"Bagus sekali." Fera sangat senang, dia pun memberi Lala pujian."Semuanya berkat persiapan Nyonya yang bagus." Bagaimanapun, dia punya aib di tangan Fera, jadi Lala tetap harus bersikap penurut di depan Fera.Setelah berbicara sejenak, mereka menyelesaikan panggilan.Di malam hari, Fera menelepon orang lain.Di seberang telepon, orang itu melapor dengan penuh hormat, "Donny dan Albert Tjangnaka juga segera meninggalkan teman mereka dengan terburu-buru.""Oke, bagus."Fera sangat puas, senyuman di wajahnya menjadi semakin cerah.Hansen pergi ke luar negeri, Andreas dinas, Donny dan Albert juga ada urusan. Kelihatannya, tidak akan ada hal di luar dugaan lagi.Fera mematikan rokok yang dia isap sampai setengah lalu berbalik dan naik ke mobil di belakangnya.Kalau begitu, dia sudah boleh pulang ke Mastika dengan tenang untuk melihat Andreas yang menderita.Andreas ....Mengingat Andreas, muncul emosi kompleks di mata Fera yang segera menghilang tanpa jejak.Sementara saat ini, di Mastika.
Ini bukan jebakan Tuan Andreas, melainkan jebakan Tuan Muda Dylan.Setelah memasukkannya ke rumah sakit jiwa, Dylan tidak pernah muncul lagi. Saat ini dia muncul, Lucen tidak tahu apa yang akan dia lakukan."Lucen, kamu sangat aneh."Dylan berkata, "Di gudang tadi, kamu sangat hebat, sudah memutuskan mau mengorbankan nyawamu demi wanita yang kamu cintai. Kamu bahkan nggak takut mati, sekarang kenapa malah ketakutan?""Kelihatannya tekadmu untuk mati nggak cukup kuat!"Nada suaranya menyindir.Seketika membuat Lucen memberontak. "Tekadku kuat ...."Begitu membuka mulut, Lucen menyadari kalau dia terjebak. Dia langsung menunjukkan ekspresi canggung dan mengubah kata-katanya. "Apanya wanita yang kucintai? Apanya rela berkorban nyawa demi dia? Tuan Muda Dylan benar-benar suka mengarang."Mengarang?Muncul tatapan tajam di mata Dylan.Lucen tidak mengaku kalau dia menanggung semuanya demi Fera, tapi memangnya kenapa? Dylan sudah tahu dan yakin kalau pelaku dari semua kejahatan itu adalah Fe
Omar jahat padanya?Ini lelucon yang paling lucu yang pernah Dylan dengar.Dylan pun tertawa sarkastik. "Kalau Omar jahat padanya, orang yang harusnya jadi targetnya bukannya Omar? Celine, kakak iparku itu, sebelumnya hanya orang luar, nggak bermarga Jayadi, marganya Maira, satu-satunya koneksi dengan Keluarga Jayadi hanya kakakku, Andreas Jayadi!"Andreas Jayadi ....Lucen tertegun.Di otaknya tiba-tiba ada sebuah tebakan, tapi dia tidak berani memikirkannya lebih lanjut.Andreas .... Apakah Fera menargetkan Celine bahkan ingin membunuhnya karena Andreas?Namun ... mana mungkin?Fera dan Tuan Andreas tidak ada hubungan apa pun. Tidak, hubungan mereka juga hanya karena Omar.Mata Lucen menghindar sambil berkata, "Mungkin dia benci Omar sampai jadi benci sama Tuan Andreas lalu melibatkan Nona Celine ....""Heh!"Begitu dia selesai bicara, Dylan langsung mencibir.Suara tawa ini bagaikan sebuah palu yang dipukul ke hati Lucen, menghancurkan "penjelasan" yang barusan dia ucapkan.Dylan me
