Hansen dan Carla sama-sama tertegun.Mereka berdua saling bertukar pandang. Carla masih bingung dengan \apa yang telah terjadi.Ketika dia ingin memberi tahu Tuan Richard bahwa dia memang adalah cucunya,Tuan Richard tiba-tiba saja merasa panik dan berkata, "Ada apa? Apa kamu nggak mau? Ada banyak sekali keuntungan yang bisa kamu dapatkan dengan menjadi cucuku."Tuan Richard pun mencoba untuk memancingnya."Baiklah! Aku akan menjadi cucu Kakek ...." Carla mengira kakeknya masih tidak sadar karena penyakitnya sudah kambuh.Jadi, dia pun menuruti keinginan sang kakek.Tuan Richard senang bukan main. Dia segera berpesan pada Hansen."Baiklah! Hansen, pergi dan siapkan sebuah pesta yang mewah agar semua orang tahu bahwa aku sudah menemukannya."Hansen dan Carla juga sudah tahu siapa sosok yang dimaksud oleh kakek mereka ini.Sosok itu adalah Linda.Mau Lala ataupun Carla, mereka bisa memiliki kesempatan untuk menjadi anggota Keluarga Nadine karena mereka memiliki sepasang mata yang persis
"Tentu saja aku kagum! Mereka adalah Keluarga Nadine dari Kota Mastika. Siapa pun gadis beruntung itu, kurasa sekarang dia sudah nggak tidur selama beberapa hari karena terlalu gembira."Mata Celine memantulkan cahaya seperti membayangkan Keluarga Nadine saja, Celine sudah bisa melihat uang di hadapannya.Andreas sampai mendelikkan matanya melihat gayanya yang sangat matre.Ingin sekali pria itu memberi tahu Celine bahwa dia tidak perlu merasa kagum pada gadis beruntung itu.Alasannya karena banyak sekali yang dimiliki oleh Celine jika dibandingkan dengan gadis itu.Bagaimanapun juga, Perusahaan Jayadi adalah perusahaan nomor satu di negara tersebut."Kamu mau ke sana?" Andreas pun bertanya untuk mencari tahu."Tentu saja! Aku juga mau melihat siapa gadis beruntung itu." Dia sudah berjanji pada Tuan Hansen. Jadi, dia tidak enak hati ingkar janji.Andreas pun mengerutkan dahinya.Kalau wanita ini pergi, Andreas hanya tidak perlu pergi. Kalau mereka tidak bertemu, jati dirinya tidak akan
Celine kaget sekali. Suara suami nomor satunya yang sangat manja pun terdengar di telinganya."Kamu nggak usah menghadiri jamuan malam ini."Suaranya yang sangat menggoda membuat Celine memikirkan hal yang lain.Wajah Celine berangsur-angsur memerah. Jangan pergi ke jamuan? Apa pria ini ingin melakukan ....Sebuah halusinasi langsung muncul di dalam benak Celine. Telinganya juga jadi terasa panas.Celine pun menunduk dan tidak berani menatap matanya ketika mengatakan, "Nggak bagus, bukan?""Apanya yang nggak bagus? Jamuan itu juga nggak menarik. Lebih baik kamu dan aku ...."Suami nomor satunya ini semakin berani saja. Celine segera menutup bibir pria itu.Andreas pun tertegun. Bibirnya mengenai telapak tangan wanita itu. Tiba-tiba ada suatu perasaan aneh muncul di dalam hatinya. Melihat Celine mengalihkan tatapannya dan wajahnya yang merah, Andreas tahu bahwa Celine memikirkan hal yang melenceng.Andreas tiba-tiba saja tertawa lirih.Suara tawa Andreas membuat Celine tertegun. Wanita
