Apa dia tidak tahu semenggoda apa ketika seorang wanita melepaskan pakaian seorang pria?Fokus Andreas semakin buram.Sementara Celine malah semakin fokus.Sejak tahu suaminya terluka, dia tidak pernah melihat lukanya, bahkan tidak tahu seberapa parah luka suaminya.Saat ini, melihat noda darah yang merembes di kain kasa, Celine merasa hatinya seakan-akan diremas."Kenapa bisa luka?" tanya Celine sambil menyentuh pinggiran kain.Menghitung hari saat Andreas terluka, Celine semakin kasihan padanya.Beberapa hari ini, suaminya terus berada di sisinya. Meski mereka tidak berinteraksi, suaminya selalu memberi tahu dia kalau dia ada di rumah menjaganya. Celine harus mengakui kalau beberapa hari ini dia merasa tenang karena ada suaminya.Andreas tidak ingin Celine tahu betapa bahayanya kejadian hari itu, jadi dia hanya menjawab secara santai, "Nggak sengaja jatuh ...."Jatuh?Celine tentu saja tidak percaya.Namun lukanya ditutup kain kasa, dia juga tidak bisa melihat dengan jelas luka itu.
Celine terdiam.Dia menatap suaminya dan memerintahkan, "Harus pergi!""Oke, tapi hanya kalau kamu janji kamu setuju dengan semua yang aku bilang tadi."Celine kembali terdiam.Setuju? Setuju apanya?Saat ini, Celine hanya berpikir tidak boleh menyia-nyiakan waktu lagi, takut otak suaminya benar-benar rusak karena demam tinggi. Dia pun tidak terlalu memikirkan kata-kata suaminya tadi, hanya menganggapnya sebagai ucapan asal karena demam dan merasa suaminya tidak akan ingat lagi nantinya."Iya, iya, aku setuju. Sekarang sudah boleh ke rumah sakit?"Andreas langsung menurut. "Baik."Celine menarik suaminya keluar dan langsung mengemudi mobil suaminya ke Gladius.Begitu masuk rumah sakit, langsung ada yang mengenali wajah Andreas. Sebelum Celine sempat mengambil nomor, segerombolan petugas kesehatan datang dan membawa Andreas ke UGD.Bahkan ketika suaminya sudah dapat kamar dan sedang diinfus, Celine masih bingung.Celine pergi mengurus prosedur rawat inap, tapi malah diberi tahu kalau Tu
Itu bukan luka pisau, melainkan seperti luka tembak.Namun, orang biasa kenapa bisa mengalami luka tembak?Seakan-akan merasakan kecurigaan Celine, Andreas menekan kening Celine dan mengalihkan perhatiannya. "Aku lapar."Celine terdiam.Lapar?Celine berhenti memikirkan hal itu dan berkata, "Aku pergi beli sarapan."Tadi dia bisa tidur di kasur pasti karena digendong suaminya.Dia menempati kasur suaminya, sudah pasti memengaruhi tidur suaminya.Sebelum keluar kamar, Celine berkata kepada Andreas, "Aku bukan sengaja mengusirmu dari kasur, kamu cepat berbaring lagi di kasur."Andreas menatap Celine lalu berkata tanpa takut didengar oleh dokter dan perawat yang masih ada di kamar, "Kapan kamu mengusirku dari kasur? Kasurnya sebesar itu, cukup untuk kita tidur berdua."Celine langsung terdiam.Apa maksudnya?Seketika, tatapan dokter dan perawat yang melihat mereka langsung penuh dengan maksud menggoda.Bahkan ada satu perawat muda yang menjawab, "Benar, benar. Kasurnya cukup besar untuk T
