"Tampangnya lumayan, bentuk tubuhnya juga oke, mungkin saja ada yang suka. Bisa jual ... badan?"Semua orang pun tertawa mendengar ini.Begitu mendengar kata "jual badan", Reza langsung menggila ....Dia berteriak seperti orang gila, ketakutan di matanya berubah menjadi kegilaan ....Ada orang yang menyadari keanehannya dan langsung menelepon rumah sakit. Begitu ambulans datang dan ingin membawanya ke rumah sakit, dia malah menolak dan bahkan memukul petugas kesehatan.Melihat kelakuannya, orang-orang pun curiga. "Jangan-jangan dia sudah gila?"Kemudian, ada orang baik hati yang menelepon rumah sakit jiwa. Orang-orang dari rumah sakit jiwa datang dengan persiapan dan akhirnya membawa Reza pergi.Celine mau ke Menara Jayadi sudah pasti harus melewati jalan ini.Ketika Celine lewat, mobil yang membawa Reza kebetulan lewat dari sampingnya. Ada satu saat Celine seakan-akan mendengar ada orang yang memanggilnya. Namun, ketika dia melihat ke asal suara, dia tidak melihat apa-apa.Di mobil ru
"Memohon ampun?" Celine tertawa dan berkata, "Maaf, aku nggak sebaik itu."Orang yang baik hati itu Lily, bukan dia!Andreas juga terkekeh. Beberapa saat kemudian, dia kembali berkata dengan serius, "Dia berani melukaimu, berarti dia sudah bosan hidup!"Celine tertegun.Dia menatap sosok di balik pembatas itu, tiba-tiba merasa seakan-akan dirinya sangat penting bagi orang ini.Namun, Tuan Andreas membantunya menghancurkan Keluarga Linoa hanya karena permintaan suaminya ....Ketika dia masih berpikir, pria di balik pembatas kembali berkata, "Reza sudah masuk rumah sakit jiwa, saham Perusahaan Linoa juga turun drastis, mereka tidak akan bisa bertahan lama. Nantinya, aset Keluarga Linoa akan dilelang untuk membayar utang mereka kepada bank. Setelah Keluarga Linoa jatuh, nggak akan ada yang mengganggumu lagi."Kata-kata "Reza sudah masuk rumah sakit jiwa" terngiang-ngiang di benak Celine. "Tunggu, Reza jadi gila?"Andreas tidak menjawab.Namun, Celine mengerti maksudnya. Asalkan Reza masuk
Asalkan Nyonya ingat dengan kebaikannya, kalaupun nantinya dia berbuat salah di depan Tuan, kalau ada Nyonya yang membantunya bicara, Tuan pasti akan memaafkannya.Mungkin karena tenggelam dalam imajinasinya, Owen sama sekali tidak merasakan Andreas sudah berdiri di sampingnya sambil melipat lengannya di depan dada dan melihat ke arah yang sama."Sama suaminya?" tanyanya lagi.Owen mengangguk lagi. "Iya."Andreas pun tersenyum sinis. "Makan apa?"Owen menjawab, "Aku mana tahu? Nyonya mau makan apa, aku makan apa, aku suka semuanya."Tepat pada saat ini, Andreas menerima sebuah pesan.Dari Celine.Aku ingin traktir Owen dan Tuan Muda James makan sebagai tanda terima kasih sudah menolongku waktu itu. Kamu juga ikut.Andreas mengernyit, pesan ini seakan-akan Owen dan James adalah tokoh utamanya, sedangkan dia hanya menemani.Kemudian, Celine mengirimkan sebuah alamat.Andreas awalnya mau protes, tapi dia tiba-tiba merasa daripada protes, lebih baik dia menggunakan otaknya."Oke." Setelah