"Bantuan? Apa mungkin ada hubungannya dengan si gadis cantik?"Begitu berbicara, James langsung berhasil menebaknya.Dia sudah mengenal pria yang bernama Andreas ini. Pria ini bisa menghadapi siapa pun. Satu-satunya yang tidak bisa dihadapinya adalah si gadis cantik.Butuh bantuannya? Kalau begitu apa maksudnya? Sudah pasti malam ini dia akan punya kesempatan untuk mengenal gadis cantik itu?"Baiklah! Sebenarnya malam ini aku nggak mau menghadiri pesta itu. Tapi karena kamu memintaku, aku akan pergi ke sana."James langsung membalas dengan bersemangat....Di pesta ini, Tuan Richard akan memperkenalkan cucu perempuannya. Hansen berada di sebuah resor yang ada di Kota Binara.Sehari sebelumnya, Tuan Richard sudah keluar dari rumah sakit dan di bawah ke resor tersebut.Setelah keluar dari rumah sakit, Carla terus menemani Tuan Richard.Sekarang, pestanya sudah semakin dekat. Carla dan Tuan Richard sedang memilih pakaian yang akan dikenakan pada jamuan nanti.Hansen sedang berdiri di luar
Begitu mendengar nama Celine, Lily pun kaget sekali.Sebelum Lily sempat memikirkan apa pun, Carla sudah mengenali Lily."Kamu rupanya!" Carla pun tersenyum.Hari ini, Lily terlihat sangat baik dan seperti berusaha dekat dengannya. Carla hampir saja tidak mengenalinya.Bukankah wanita ini adalah wanita yang kemarin keguguran di museum?Dia dan Celine memiliki dendam."Kamu dan Celine kakak-beradik, ya?" Ketika berada di kantor polisi, Carla tahu bahwa wanita yang keguguran itu memiliki hubungan dengan Celine.Hanya saja sekarang, wajah Lily masih terlihat curiga.Carla melihatnya dan bibirnya pun langsung menyunggingkan senyuman, "Nona Lily baru keguguran. Bagaimana kondisi kesehatan Nona?"Lily tertegun dan langsung teringat.Dia adalah wanita yang kemarin berada di toilet.Waktu itu, Lily hanya sibuk memikirkan cara untuk mencelakai Celine. Jadi, dia sama sekali tidak memedulikan orang-orang yang ada di sekitar sana. Dia mendengar dari Reza bahwa sebelum Celine mendapatkan rekaman vi
Suasana seketika hening.Lily menatap Carla sambil menunggu jawaban.Tiba-tiba Carla tertawa lalu menoleh melihat Lily. "Siapa bilang aku nggak suka? Wanita secantik itu, kalau kakakku suka, aku tentu saja suka."Meski dia bilang begitu, Lily bisa melihat pikiran sesungguhnya di mata Carla.Dia tidak suka Celine!Heh! Bagus sekali!Lily langsung merasa sombong di dalam hati. Dia tidak bertanya apa-apa lagi, hanya berhenti sejenak lalu berkata pada orang beruntung di depannya ini, "Nona kalau perlu apa-apa, boleh cari aku kapan saja."Maksud dari kata-katanya sudah sangat jelas."Baiklah kalau begitu," ujar Carla sambil tersenyum.Kepedulian Andreas terhadap Celine sudah menentukan kalau dia tidak mungkin berteman dengan Celine.Namun, hal seperti ini tetap akan lebih mudah kalau ada yang membantunya.Setelah Lily pergi dengan penuh semangat, Carla mengganti gaunnya.Ketika Celine tiba, langit sudah gelap, tapi pencahayaan di vila masih tetap terang benderang.Dari jauh, Hansen sudah me
"Reza, kamu sebenarnya mau apa?"Celine sama sekali tidak menyembunyikan kejijikannya.Reza teringat dengan pesan neneknya. Sejak pergi dari Keluarga Maira hari itu, entah kenapa Nenek jadi berulang kali memperingatkan dia jarang-jarang berhubungan dengan Lily.Kalau bukan karena kata-kata Celine di rumah Keluarga Maira hari itu, Nenek juga tidak akan semakin membenci Lily.Semuanya gara-gara Celine.Berpikir seperti itu, tatapan Reza terhadap Celine semakin tajam. "Aku datang untuk memperingatkan kamu, jangan punya niat jahat lagi ke Lily. Terus, hari ini adalah hari Tuan Richard memperkenalkan cucu barunya, kamu jangan gunakan trik-trik menggoda orangmu itu."Celine bingung.Kalau bukan karena wajah Reza saat ini sangat menyebalkan, Celine pasti bakal mengira Reza itu adalah orang suci yang tiada taranya.Jangan punya niat jahat lagi ke Lily?Jangan sembarangan menggoda orang?"Sialan, pergi sana! Orang tuamu tahu nggak kamu sekepo itu!"Celine langsung bertatapan dengan Reza. Kalau