"Nyonya Ratna, aku nggak bisa membantumu."Begitu mendengar kata-kata Celine, ekspresi Ratna langsung mengeras. Dia ingin berusaha mengingatkan kebaikan Keluarga Linoa kepada Celine.Namun, setelah berpikir sekian lama, Ratna sama sekali tidak kepikiran.Melihat Celine mau pergi, Ratna semakin panik.Tiba-tiba, dia berteriak kepada Celine, "Bagaimanapun juga, Keluarga Linoa sudah kasih kamu kesempatan untuk bertemu dengan Tuan Andreas. Kalau bukan karena ada acara ulang tahunku, kamu pakai cara apa pun juga nggak bakal bisa ketemu Tuan Andreas. Celine, sekarang kamu bisa berhubungan dengan Tuan Andreas, kamu mana boleh nggak berterima kasih begini?"Berhubungan?Celine tahu jelas apa maksud Nyonya Ratna dengan "berhubungan".Mendapatkan posisinya dengan menggunakan tubuhnya serta menggoda dengan cara rendahan.Celine tersenyum sinis, orang dari Keluarga Linoa tidak pernah membuatnya kecewa."Nyonya Ratna, aku nggak berani nggak berterima kasih. Aku seharusnya berterima kasih nggak terj
Lily agak tidak senang mendengar kata-kata Susi.Namun, dia menenangkan dirinya lalu menatap Susi seakan-akan dia bisa melihat isi hati Susi. "Sebenarnya Tante Susi begini bukan hanya demi uang, 'kan?"Susi mengernyit, tapi tidak mengatakan apa-apa.Namun, Lily tahu tebakannya benar."Sebelumnya Tante setuju waktu ayahku memintamu menjebak Celine. Meski Ayah kasih uang, tapi aku merasa kamu seharusnya nggak suka Celine, makanya bisa setuju melakukannya."Susi melihat Lily sekilas dan berkata, "Kamu merasa diri sendiri sangat pintar? Aku ada alasan apa nggak suka sama Celine?""Karena Aurora Nadine." Lily sama sekali tidak berbelit-belit.Seperti dugaannya, begitu mendengar nama ini, ekspresi Susi berubah sedikit."Kamu benci Aurora .... Coba kutebak, dia sangat hebat, seperti bintang yang bersinar di langit malam. Siapa pun yang melihatnya pasti menyukainya, 'kan? Orang yang menyukainya mungkin kebetulan adalah orang yang Tante sukai ...."Melihat Susi menggertakkan giginya, Lily tahu
Lily sudah menanti-nantikan pertanyaan ini.Asalkan Susi bertanya, dia sudah berhasil setengah."Aku bisa membuat Celine diusir dari Keluarga Nadine. Tuan Besar bisa memberinya kedudukan yang tinggi, aku juga bisa membuat Tuan Besar mempermalukannya."Lily sangat percaya diri bisa mendapatkan hati satu orang tua, apalagi dengan identitas darah daging satu-satunya.Bahkan ...."Aku bisa membuat Tuan Andreas membuang Celine!" Ini tujuan utama Lily.Dia tahu bahwa ini juga yang diinginkan Susi.Seperti dugaannya, Susi menatap Lily dan tiba-tiba tertawa. "Heh, oke, aku bantu kamu."Susi seakan-akan melihat dirinya yang dulu saat melihat Lily.Saat ini, muncul sosok Aurora di benak Susi.Aurora ....Kalau kamu masih ada, kamu pasti tidak bisa mati tenang saat tahu putrimu dibuang oleh Keluarga Nadine.Dia memang maunya Aurora mati tidak tenang!"Oke, senang bekerja sama denganmu, Tante ... Susi!" ujar Lily sambil mengulurkan tangannya ke Susi.Mereka berdua berjabat tangan sambil bertatapan
Celine tiba di kafe yang sudah ditentukan.Begitu melihat Celine, Hansen yang sudah menunggu dari tadi berdiri menyambutnya.Namun, ketika Celine mendekat, rasa bersalah di hati Hansen semakin besar."Celly ...." Hansen ingin meminta maaf.Namun, baru saja dia memanggil nama Celine, Celine sudah tahu apa yang ingin dia katakan.Dia tidak yakin Hansen tahu seberapa banyak soal kejadian malam itu, tapi dengan kepintaran Hansen, melihat perbuatan Perusahaan Jayadi terhadap Keluarga Linoa, dia seharusnya sudah bisa menebak garis besarnya."Kak." Celine menyela Hansen lalu tersenyum cerah seperti biasanya. "Aku nggak apa-apa, lihat ...."Celine berputar sekali sambil berkata, "Aku baik banget."Benar, dia sangat baik!Keluarga Linoa bangkrut, Reza masuk rumah sakit jiwa. Dia tentu saja senang.Rasa bersalah Hansen semakin besar. Belakangan ini, dia sibuk mengurus masalah obat Kakek. Setelah diam sejenak, dia akhirnya mengungkit kondisi Tuan Richard ke Celine."Penyakit Kakek nggak bisa diul