Melihat setumpuk dokumen di depannya, muncul keinginan untuk mati di tumpukan dokumen ini.Sekarang dia hanya bisa diam-diam meminta Tuan berbaik hati melepaskannya."Nona Celine, sebenarnya hari itu aku bisa ke sana karena perintah dari Tuan Andreas dan juga suamimu .... Aku hanya dimintai tolong, dia adalah orang yang paling mengkhawatirkanmu ...."Owen tahu tuannya bisa mendengarnya, jadi dia berusaha meminta ampun dengan cara seperti ini.Mendengar ini, Celine pun melihat suaminya dengan tatapan terkejut.Suasana hati Andreas jelas membaik.Mungkin karena tidak ingin terlalu menonjol, Andreas berdeham lalu berkata, "Karena kamu sibuk, kami nggak memaksa lagi, cepat pulang."Kata-kata "cepat pulang" langsung membuat Owen bersorak gembira.Dia hampir berlutut dan berterima kasih pada Andreas.Setelah menutup telepon, suasana mesra menyelimuti mereka. Andreas menyambut tatapan Celine, sama sekali tidak menghindar, malah Celine yang tiba-tiba menghindar dari tatapannya."Bagaimana deng
Namun, sebelum dia sempat pamit, tiba-tiba terdengar suara seseorang di belakangnya yang menarik perhatian mereka."Celly?"Suara itu terdengar agak kaget.Celine melihat ke arah suara itu dan melihat Carla, senyuman di wajahnya langsung membeku.Dia refleks melihat suaminya, tapi suaminya hanya mengernyit, seakan-akan juga terkejut melihat Carla."James, Andre, kalian .... Kebetulan banget, kalian juga makan malam di sini? Kalian nggak keberatan tambah aku seorang, 'kan?"Carla tersenyum berharap, dia langsung maju merangkul lengan Celine, tapi yang dia lihat adalah Andreas.Tatapannya ke Andreas sama sekali tidak menyembunyikan cintanya.Carla sengaja memanggil "Andre" dan bukan Andreas. Dia tidak tahu Andreas memakai nama apa di depan Celine, tapi dia juga tidak berharap Celine tahu identitas Andreas dari namanya.Karena Andreas ingin menyembunyikan identitasnya, dia akan membantunya.Namun, tidak ada yang menjawab.Seketika, muncul kecanggungan di mata Carla. Dia pun melihat ke ara
Ini mungkin panggilan sayang Celine yang paling manja.Begitu dia menyebutnya dan merasakan ekspresi suaminya yang membeku dan tatapan kaget James, Celine langsung menyesal.Namun, steiknya sudah di depan mulut suaminya, dia juga sudah memanggil suaminya dengan panggilan "sayang", tidak ada gunanya menyesal.Dia pun mengabaikan rasa malunya dan tersenyum manja lalu melihat Andreas dengan tatapan lembut dan penuh harap, seakan-akan kalau Andreas menolaknya dan membuatnya kalah dalam peperangan kali ini, Celine akan menghajarnya habis-habisan.Suasana hening sekian lama.Setelah kaget sejenak, Andreas pun mengerti apa yang dipikirkan Celine.Kemudian, dia pun senang karena Celine cemburu.Ini ... bagus banget!Andreas membuka mulutnya lalu menggigit steik yang disuapkan Celine lalu mengunyah dengan senang hati."Enak, nggak?" Celine juga sangat puas dengan reaksinya.Melihat suaminya sangat bekerja sama dan tidak membuatnya malu, Celine pun memotong sepotong steik lagi lalu menyuap Andre
Apa dia tidak tahu semenggoda apa ketika seorang wanita melepaskan pakaian seorang pria?Fokus Andreas semakin buram.Sementara Celine malah semakin fokus.Sejak tahu suaminya terluka, dia tidak pernah melihat lukanya, bahkan tidak tahu seberapa parah luka suaminya.Saat ini, melihat noda darah yang merembes di kain kasa, Celine merasa hatinya seakan-akan diremas."Kenapa bisa luka?" tanya Celine sambil menyentuh pinggiran kain.Menghitung hari saat Andreas terluka, Celine semakin kasihan padanya.Beberapa hari ini, suaminya terus berada di sisinya. Meski mereka tidak berinteraksi, suaminya selalu memberi tahu dia kalau dia ada di rumah menjaganya. Celine harus mengakui kalau beberapa hari ini dia merasa tenang karena ada suaminya.Andreas tidak ingin Celine tahu betapa bahayanya kejadian hari itu, jadi dia hanya menjawab secara santai, "Nggak sengaja jatuh ...."Jatuh?Celine tentu saja tidak percaya.Namun lukanya ditutup kain kasa, dia juga tidak bisa melihat dengan jelas luka itu.