Celine berteriak kaget, tapi mulutnya ditutup oleh tangan lainnya.Teriakannya pun berhenti.Celine mencium aroma arak yang sangat kuat, lalu dia mendengar suara pria yang sangat berat dari atas kepalanya. "Jangan bersuara, kalau nggak, nanti ada orang datang melihat kita, terus judul besar berita besok pasti akan sangat bagus." Andreas sengaja mengubah suaranya jadi lebih rendah.Dia sebenarnya ingin ada orang yang memotret mereka.Namun, teringat dengan kebencian Celine terhadap "Tuan Andreas", Andreas terpaksa berusaha sabar.Malam ini, dia berencana coba berinteraksi dengan Celine sebagai "Tuan Andreas". Lebih bagus lagi kalau bisa mengubah kesan Celine terhadapnya.Seperti dugaannya, kata-katanya membuat Celine lebih tenang.Aroma arak ini membuat Celine refleks teringat dengan malam di vila Keluarga Linoa itu.Saat itu, tubuh Tuan Andreas juga mengeluarkan aroma arak yang pekat seperti ini."Kamu ... siapa?"Celine bertanya dengan hati-hati, "Kamu ... kamu nggak bermaksud melukai
Perasaan itu terus berputar di hati Celine untuk sekian lama.Sampai waktu Dylan dan Albert datang lalu melihat raut wajahnya yang pucat."Celly, kamu kenapa? Nggak enak badan?" Albert segera maju dan mengamati Celine dengan ekspresi khawatir.Sejak Celine datang ke Binara, meski mereka selalu menjaganya dengan hati-hati dan biasanya juga tidak ada yang aneh, Celine sedang hamil, mereka tetap tidak boleh lengah."Aku nggak apa-apa, mungkin semalam tidurnya nggak nyenyak."Celine berusaha tersenyum, rasa depresi dan tidak berdaya di dalam mimpi masih terasa, jadi senyumannya terlihat sangat terpaksa.Dylan dan Albert langsung menyadarinya.Mana mungkin tidak apa-apa?Albert juga tahu jelas alasannya. Sampai sekarang masih belum ada kabar tentang Andreas, dia tidak tega bertanya lagi."Celly, hari ini kamu istirahat saja di rumah."Begitu Albert selesai bicara, Celine langsung teringat dengan babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional. "Nggak bisa, aku harus ke kantor.""Di kantor m
"Bantu aku!"Nadanya sudah tidak memohon seperti tadi, malah terdengar seperti memerintah.Suasana seketika hening.Ekspresi "Master Gion" berubah-ubah, sementara wajah Lala terlihat dingin dan bertekad, seakan-akan sedang menekan seorang bawahannya.Dia sebenarnya harus langsung setuju, tapi dia akhirnya bertanya lagi. "Apakah kamu sudah memikirkannya baik-baik?"Mata Lala pun bergetar.Setelah terdiam beberapa saat, Lala mengangguk dengan tegas. "Aku hanya punya pilihan ini, aku nggak bisa kehilangan dia. Cuma sekali ini saja, hari ke luar negerinya sudah ditentukan. Setelah keluar negeri, semuanya akan baik-baik saja."Dia tidak percaya Celine bisa mencari sampai ke luar negeri.Kalaupun pusat bisnis Keluarga Tjangnaka ada di luar negeri, tapi dunia ini sangat luas, dia pasti bisa menghindari mereka. Selain itu, orang-orang dia juga di luar negeri."Nona, aku mengerti. Ini terakhir kalinya, setelah ini, aku benar-benar mau pensiun. Aku sudah tua, sudah nggak bisa kerja keras."Pangg