Celine tertegun sejenak lalu jongkok di samping Tuan Richard. "Kakek, aku Celly ....""Celly itu ... Loli ... " ujar Tuan Richard sambil tersenyum.Melihat ekspresinya yang bahagia, Celine tidak mengoreksinya lagi.Anggap dia Loli juga tidak apa-apa.Dia tidak bisa menemukan putri Kakek yang hilang, Kakek melihat sosok putrinya di dirinya, ini satu-satunya makna dirinya bagi Kakek."Kakek, aku Loli ... " ujar Celine sambil tertawa.Namun, Tuan Richard malah tiba-tiba mengernyit dan memperbaiki kata-kata Celine. "Kenapa panggil Kakek? Aku ayahmu .... Hari itu Ayah nggak seharusnya memukulmu dan mengatakan hal-hal seperti itu, memaksamu pergi dari Mastika dan keluarga ini. Kamu pasti sangat membenciku, 'kan?"Tuan Richard seakan-akan benar-benar menganggap Celine sebagai putrinya yang hilang.Dia mengelus kepala Celine, tatapannya penuh dengan penyesalan dan rasa bersalah.Celine merasa hatinya seperti diremas, dia refleks berkata, "Nggak, aku nggak membencimu."Seakan-akan ingin meyakin
Benar ada Tuan Andreas!Dia tahu, suami istri biasanya pasti baikan, apalagi Tuan Andreas dan istrinya.Meski dia sudah sering melihat orang-orang yang suka selingkuh, Tuan Andreas dan istrinya benar-benar saling mencintai.Seperti yang dia duga, baru beberapa saat saja Tuan Andreas sudah menemukan lokasi Nyonya dan datang ke sini untuk berbaikan.Manajer itu berlari menghampiri Andreas dan berkata, "Tuan Andreas kenapa ada di sini?"Bukannya harusnya pergi ke kamar?Melihat Andreas mengernyit, dia akhirnya mengerti. "Tuan nggak bawa kartu kamar? Tuan, ini ...."Manajer itu menyerahkan sebuah kartu kepada Andreas dengan penuh hormat.Andreas melihat kartu itu, tapi tidak mengambilnya.Manajer pun terdiam.Kemudian, tiba-tiba dia terpikirkan sesuatu. "Tuan jangan salah paham, kartu ini biasanya hanya dipakai waktu keadaan darurat. Tuan tenang saja, staf hotel kami nggak akan masuk ke kamar tamu sembarangan."Andreas bingung.Namun, orang ini memanggilnya "Tuan Andreas".Dilihat dari eks
Mata Celine bergetar.Orang-orang bisa melihat betapa Andreas mencintainya. Teringat dengan kenangan-kenangan masa lalu, Andreas memang sangat mencintai dia."Aku mana mungkin marah padanya." Dia juga sangat mencintai Andreas!Dia ingin sekali Andreas bisa langsung muncul di hadapannya.Manajer tidak mengerti dengan ekspresi di wajah Celine, dia pun segera turun untuk meminta orang mengantarkan buah-buahan untuk Celine.Langit perlahan-lahan berubah gelap.Di luar Hotel Binara.Di sebuah mobil biasa yang berhenti di tepi jalan, Lala sedang mencengkeram setir mobil sambil melihat Andreas turun dari sebuah mobil lalu berjalan masuk ke hotel.Melihat sosok Andreas yang tidak terlihat lagi, cengkeraman Lala semakin kuat.Andreas ....Dia jelas-jelas tidak suka dengan acara seperti ini, tapi hari ini dia malah menghadiri pesta ini.Selama dua hari ini, Lala memperhatikan semua gerak-gerik Andreas. Dia yakin kalau Celine tidak tahu Andreas ada di Binara, sementara Andreas kalaupun melihat Ce