Dia melihat Celine sambil mendengar Lala yang membohonginya kalau Celine sudah mati.Di dalam hatinya hanya ada satu perasaan, yaitu takut!Kalau bukan karena Andreas sudah tahu kalau Lala itu palsu, takutnya dirinya sendiri masih akan terjebak dalam tipuan Lala dan menganggapnya sebagai Lala asli.Hansen tidak peduli perasaannya ditipu, tapi dia tidak bisa menerima kalau Lala palsu itu melukai Celine dengan memanfaatkannya!"Lala itu ... kamu mau bagaimana?"Dylan yang masuk seakan-akan sudah tahu kalau Hansen ada di dalam.Melihat Celine belum bangun, dia pun mengambil kesempatan ini untuk bertanya.Dia tidak tahu kalau Lala itu palsu, dia cuma tahu kalau perasaan Hansen terhadap Lala sangat dalam, dia takut Hansen tidak tega menghukum Lala.Kalau Hansen benar-benar tidak tega, maka semuanya akan dilakukan olehnya dan kakaknya.Namun, di luar dugaannya, Hansen sama sekali tidak ragu-ragu. "Pulangkan ke tempat asalnya."Nada suaranya sangat dingin dan tidak berperasaan, membuat Dylan
Celine tiba-tiba ingat, tadi di gudang, ada orang yang melindunginya keluar dari sana. Salah satu di antara mereka meski berpakaian sangat tertutup dan tidak terlihat wajahnya, Celine bisa merasa kalau orang itu sangat mirip Hansen.Hanya saja waktu itu situasinya sangat menegangkan, dia tidak terlalu memikirkannya."Kamu dalam bahaya begini, aku mana mungkin bisa pergi berlibur?" Suara Hansen sangat lembut dan penuh kasih sayang. "Baguslah kalau kamu nggak apa-apa."Jawabannya ini membuat Celine yakin kalau salah satu orang yang membawanya keluar dari gudang itu adalah Hansen.Waktu itu Hansen ada di sana, berarti dia tahu kalau Lala mau membunuhnya?"Kak ... Lala ...." Celine ragu-ragu.Apakah dia mau memberi tahu Hansen tentang tebakannya kalau Lala mungkin palsu? Dia mungkin bukan Lala, melainkan Lily?Hansen sangat menyayangi Lala, dia susah payah menunggu sampai Lala pulang. Kalau memberi tahu Hansen kalau itu bukan Lala, tapi Lily, apakah tidak terlalu kejam?"Celly, beberapa sa
"He ... hehe .... Nggak usah berterima kasih, bukannya sudah seharusnya aku melakukannya?"Dylan merasa agak malu karena ucapan terima kasih Celine.........Celine bisa melihat kalau mereka punya rencana lain untuk Lily.Namun, dia tidak bertanya banyak tentang itu, mereka menyuruhnya tinggal sementara di sini, dia sudah bisa menebak kalau sekarang dia tidak boleh menunjukkan diri.Mereka mau membuat Lily mengira kalau dia sudah mati agar Lily menunjukkan wujud aslinya.Lily ....Kalau hanya Lala, Celine tidak akan semarah ini, tapi sekarang pelakunya adalah Lily, semuanya jadi berbeda.Dia masih belum mencari Lily untuk kematian Kakek, kali ini, tagih sekaligus!Celine menanti hari di mana dia bisa menagih utang Lily.Di malam berita kematian Celine tersebar, Andreas buru-buru pulang ke Mastika. Dengar kabar, Tuan Andreas membuat keributan di kantor polisi, tidak menerima penjelasan kalau "Celine meledak sampai tidak tersisa apa pun".Kalaupun tidak tersisa apa pun, pasti ada petunju
Ekspresinya itu membuat orang kasihan padanya, mana mungkin dia bicara dengan sangat sombong? Pasti mereka salah dengar!Wahyu berpikir seperti itu, tapi Carla malah mencibir di dalam hati.Si Lala palsu ini sampai sekarang masih mempertahankan "aktingnya", takutnya tidak lama lagi akan menunjukkan sifat aslinya.Wahyu mengkhawatirkan kesehatan Lala, jadi dia berkata, "Nona Lala, lebih baik Nona jangan pergi ....""Nggak, aku mau pergi, aku mau menjemput Kakak."Setelah itu, dia langsung turun.Tanpa menunggu Wahyu menasihatinya lagi, dia langsung berlari keluar. Tak lama kemudian, terdengar suara mobil di luar."Nona Carla, Nona Lala ...." Wahyu terlihat khawatir.Dia takut Lala menyalahkan dirinya atas kematian Celine, takut Lala tidak bisa konsentrasi menyetir dan terjadi sesuatu.Nona Celine sudah begitu, kalau terjadi sesuatu kepada Nona Lala juga, Tuan Muda mana mungkin bisa menerimanya?Wahyu terlihat seperti ingin menangis.Carla pun menenangkannya. "Nggak usah khawatir, dia ng