Pengemis itu tidak marah dengan sikap Lala yang jijik padanya.Di bawah rambut berantakan dan bau, pengemis itu tersenyum puas lalu berbalik pergi.Waktu dia menabrak Lala, dia sudah memberikan kertas itu padanya.Sekarang, dia tinggal menunggu Lala melihatnya.Muncul kilatan sinar di mata Lily, lalu segera berjalan kembali ke tempatnya.Lala ditabrak lumayan kuat.Waktu dia berdiri, hatinya tetap kesal. Melihat pengemis yang sudah pergi itu, Lala bahkan merasa jijik mau memarahinya.Andreas sudah pergi.Lala segera memanggil sebuah taksi untuk pulang.Lampu di kamar Andreas menyala. Lala berdiri lama di depan pintu, tapi akhirnya tidak masuk. Waktu dia kembali ke kamarnya untuk ganti baju, tiba-tiba di sakunya keluar sebuah kertas yang diremas.Kertas itu sangat berantakan, bahkan sedikit bau busuk.Ini bukan miliknya!Lala refleks teringat dengan pengemis yang menabraknya tadi.Ini dari pengemis itu!Kenapa pengemis itu menaruh kertas ini di sakunya?Lala membuka kertas itu, waktu di
Di kegelapan malam, sosok pengemis itu terlihat kotor dan bau. Orang-orang yang melihatnya refleks menghindar.Dia berjalan terhuyung-huyung ke satu arah.Di benaknya terus terngiang-ngiang informasi yang baru saja dia dengar. Hamil .... Celine hamil .... Hamil anak Andreas.Kenapa .... Kenapa dia seberuntung itu?Pantas saja Albert dan Dylan juga datang ke sini.Terus Andreas dan ....Bukan, ada yang salah.Lily tiba-tiba teringat dengan sosok itu.Orang itu jelas-jelas sedang mengikuti Tuan Andreas.Lala ... sedang menguntit Tuan Andreas?Seakan-akan mengetahui sesuatu, Lily langsung berjalan dengan terburu-buru. Tatapannya yang tadinya tidak fokus jadi cerah, dia mencari-cari ke sekitar sambil terus berjalan maju.Dia mencari-cari ingin menemukan orang itu.Namun, setelah sekian lama, dia tetap tidak menemukannya.Sampai dia melihat bar yang tidak jauh di depannya.Bar Artemis.Ada ingatan-ingatan yang muncul di benaknya, membuatnya menghentikan langkahnya.Sebelum dia sempat berpik
Selama beberapa hari, Andreas terus mengingat ulang adegan yang tiba-tiba muncul di benaknya waktu itu.Namun, tidak peduli seberusaha apa pun dia, adegan yang rusak itu tetap tidak bisa disatukan sampai sempurna.Akan tetapi, semakin hancur adegan itu, dia semakin ingin mencari tahu apa itu.Semakin dia memikirkannya, kepalanya semakin sakit.Kepalanya seperti mau meledak, tapi satu-satunya hasil adalah gambar yang dia gambar di kertas.Lebih tepatnya, gambar desain sepasang cincin.Dia teringat dengan telepon hari itu, sepertinya ada sebuah kekuatan yang mendorongnya, di otaknya ada sebuah pikiran yang terus menjadi semakin jelas.Dia mau mengikuti babak final dengan desain ini!Andreas pergi ke Perusahaan Perhiasan Nadine untuk mengumpulkan gambar desain ini.Setelah itu, dia jalan-jalan tanpa tujuan sampai malam. Tanpa dia sadari, dia lagi-lagi tiba di Bar Artemis.Lala terus mengikutinya.Namun, dia tidak tahu, waktu dia melewati alun-alun yang paling ramai di Binara, ada seseoran
Semakin Andreas tidak menjawab, Lala semakin menginginkan sebuah jawaban.Andreas mulai merasa kesal, teringat dengan suara di telepon tadi, tanpa dia sadari dia berkata, "Undangan babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional."Lala jelas terlihat terkejut. "Kamu ... lolos babak awal?"Andreas tidak menjawab.Lala tetap merasa gelisah. "Kak, kamu mana ada waktu ikut final? Katanya babak final kompetisi ini nggak hanya harus desain, tapi harus merealisasikan desain itu lalu membawanya ke babak final. Kak, kamu nggak pernah membuat perhiasan ...."Lala ingin membujuknya untuk menyerah.Tiba-tiba, sebuah adegan muncul di benak Andreas.Dia ingin menangkapnya, tapi adegan itu bagaikan sebuah gelembung busa, seketika hilang tanpa jejak. Setelah itu, Andreas merasa kepalanya nyeri."Kak, kalau nggak kita pergi lebih cepat saja. Aku dengar di luar negeri ...."Suara Lala masih terdengar di kamar, Andreas berusaha menahan kekesalannya, tapi akhirnya dia menyela, "Keluar."Lala tertegun.Dia