Celine terdiam.Dia menatap suaminya dan memerintahkan, "Harus pergi!""Oke, tapi hanya kalau kamu janji kamu setuju dengan semua yang aku bilang tadi."Celine kembali terdiam.Setuju? Setuju apanya?Saat ini, Celine hanya berpikir tidak boleh menyia-nyiakan waktu lagi, takut otak suaminya benar-benar rusak karena demam tinggi. Dia pun tidak terlalu memikirkan kata-kata suaminya tadi, hanya menganggapnya sebagai ucapan asal karena demam dan merasa suaminya tidak akan ingat lagi nantinya."Iya, iya, aku setuju. Sekarang sudah boleh ke rumah sakit?"Andreas langsung menurut. "Baik."Celine menarik suaminya keluar dan langsung mengemudi mobil suaminya ke Gladius.Begitu masuk rumah sakit, langsung ada yang mengenali wajah Andreas. Sebelum Celine sempat mengambil nomor, segerombolan petugas kesehatan datang dan membawa Andreas ke UGD.Bahkan ketika suaminya sudah dapat kamar dan sedang diinfus, Celine masih bingung.Celine pergi mengurus prosedur rawat inap, tapi malah diberi tahu kalau Tu
Benar ada Tuan Andreas!Dia tahu, suami istri biasanya pasti baikan, apalagi Tuan Andreas dan istrinya.Meski dia sudah sering melihat orang-orang yang suka selingkuh, Tuan Andreas dan istrinya benar-benar saling mencintai.Seperti yang dia duga, baru beberapa saat saja Tuan Andreas sudah menemukan lokasi Nyonya dan datang ke sini untuk berbaikan.Manajer itu berlari menghampiri Andreas dan berkata, "Tuan Andreas kenapa ada di sini?"Bukannya harusnya pergi ke kamar?Melihat Andreas mengernyit, dia akhirnya mengerti. "Tuan nggak bawa kartu kamar? Tuan, ini ...."Manajer itu menyerahkan sebuah kartu kepada Andreas dengan penuh hormat.Andreas melihat kartu itu, tapi tidak mengambilnya.Manajer pun terdiam.Kemudian, tiba-tiba dia terpikirkan sesuatu. "Tuan jangan salah paham, kartu ini biasanya hanya dipakai waktu keadaan darurat. Tuan tenang saja, staf hotel kami nggak akan masuk ke kamar tamu sembarangan."Andreas bingung.Namun, orang ini memanggilnya "Tuan Andreas".Dilihat dari eks
Mata Celine bergetar.Orang-orang bisa melihat betapa Andreas mencintainya. Teringat dengan kenangan-kenangan masa lalu, Andreas memang sangat mencintai dia."Aku mana mungkin marah padanya." Dia juga sangat mencintai Andreas!Dia ingin sekali Andreas bisa langsung muncul di hadapannya.Manajer tidak mengerti dengan ekspresi di wajah Celine, dia pun segera turun untuk meminta orang mengantarkan buah-buahan untuk Celine.Langit perlahan-lahan berubah gelap.Di luar Hotel Binara.Di sebuah mobil biasa yang berhenti di tepi jalan, Lala sedang mencengkeram setir mobil sambil melihat Andreas turun dari sebuah mobil lalu berjalan masuk ke hotel.Melihat sosok Andreas yang tidak terlihat lagi, cengkeraman Lala semakin kuat.Andreas ....Dia jelas-jelas tidak suka dengan acara seperti ini, tapi hari ini dia malah menghadiri pesta ini.Selama dua hari ini, Lala memperhatikan semua gerak-gerik Andreas. Dia yakin kalau Celine tidak tahu Andreas ada di Binara, sementara Andreas kalaupun melihat Ce