Celine sering memakai kalung itu.Lala pernah memuji kalung itu cantik dan ingin membeli yang sama. Namun Celine bilang itu hasil desain dia, di dunia ini cuma ada dua, satunya di Celine satu lagi dia berikan ke temannya.Lala tahu teman itu adalah Winny.Waktu itu Lala bahkan pura-pura cemburu, Celine tetap tidak mengalah mau memberinya satu.Lily ingat hari itu Celine juga memakainya.Semua bukti menunjukkan kalau mayat itu adalah Celine!"Kakak, Celly ... Celly kasihan sekali ...." Lily menangis terisak-isak.Kesedihannya bahkan melebihi Hansen.Namun di dalam hati, dia malah menikmati reaksi Hansen.Sejak melihat "Celine", Hansen seakan-akan juga memastikan identitas Celine dengan kalung itu. Saat itu juga, Hansen seperti kehilangan jiwanya.Dia bahkan sudah jarang menanggapi "penyalahan diri" Lala, seakan-akan tenggelam dalam perasaan sedih dan menderita.Sebagai kakak Celine, dia meminta "mayat" Celine dari pihak kepolisian.Meski dikatakan mayat, sebenarnya hanya beberapa bagian
Di pesta malam, nona-nona yang datang tidak berani mendekati Celine lagi selain untuk menyapanya. Mereka takut tidak sengaja melakukan sesuatu dan menyakiti Nyonya Jayadi ini.Mereka pun semakin kagum dengan Nyonya Jayadi dan semakin berusaha menyanjung Nyonya Yuni.Semua orang sibuk mengelilingi Nyonya Yuni, Gisela bahkan tidak bisa berbaur.Bertha juga berada di luar kerumunan itu, dia sama sekali tidak ada niat untuk menyanjung Nyonya Yuni.Di benaknya masih terus ada bayangan adegan yang terjadi di taman tadi, dia bahkan masih ingat jelas tekstur bibir pria itu.Bertha merasa otaknya sangat berantakan.Ada apa dengannya?Menyadari kondisinya yang aneh, Bertha berusaha untuk menyingkirkan pikiran-pikiran itu. Namun, ingatan itu seperti kutukan yang tertanam di benaknya.Semakin dia pikirkan, wajahnya semakin merah.Dia pun memutuskan untuk diam-diam pergi. Dia ingin mencari tempat yang lebih sepi untuk meredakan panas di wajahnya.Karena terlalu buru-buru, dia menabrak dada seseoran
Gisela mengalihkan pandangannya dan kebetulan melihat Bertha dan Alvin berdiri bersama, sedang membicarakan sesuatu.Bertha mau mendekati Alvin?Muncul tebakan ini di benak Gisela.Kalau Bertha berhasil mendekati Alvin ....Waktu dia sedang berpikir, Evan menghampirinya dengan terburu-buru, terdengar maksud menyalahkan di suaranya. "Tadi kamu kenapa? Kenapa kamu sampai melewatkan kesempatan sebagus itu?""Kamu tahu, nggak? Dia bukan hanya istri Tuan Andreas, dia itu pemegang saham terbesar di Grup Nadine, juga putri Keluarga Tjangnaka ....""Kalau bisa berteman dengannya, Keluarga Wisma pasti bakal sukses, tapi ...."Evan sangat kecewa. Semakin dia memikirkan manfaat yang bisa didapatkan kalau bisa membangun koneksi dengan Nyonya Jayadi, dia semakin merasa kalau Gisela telah melewatkan kesempatan yang sangat bagus."Kenapa kamu ...."Gisela memutar bola matanya di dalam hati.Kalau dia menunjukkan bakatnya di depan Nyonya Jayadi dan disukai Nyonya Jayadi, manfaatnya tentu saja jadi mil
