Namun dirinya akan segera mendapatkan kekayaan dan kekuasaan Keluarga Nadine yang luar biasa. Kalau dia punya kekayaan, mungkin dia akan berguna untuk Nyonya.Teringat ini, Lala pun menghela napas lega.Saat ini, ada orang yang melihatnya berlutut di lantai di antara kerumunan orang yang heboh karena ledakan tadi. Orang itu pun menanyakan keadaannya. "Nona, kamu nggak apa-apa, 'kan? Ayo kubantu keluar."Orang itu seorang perawat.Lala menoleh melirik perawat itu dan ingat dengan perbuatannya tadi.Untungnya setelah dia menekan tombol itu, dia langsung membuang remotnya.Namun, dia tetap harus berakting ...."Celly ... Celly masih di dalam, kalian tolong dia .... Kumohon, tolong dia ...."Lala menggenggam tangan perawat itu dengan erat, suaranya yang serak terdengar hampir menangis, jelas terlihat dia sangat khawatir."Baik, petugas pemadam kebakaran sudah menuju ke sini, semoga mereka bisa menyelamatkan orang di dalam." Ekspresi perawat itu tidak terlihat penuh harapan.Lala juga mende
Begitu tersambung, Lala langsung menangis meraung-raung.Di ujung telepon, Hansen terdiam. Karena tidak mendengar kata-kata khawatir dari Hansen, Lala tertegun. Untungnya, terdengar suara Hansen dari seberang telepon."Lala, jangan menangis, apa yang terjadi? Kamu terluka? Jangan nangis ...."Setiap kata-kata terdengar sangat khawatir, ini adalah perhatian yang sudah sering Lala dengar dari Hansen.Lala baru tenang kembali dan tetap menangis. Setelah mendengar Hansen semakin khawatir, dia baru berhenti sejenak lalu menyalahkan dirinya sambil terisak-isak."Kak, semua salahku, aku nggak seharusnya pergi menemui orang itu. Aku nggak seharusnya meminta Celly menemaniku. Aku ...."Lagi-lagi dia menangis."Ada apa dengan Celly?"Lala bisa mendengar dengan jelas kalau napas Hansen terhenti sejenak.Meski Celine sudah mati di dalam gudang itu, Lala tetap merasa iri, dia pun sengaja menangis dan tidak langsung menjawab pertanyaan Hansen.Hansen jelas terdengar semakin panik. "Cepat bilang, ada
"Bagus sekali." Fera sangat senang, dia pun memberi Lala pujian."Semuanya berkat persiapan Nyonya yang bagus." Bagaimanapun, dia punya aib di tangan Fera, jadi Lala tetap harus bersikap penurut di depan Fera.Setelah berbicara sejenak, mereka menyelesaikan panggilan.Di malam hari, Fera menelepon orang lain.Di seberang telepon, orang itu melapor dengan penuh hormat, "Donny dan Albert Tjangnaka juga segera meninggalkan teman mereka dengan terburu-buru.""Oke, bagus."Fera sangat puas, senyuman di wajahnya menjadi semakin cerah.Hansen pergi ke luar negeri, Andreas dinas, Donny dan Albert juga ada urusan. Kelihatannya, tidak akan ada hal di luar dugaan lagi.Fera mematikan rokok yang dia isap sampai setengah lalu berbalik dan naik ke mobil di belakangnya.Kalau begitu, dia sudah boleh pulang ke Mastika dengan tenang untuk melihat Andreas yang menderita.Andreas ....Mengingat Andreas, muncul emosi kompleks di mata Fera yang segera menghilang tanpa jejak.Sementara saat ini, di Mastika.