Perasaan itu terus berputar di hati Celine untuk sekian lama.Sampai waktu Dylan dan Albert datang lalu melihat raut wajahnya yang pucat."Celly, kamu kenapa? Nggak enak badan?" Albert segera maju dan mengamati Celine dengan ekspresi khawatir.Sejak Celine datang ke Binara, meski mereka selalu menjaganya dengan hati-hati dan biasanya juga tidak ada yang aneh, Celine sedang hamil, mereka tetap tidak boleh lengah."Aku nggak apa-apa, mungkin semalam tidurnya nggak nyenyak."Celine berusaha tersenyum, rasa depresi dan tidak berdaya di dalam mimpi masih terasa, jadi senyumannya terlihat sangat terpaksa.Dylan dan Albert langsung menyadarinya.Mana mungkin tidak apa-apa?Albert juga tahu jelas alasannya. Sampai sekarang masih belum ada kabar tentang Andreas, dia tidak tega bertanya lagi."Celly, hari ini kamu istirahat saja di rumah."Begitu Albert selesai bicara, Celine langsung teringat dengan babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional. "Nggak bisa, aku harus ke kantor.""Di kantor m
"Bantu aku!"Nadanya sudah tidak memohon seperti tadi, malah terdengar seperti memerintah.Suasana seketika hening.Ekspresi "Master Gion" berubah-ubah, sementara wajah Lala terlihat dingin dan bertekad, seakan-akan sedang menekan seorang bawahannya.Dia sebenarnya harus langsung setuju, tapi dia akhirnya bertanya lagi. "Apakah kamu sudah memikirkannya baik-baik?"Mata Lala pun bergetar.Setelah terdiam beberapa saat, Lala mengangguk dengan tegas. "Aku hanya punya pilihan ini, aku nggak bisa kehilangan dia. Cuma sekali ini saja, hari ke luar negerinya sudah ditentukan. Setelah keluar negeri, semuanya akan baik-baik saja."Dia tidak percaya Celine bisa mencari sampai ke luar negeri.Kalaupun pusat bisnis Keluarga Tjangnaka ada di luar negeri, tapi dunia ini sangat luas, dia pasti bisa menghindari mereka. Selain itu, orang-orang dia juga di luar negeri."Nona, aku mengerti. Ini terakhir kalinya, setelah ini, aku benar-benar mau pensiun. Aku sudah tua, sudah nggak bisa kerja keras."Pangg
Pengemis itu tidak marah dengan sikap Lala yang jijik padanya.Di bawah rambut berantakan dan bau, pengemis itu tersenyum puas lalu berbalik pergi.Waktu dia menabrak Lala, dia sudah memberikan kertas itu padanya.Sekarang, dia tinggal menunggu Lala melihatnya.Muncul kilatan sinar di mata Lily, lalu segera berjalan kembali ke tempatnya.Lala ditabrak lumayan kuat.Waktu dia berdiri, hatinya tetap kesal. Melihat pengemis yang sudah pergi itu, Lala bahkan merasa jijik mau memarahinya.Andreas sudah pergi.Lala segera memanggil sebuah taksi untuk pulang.Lampu di kamar Andreas menyala. Lala berdiri lama di depan pintu, tapi akhirnya tidak masuk. Waktu dia kembali ke kamarnya untuk ganti baju, tiba-tiba di sakunya keluar sebuah kertas yang diremas.Kertas itu sangat berantakan, bahkan sedikit bau busuk.Ini bukan miliknya!Lala refleks teringat dengan pengemis yang menabraknya tadi.Ini dari pengemis itu!Kenapa pengemis itu menaruh kertas ini di sakunya?Lala membuka kertas itu, waktu di
Di kegelapan malam, sosok pengemis itu terlihat kotor dan bau. Orang-orang yang melihatnya refleks menghindar.Dia berjalan terhuyung-huyung ke satu arah.Di benaknya terus terngiang-ngiang informasi yang baru saja dia dengar. Hamil .... Celine hamil .... Hamil anak Andreas.Kenapa .... Kenapa dia seberuntung itu?Pantas saja Albert dan Dylan juga datang ke sini.Terus Andreas dan ....Bukan, ada yang salah.Lily tiba-tiba teringat dengan sosok itu.Orang itu jelas-jelas sedang mengikuti Tuan Andreas.Lala ... sedang menguntit Tuan Andreas?Seakan-akan mengetahui sesuatu, Lily langsung berjalan dengan terburu-buru. Tatapannya yang tadinya tidak fokus jadi cerah, dia mencari-cari ke sekitar sambil terus berjalan maju.Dia mencari-cari ingin menemukan orang itu.Namun, setelah sekian lama, dia tetap tidak menemukannya.Sampai dia melihat bar yang tidak jauh di depannya.Bar Artemis.Ada ingatan-ingatan yang muncul di benaknya, membuatnya menghentikan langkahnya.Sebelum dia sempat berpik