Celine tersenyum ke Yuni untuk menenangkannya. "Nenek, aku benar-benar nggak apa-apa.""Nggak apa-apa juga harus diperiksa."Yuni sangat teguh.Namun, Celine tidak mungkin tenang membiarkan wanita licik seperti ini menyentuhnya. Dia akhirnya terpaksa melihat Gisela."Kamu profesional?""Iya, benar."Gisela segera mengangguk. Entah kenapa, Nyonya Jayadi di depannya ini jelas-jelas terlihat sangat lembut, tapi dia merasa tekanan yang membuatnya susah bernapas.Gisela tersenyum lembut, berusaha sekuat tenaga untuk menunjukkan niat baiknya pada Nyonya Jayadi.Sementara Celine juga bisa melihat "niat baik" Gisela.Dia hanyalah berpura-pura.Celine melihatnya dan berkata secara perlahan, "Kamu dokter?"Gisela tertegun sejenak lalu menggeleng. "Bukan."Celine bertanya lagi, "Perawat?"Gisela terdiam sejenak."Bukan, tapi aku ...."Sebelum Gisela selesai bicara, Celine tidak memberinya kesempatan lagi. "Kamu bukan dokter, juga bukan perawat, mananya yang profesional?"Celine berkata penuh makn
Yuni segera menyuruh orang memanggil dokter pribadi.Saat ini, Gisela juga langsung sadar kembali dan segera mengajukan diri. "Aku ... aku pernah belajar keperawatan ...."Hal yang terjadi tadi ....Gisela merasa dia sudah mau meledak saking kesalnya.Jelas-jelas dia melihat Bertha sudah mau menabrak Nyonya Jayadi, tapi di luar dugaannya .... Teringat dengan kejadian tadi, Gisela tidak hanya merasa kecewa karena rencananya gagal.Pria yang ditimpa Bertha tadi adalah tuan muda pertama Keluarga Sugito.Mereka ... berciuman.Namun, Bertha mana layak?Gisela tidak pernah menyangka akan jadi seperti ini. Mendengar Yuni meminta orang memanggil dokter pribadi, Gisela langsung sadar kembali.Rencananya mencelakai Bertha sudah gagal, dia tidak boleh melewatkan kesempatan untuk menunjukkan kehebatannya.Oleh karena itu, dia pun segera menawarkan diri.Baru saja dia selesai bicara, semua orang pun melihatnya.Termasuk Nyonya Yuni dan juga Nyonya Jayadi itu."Kamu bisa ilmu keperawatan?" Yuni meli
Melihat gadis baju hitam itu sudah mau menabraknya, Celine refleks berteriak, "Andreas ...."Saat ini, di bandara Kota Binara.Seorang pria memegang dadanya, keningnya juga berkerut. Kegelisahan yang tiba-tiba muncul di hatinya membuat kepalanya pusing."Tuan, kamu kenapa?"Orang yang lewat menyadari keanehannya dan segera bertanya.Pria itu berusaha untuk menenangkan dirinya, tapi hatinya seperti diremas oleh sebuah tangan. Dia tidak pernah merasakan rasa sakit seperti itu.Di hatinya bahkan muncul ketakutan, lalu perlahan-lahan ketakutan itu menyelimutinya.Dia bahkan bisa mendengar suara detak jantungnya."Tuan, kamu kenapa?"Melihat kondisinya, orang yang lewat tadi bertanya lagi.Pria itu menghirup napas dalam-dalam lalu mengibaskan tangannya, tapi ketakutan itu masih mengikutinya.Sebenarnya ... ada apa dengannya?Sementara saat ini, Celine menutup matanya, suasana sekitarnya seakan-akan menjadi hening. Dia berusaha melindungi perutnya, berdoa hal yang dia takutkan tidak akan ter
Semakin Evan menyukai rasa puas ini, dia semakin tidak menyukai Bertha yang angkuh."Kalau begitu, aku ke sana?"Gisela memasuki area dansa dengan hati-hati tapi semangat seakan-akan sudah mendapat dukungan.Dia mengikuti tempo dan irama lalu mulai membaur dengan orang-orang.Di tempat yang tidak diperhatikan orang, Gisela diam-diam mengamati sekelilingnya, mencari kesempatan. Akhirnya, dia melihat Bertha sedang berputar mendekati Celine.Gisela tahu kalau kesempatannya sudah datang."Siapa gadis baju hitam itu? Tariannya lumayan bagus ...."Yuni juga memerhatikan Bertha.Nada pujiannya kebetulan didengar oleh Gisela, Gisela pun semakin yakin dengan rencananya.Nyonya Yuni sedang memuji Bertha? Nanti, takutnya dia baru akan puas setelah membunuh Bertha!Gisela berpikir sambil menunggu waktu yang pas, kemudian dia diam-diam mendorong gadis yang sedang menari membelakanginya ...."Aduh ...."Seiring dengan seruan kaget, gadis itu menabrak orang di depannya."Ah ....""Aduh ...."Suara te