Perasaan itu terus berputar di hati Celine untuk sekian lama.Sampai waktu Dylan dan Albert datang lalu melihat raut wajahnya yang pucat."Celly, kamu kenapa? Nggak enak badan?" Albert segera maju dan mengamati Celine dengan ekspresi khawatir.Sejak Celine datang ke Binara, meski mereka selalu menjaganya dengan hati-hati dan biasanya juga tidak ada yang aneh, Celine sedang hamil, mereka tetap tidak boleh lengah."Aku nggak apa-apa, mungkin semalam tidurnya nggak nyenyak."Celine berusaha tersenyum, rasa depresi dan tidak berdaya di dalam mimpi masih terasa, jadi senyumannya terlihat sangat terpaksa.Dylan dan Albert langsung menyadarinya.Mana mungkin tidak apa-apa?Albert juga tahu jelas alasannya. Sampai sekarang masih belum ada kabar tentang Andreas, dia tidak tega bertanya lagi."Celly, hari ini kamu istirahat saja di rumah."Begitu Albert selesai bicara, Celine langsung teringat dengan babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional. "Nggak bisa, aku harus ke kantor.""Di kantor m
"Bantu aku!"Nadanya sudah tidak memohon seperti tadi, malah terdengar seperti memerintah.Suasana seketika hening.Ekspresi "Master Gion" berubah-ubah, sementara wajah Lala terlihat dingin dan bertekad, seakan-akan sedang menekan seorang bawahannya.Dia sebenarnya harus langsung setuju, tapi dia akhirnya bertanya lagi. "Apakah kamu sudah memikirkannya baik-baik?"Mata Lala pun bergetar.Setelah terdiam beberapa saat, Lala mengangguk dengan tegas. "Aku hanya punya pilihan ini, aku nggak bisa kehilangan dia. Cuma sekali ini saja, hari ke luar negerinya sudah ditentukan. Setelah keluar negeri, semuanya akan baik-baik saja."Dia tidak percaya Celine bisa mencari sampai ke luar negeri.Kalaupun pusat bisnis Keluarga Tjangnaka ada di luar negeri, tapi dunia ini sangat luas, dia pasti bisa menghindari mereka. Selain itu, orang-orang dia juga di luar negeri."Nona, aku mengerti. Ini terakhir kalinya, setelah ini, aku benar-benar mau pensiun. Aku sudah tua, sudah nggak bisa kerja keras."Pangg
Pengemis itu tidak marah dengan sikap Lala yang jijik padanya.Di bawah rambut berantakan dan bau, pengemis itu tersenyum puas lalu berbalik pergi.Waktu dia menabrak Lala, dia sudah memberikan kertas itu padanya.Sekarang, dia tinggal menunggu Lala melihatnya.Muncul kilatan sinar di mata Lily, lalu segera berjalan kembali ke tempatnya.Lala ditabrak lumayan kuat.Waktu dia berdiri, hatinya tetap kesal. Melihat pengemis yang sudah pergi itu, Lala bahkan merasa jijik mau memarahinya.Andreas sudah pergi.Lala segera memanggil sebuah taksi untuk pulang.Lampu di kamar Andreas menyala. Lala berdiri lama di depan pintu, tapi akhirnya tidak masuk. Waktu dia kembali ke kamarnya untuk ganti baju, tiba-tiba di sakunya keluar sebuah kertas yang diremas.Kertas itu sangat berantakan, bahkan sedikit bau busuk.Ini bukan miliknya!Lala refleks teringat dengan pengemis yang menabraknya tadi.Ini dari pengemis itu!Kenapa pengemis itu menaruh kertas ini di sakunya?Lala membuka kertas itu, waktu di
Di kegelapan malam, sosok pengemis itu terlihat kotor dan bau. Orang-orang yang melihatnya refleks menghindar.Dia berjalan terhuyung-huyung ke satu arah.Di benaknya terus terngiang-ngiang informasi yang baru saja dia dengar. Hamil .... Celine hamil .... Hamil anak Andreas.Kenapa .... Kenapa dia seberuntung itu?Pantas saja Albert dan Dylan juga datang ke sini.Terus Andreas dan ....Bukan, ada yang salah.Lily tiba-tiba teringat dengan sosok itu.Orang itu jelas-jelas sedang mengikuti Tuan Andreas.Lala ... sedang menguntit Tuan Andreas?Seakan-akan mengetahui sesuatu, Lily langsung berjalan dengan terburu-buru. Tatapannya yang tadinya tidak fokus jadi cerah, dia mencari-cari ke sekitar sambil terus berjalan maju.Dia mencari-cari ingin menemukan orang itu.Namun, setelah sekian lama, dia tetap tidak menemukannya.Sampai dia melihat bar yang tidak jauh di depannya.Bar Artemis.Ada ingatan-ingatan yang muncul di benaknya, membuatnya menghentikan langkahnya.Sebelum dia sempat berpik
