sebelum dia sempat berpik
Selama beberapa hari, Andreas terus mengingat ulang adegan yang tiba-tiba muncul di benaknya waktu itu.Namun, tidak peduli seberusaha apa pun dia, adegan yang rusak itu tetap tidak bisa disatukan sampai sempurna.Akan tetapi, semakin hancur adegan itu, dia semakin ingin mencari tahu apa itu.Semakin dia memikirkannya, kepalanya semakin sakit.Kepalanya seperti mau meledak, tapi satu-satunya hasil adalah gambar yang dia gambar di kertas.Lebih tepatnya, gambar desain sepasang cincin.Dia teringat dengan telepon hari itu, sepertinya ada sebuah kekuatan yang mendorongnya, di otaknya ada sebuah pikiran yang terus menjadi semakin jelas.Dia mau mengikuti babak final dengan desain ini!Andreas pergi ke Perusahaan Perhiasan Nadine untuk mengumpulkan gambar desain ini.Setelah itu, dia jalan-jalan tanpa tujuan sampai malam. Tanpa dia sadari, dia lagi-lagi tiba di Bar Artemis.Lala terus mengikutinya.Namun, dia tidak tahu, waktu dia melewati alun-alun yang paling ramai di Binara, ada seseoran