Alvin kenal dengan Nyonya Jayadi ini?Gisela melihat Alvin berjalan kemari bersama Celine, jarak di antara mereka seperti sengaja untuk menghindari rumor.Apakah hubungan mereka tidak biasa?Gisela memutar matanya, otaknya juga ikut berputar.Waktu melihat Nyonya Jayadi sudah mendekati kerumunan orang, Alvin berhenti mengikutinya, tapi matanya tetap tertuju pada Nyonya Jayadi.Gisela pun melihat wanita yang meski sedang hamil, tetap sangat cantik itu. Dalam hati muncul perasaan yang aneh, bahkan dia juga tidak bisa membedakan apakah itu kagum atau iri.Nyonya Jayadi ini benar-benar beruntung.Sedangkan dia ....Gisela mencari Bertha di sekitar, lalu segera menemukannya yang terlihat sangat mencolok di antara kerumunan.Bertha ada di antara kerumunan orang yang menari, sepertinya dia terbawa suasana, terlihat sangat gembira, sama sekali tidak sedih karena Evan mau membatalkan pernikahan mereka.Kenapa dia tidak sedih?Gisela merasa kesal.Bertha harusnya sedih, karena bagaimanapun juga
Celine terus menunggu Andreas, merindukannya setiap hari. Sejak babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional di mana dia menerima cincin "Penantian", dia tidak menemukan petunjuk apa pun lagi tentang Andreas.Dia terjebak dalam penantian yang tidak terlihat ujungnya, seakan-akan mengerti maksud dari orang yang mengirim cincin itu.Penantian ....Orang itu memberi tahu dia kalau dia akan terus menunggu.Alvin bisa melihat kepahitan di mata Celine. Di kalangan para orang kaya di Binara ada sangat banyak rumor tentang Celine dan Andreas.Ada yang bilang Celine sedang hamil, tapi Tuan Andreas tidak pernah muncul di sisinya sekalipun, hubungan mereka sudah renggang.Ada yang bilang Celine hanya diakui karena hamil dengan keturunan Keluarga Jayadi, Yuni juga hanya mementingkan cicitnya yang ada di kandungan Celine.Di luar ada banyak rumor seperti ini, tapi karena identitas Celine yang merupakan pewaris Grup Nadine dan juga putri Keluarga Tjangnaka, tidak ada yang berani meremehkannya.Al
Di bawah tatapan semua orang, seorang wanita berpakaian putih memegang wajahnya, jelas terlihat dia baru saja ditampar.Wanita itu memasang ekspresi bingung, lalu sibuk meminta maaf pada orang yang menamparnya seakan-akan tidak peduli dengan rasa sakit di wajahnya. "Maaf, Kak, aku ...."Sebelum dia selesai, seorang pria maju dan melindungi wanita baju putih itu di belakangnya sambil memelototi wanita baju hitam di depan wanita baju putih itu. "Kenapa kamu memukulnya?""Kak Evan, jangan salahkan Kakak, aku yang salah, membuatnya marah."Wanita baju putih itu terlihat sangat lemah seperti bunga yang mudah rusak.Alasan dia terlihat lemah,adalah karena kekejaman "Kakak" yang disebut olehnya itu. Semakin dia terlihat lemah, semakin bisa merangsang keinginan pria untuk melindunginya.Namun, di mata wanita baju hitam itu ....Celine melihat wanita baju hitam itu dengan tatapan penasaran. Wanita itu terlihat sangat tenang, seakan-akan sudah biasa dengan kelemahan wanita baju putih dan juga s