Selama beberapa hari, Andreas terus mengingat ulang adegan yang tiba-tiba muncul di benaknya waktu itu.Namun, tidak peduli seberusaha apa pun dia, adegan yang rusak itu tetap tidak bisa disatukan sampai sempurna.Akan tetapi, semakin hancur adegan itu, dia semakin ingin mencari tahu apa itu.Semakin dia memikirkannya, kepalanya semakin sakit.Kepalanya seperti mau meledak, tapi satu-satunya hasil adalah gambar yang dia gambar di kertas.Lebih tepatnya, gambar desain sepasang cincin.Dia teringat dengan telepon hari itu, sepertinya ada sebuah kekuatan yang mendorongnya, di otaknya ada sebuah pikiran yang terus menjadi semakin jelas.Dia mau mengikuti babak final dengan desain ini!Andreas pergi ke Perusahaan Perhiasan Nadine untuk mengumpulkan gambar desain ini.Setelah itu, dia jalan-jalan tanpa tujuan sampai malam. Tanpa dia sadari, dia lagi-lagi tiba di Bar Artemis.Lala terus mengikutinya.Namun, dia tidak tahu, waktu dia melewati alun-alun yang paling ramai di Binara, ada seseoran
Semakin Andreas tidak menjawab, Lala semakin menginginkan sebuah jawaban.Andreas mulai merasa kesal, teringat dengan suara di telepon tadi, tanpa dia sadari dia berkata, "Undangan babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional."Lala jelas terlihat terkejut. "Kamu ... lolos babak awal?"Andreas tidak menjawab.Lala tetap merasa gelisah. "Kak, kamu mana ada waktu ikut final? Katanya babak final kompetisi ini nggak hanya harus desain, tapi harus merealisasikan desain itu lalu membawanya ke babak final. Kak, kamu nggak pernah membuat perhiasan ...."Lala ingin membujuknya untuk menyerah.Tiba-tiba, sebuah adegan muncul di benak Andreas.Dia ingin menangkapnya, tapi adegan itu bagaikan sebuah gelembung busa, seketika hilang tanpa jejak. Setelah itu, Andreas merasa kepalanya nyeri."Kak, kalau nggak kita pergi lebih cepat saja. Aku dengar di luar negeri ...."Suara Lala masih terdengar di kamar, Andreas berusaha menahan kekesalannya, tapi akhirnya dia menyela, "Keluar."Lala tertegun.Dia
Di Perusahaan Perhiasan Nadine.Celine sudah berkali-kali menelepon nomor yang sama, tapi tidak diangkat.Dia melihat data peserta yang masuk ke babak final di depannya.Tuvin Sarwen.Celine sudah melihat karya peserta ini.Meski gambarnya agak kasar seperti digambar dengan buru-buru, desainnya adalah yang paling bagus di antara yang lainnya.Dia ingin orang ini berpartisipasi di babak final.Namun, orang ini hanya mengisi satu nomor telepon.Kalau telepon ini tidak terhubung, berarti tidak ada cara lain untuk menghubunginya.Karena tidak ingin melewatkan orang yang berbakat, Celine mencoba untuk terakhir kalinya.Kali ini, akhirnya panggilan terhubung.Saat panggilan terhubung, dia tidak bicara. Samar-samar, dia bisa mendengar suara napas yang entah kenapa membuat jantung Celine berdebar. Dia sadar kembali dan berkata, "Halo, apakah ini Tuan Tuvin Sarwen?"Suara itu membuat Andreas tertegun.Suara ini .... Kenapa terasa familier? Seakan-akan pernah dengar di mana, seakan-akan dia sang