Ini bukan jebakan Tuan Andreas, melainkan jebakan Tuan Muda Dylan.Setelah memasukkannya ke rumah sakit jiwa, Dylan tidak pernah muncul lagi. Saat ini dia muncul, Lucen tidak tahu apa yang akan dia lakukan."Lucen, kamu sangat aneh."Dylan berkata, "Di gudang tadi, kamu sangat hebat, sudah memutuskan mau mengorbankan nyawamu demi wanita yang kamu cintai. Kamu bahkan nggak takut mati, sekarang kenapa malah ketakutan?""Kelihatannya tekadmu untuk mati nggak cukup kuat!"Nada suaranya menyindir.Seketika membuat Lucen memberontak. "Tekadku kuat ...."Begitu membuka mulut, Lucen menyadari kalau dia terjebak. Dia langsung menunjukkan ekspresi canggung dan mengubah kata-katanya. "Apanya wanita yang kucintai? Apanya rela berkorban nyawa demi dia? Tuan Muda Dylan benar-benar suka mengarang."Mengarang?Muncul tatapan tajam di mata Dylan.Lucen tidak mengaku kalau dia menanggung semuanya demi Fera, tapi memangnya kenapa? Dylan sudah tahu dan yakin kalau pelaku dari semua kejahatan itu adalah Fe
Omar jahat padanya?Ini lelucon yang paling lucu yang pernah Dylan dengar.Dylan pun tertawa sarkastik. "Kalau Omar jahat padanya, orang yang harusnya jadi targetnya bukannya Omar? Celine, kakak iparku itu, sebelumnya hanya orang luar, nggak bermarga Jayadi, marganya Maira, satu-satunya koneksi dengan Keluarga Jayadi hanya kakakku, Andreas Jayadi!"Andreas Jayadi ....Lucen tertegun.Di otaknya tiba-tiba ada sebuah tebakan, tapi dia tidak berani memikirkannya lebih lanjut.Andreas .... Apakah Fera menargetkan Celine bahkan ingin membunuhnya karena Andreas?Namun ... mana mungkin?Fera dan Tuan Andreas tidak ada hubungan apa pun. Tidak, hubungan mereka juga hanya karena Omar.Mata Lucen menghindar sambil berkata, "Mungkin dia benci Omar sampai jadi benci sama Tuan Andreas lalu melibatkan Nona Celine ....""Heh!"Begitu dia selesai bicara, Dylan langsung mencibir.Suara tawa ini bagaikan sebuah palu yang dipukul ke hati Lucen, menghancurkan "penjelasan" yang barusan dia ucapkan.Dylan me
Dia melihat Celine sambil mendengar Lala yang membohonginya kalau Celine sudah mati.Di dalam hatinya hanya ada satu perasaan, yaitu takut!Kalau bukan karena Andreas sudah tahu kalau Lala itu palsu, takutnya dirinya sendiri masih akan terjebak dalam tipuan Lala dan menganggapnya sebagai Lala asli.Hansen tidak peduli perasaannya ditipu, tapi dia tidak bisa menerima kalau Lala palsu itu melukai Celine dengan memanfaatkannya!"Lala itu ... kamu mau bagaimana?"Dylan yang masuk seakan-akan sudah tahu kalau Hansen ada di dalam.Melihat Celine belum bangun, dia pun mengambil kesempatan ini untuk bertanya.Dia tidak tahu kalau Lala itu palsu, dia cuma tahu kalau perasaan Hansen terhadap Lala sangat dalam, dia takut Hansen tidak tega menghukum Lala.Kalau Hansen benar-benar tidak tega, maka semuanya akan dilakukan olehnya dan kakaknya.Namun, di luar dugaannya, Hansen sama sekali tidak ragu-ragu. "Pulangkan ke tempat asalnya."Nada suaranya sangat dingin dan tidak berperasaan, membuat Dylan