Selama beberapa hari, Andreas terus mengingat ulang adegan yang tiba-tiba muncul di benaknya waktu itu.Namun, tidak peduli seberusaha apa pun dia, adegan yang rusak itu tetap tidak bisa disatukan sampai sempurna.Akan tetapi, semakin hancur adegan itu, dia semakin ingin mencari tahu apa itu.Semakin dia memikirkannya, kepalanya semakin sakit.Kepalanya seperti mau meledak, tapi satu-satunya hasil adalah gambar yang dia gambar di kertas.Lebih tepatnya, gambar desain sepasang cincin.Dia teringat dengan telepon hari itu, sepertinya ada sebuah kekuatan yang mendorongnya, di otaknya ada sebuah pikiran yang terus menjadi semakin jelas.Dia mau mengikuti babak final dengan desain ini!Andreas pergi ke Perusahaan Perhiasan Nadine untuk mengumpulkan gambar desain ini.Setelah itu, dia jalan-jalan tanpa tujuan sampai malam. Tanpa dia sadari, dia lagi-lagi tiba di Bar Artemis.Lala terus mengikutinya.Namun, dia tidak tahu, waktu dia melewati alun-alun yang paling ramai di Binara, ada seseoran
Semakin Andreas tidak menjawab, Lala semakin menginginkan sebuah jawaban.Andreas mulai merasa kesal, teringat dengan suara di telepon tadi, tanpa dia sadari dia berkata, "Undangan babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional."Lala jelas terlihat terkejut. "Kamu ... lolos babak awal?"Andreas tidak menjawab.Lala tetap merasa gelisah. "Kak, kamu mana ada waktu ikut final? Katanya babak final kompetisi ini nggak hanya harus desain, tapi harus merealisasikan desain itu lalu membawanya ke babak final. Kak, kamu nggak pernah membuat perhiasan ...."Lala ingin membujuknya untuk menyerah.Tiba-tiba, sebuah adegan muncul di benak Andreas.Dia ingin menangkapnya, tapi adegan itu bagaikan sebuah gelembung busa, seketika hilang tanpa jejak. Setelah itu, Andreas merasa kepalanya nyeri."Kak, kalau nggak kita pergi lebih cepat saja. Aku dengar di luar negeri ...."Suara Lala masih terdengar di kamar, Andreas berusaha menahan kekesalannya, tapi akhirnya dia menyela, "Keluar."Lala tertegun.Dia
Di Perusahaan Perhiasan Nadine.Celine sudah berkali-kali menelepon nomor yang sama, tapi tidak diangkat.Dia melihat data peserta yang masuk ke babak final di depannya.Tuvin Sarwen.Celine sudah melihat karya peserta ini.Meski gambarnya agak kasar seperti digambar dengan buru-buru, desainnya adalah yang paling bagus di antara yang lainnya.Dia ingin orang ini berpartisipasi di babak final.Namun, orang ini hanya mengisi satu nomor telepon.Kalau telepon ini tidak terhubung, berarti tidak ada cara lain untuk menghubunginya.Karena tidak ingin melewatkan orang yang berbakat, Celine mencoba untuk terakhir kalinya.Kali ini, akhirnya panggilan terhubung.Saat panggilan terhubung, dia tidak bicara. Samar-samar, dia bisa mendengar suara napas yang entah kenapa membuat jantung Celine berdebar. Dia sadar kembali dan berkata, "Halo, apakah ini Tuan Tuvin Sarwen?"Suara itu membuat Andreas tertegun.Suara ini .... Kenapa terasa familier? Seakan-akan pernah dengar di mana, seakan-akan dia sang