Di Perusahaan Perhiasan Nadine.Celine sudah berkali-kali menelepon nomor yang sama, tapi tidak diangkat.Dia melihat data peserta yang masuk ke babak final di depannya.Tuvin Sarwen.Celine sudah melihat karya peserta ini.Meski gambarnya agak kasar seperti digambar dengan buru-buru, desainnya adalah yang paling bagus di antara yang lainnya.Dia ingin orang ini berpartisipasi di babak final.Namun, orang ini hanya mengisi satu nomor telepon.Kalau telepon ini tidak terhubung, berarti tidak ada cara lain untuk menghubunginya.Karena tidak ingin melewatkan orang yang berbakat, Celine mencoba untuk terakhir kalinya.Kali ini, akhirnya panggilan terhubung.Saat panggilan terhubung, dia tidak bicara. Samar-samar, dia bisa mendengar suara napas yang entah kenapa membuat jantung Celine berdebar. Dia sadar kembali dan berkata, "Halo, apakah ini Tuan Tuvin Sarwen?"Suara itu membuat Andreas tertegun.Suara ini .... Kenapa terasa familier? Seakan-akan pernah dengar di mana, seakan-akan dia sang
Orang di depannya ....Begitu Celine memanggil nama itu, dia sudah tahu kalau dia salah panggil.Bukan Andreas, itu Dylan.Celine merasa kecewa, lalu melihat kekecewaan di wajah Dylan, dia juga merasa bersalah. "Dylan, maaf, aku ....""Nggak apa-apa ...."Tanpa menunggu Celine selesai minta maaf, Dylan sudah tersenyum cerah.Dia mana mungkin tidak tahu serindu apa Celine pada kakaknya!Namun, mereka sudah cari selama ini, tetap tidak ada kabar apa pun, Dylan juga merasa bersalah. Dia pun mendorong buket bunganya ke Celine sambil berkata, "Kak Celine, aku dan kakakku memang mirip. Ini untukmu, anggap saja aku ini kakakku. Aku juga menggantikan kakakku memberimu bunga ini."Menggantikan kakaknya memberinya bunga ....Celine pun menerima bunga itu. "Terima kasih, Dylan."Dia melihat-lihat bunga itu, lalu melihat orang itu. Namun, sosok yang muncul di benaknya adalah Andreas."Ah, bunganya sudah dikasih ...."Para wanita di sekitar refleks berteriak.Bisa menerima bunga dari pria tampan me
Mata para wanita pun berbinar-binar.Andreas seakan-akan tidak melihat tatapan mereka.Tiba-tiba, dia melihat seorang gadis kecil yang jualan bunga dan tanpa dia sadari, dia berjalan menghampirinya."Kak, mau beli bunga?" tanya gadis kecil itu.Andreas tiba-tiba sadar lalu tersenyum pahit. Apa yang sedang dia lakukan?Dia benar-benar menuruti kata-kata sopir itu?Wanita itu jelas-jelas tidak kenal dia."Pacar Kakak pasti bakal suka." Gadis kecil itu mengeluarkan sebuket bunga mawar.Warna merah yang mencolok itu membuat Andreas melamun sejenak. Di benaknya bisa-bisanya muncul seseorang yang memakai gaun merah. Dia ingin menangkap ingatan itu, tapi terlambat.Hatinya penuh dengan kekecewaan seakan-akan kehilangan sesuatu."Kakak ...."Gadis kecil itu mengulurkan bunga itu ke depan Andreas.Andreas sadar kembali, lalu akhirnya dia mengambil buket bunga itu dan bayar.Melihat bunga merah di tangannya, sebuah gejolak muncul di hatinya, di benaknya muncul adegan dia memberikan bunga ini ke