Celine tiba-tiba ingat, tadi di gudang, ada orang yang melindunginya keluar dari sana. Salah satu di antara mereka meski berpakaian sangat tertutup dan tidak terlihat wajahnya, Celine bisa merasa kalau orang itu sangat mirip Hansen.Hanya saja waktu itu situasinya sangat menegangkan, dia tidak terlalu memikirkannya."Kamu dalam bahaya begini, aku mana mungkin bisa pergi berlibur?" Suara Hansen sangat lembut dan penuh kasih sayang. "Baguslah kalau kamu nggak apa-apa."Jawabannya ini membuat Celine yakin kalau salah satu orang yang membawanya keluar dari gudang itu adalah Hansen.Waktu itu Hansen ada di sana, berarti dia tahu kalau Lala mau membunuhnya?"Kak ... Lala ...." Celine ragu-ragu.Apakah dia mau memberi tahu Hansen tentang tebakannya kalau Lala mungkin palsu? Dia mungkin bukan Lala, melainkan Lily?Hansen sangat menyayangi Lala, dia susah payah menunggu sampai Lala pulang. Kalau memberi tahu Hansen kalau itu bukan Lala, tapi Lily, apakah tidak terlalu kejam?"Celly, beberapa sa
"He ... hehe .... Nggak usah berterima kasih, bukannya sudah seharusnya aku melakukannya?"Dylan merasa agak malu karena ucapan terima kasih Celine.........Celine bisa melihat kalau mereka punya rencana lain untuk Lily.Namun, dia tidak bertanya banyak tentang itu, mereka menyuruhnya tinggal sementara di sini, dia sudah bisa menebak kalau sekarang dia tidak boleh menunjukkan diri.Mereka mau membuat Lily mengira kalau dia sudah mati agar Lily menunjukkan wujud aslinya.Lily ....Kalau hanya Lala, Celine tidak akan semarah ini, tapi sekarang pelakunya adalah Lily, semuanya jadi berbeda.Dia masih belum mencari Lily untuk kematian Kakek, kali ini, tagih sekaligus!Celine menanti hari di mana dia bisa menagih utang Lily.Di malam berita kematian Celine tersebar, Andreas buru-buru pulang ke Mastika. Dengar kabar, Tuan Andreas membuat keributan di kantor polisi, tidak menerima penjelasan kalau "Celine meledak sampai tidak tersisa apa pun".Kalaupun tidak tersisa apa pun, pasti ada petunju
Lily benar-benar panik, juga benar-benar takut.Kalaupun sudah melepas tangan Celine, dia tetap bisa merasakan suhu badan Celine. Wajah Lily pun sangat pucat."Kamu ... kenapa?" tanya Celine sambil tersenyum, seperti sedang mengkhawatirkannya.Namun saat ini, Lily tidak bisa mendengar suara apa pun. Dia hanya bisa melihat senyuman di wajah Celine, dan dia semakin yakin kalau itu adalah Celine! Celine yang masih hidup!Namun ... kenapa Celine masih hidup?Dia lihat dengan mata kepalanya sendiri gudang itu meledak, dia sendiri yang menekan tombol bomnya. Saat ini, dia masih ingat kekuatan ledakan itu, satu bom diikuti dengan satu bom, meledak secara berurutan. Kekuatan ledakan itu sudah cukup untuk membuat tubuh orang meledak berkeping-keping.Dia juga melihat sendiri sisa mayat Celine yang bahkan wajahnya tidak terlihat.Lalu kalung itu ....Celine jelas-jelas sudah mati, kenapa bisa masih hidup?Di benak Lily, berbagai ingatan muncul, dia sedang mencari petunjuk.Sementara saat ini, ad
"Ah!"Lily langsung berdiri dengan panik dan ingin kabur, tapi karena sepatu hak tingginya terlilit seprai di bawah,sebelum dia berdiri, dia sudah terjatuh lagi dengan posisi duduk.Dia merasa sakit, tapi dia tidak peduli.Dia melihat wanita yang tadinya jongkok perlahan-lahan berdiri, wajahnya penuh dengan ketakutan.Celine!Itu hantu Celine!"Pergi, pergi kamu." Lily menutup matanya, seakan-akan tidak akan takut kalau tidak kelihatan.Namun, meski mata tertutup, telinga tetap bisa mendengar.Dia mendengar ada suara langkah kaki yang mendekat, suara Celine pun terdengar. "Aku datang untuk menghadiri pesta, sayang sekali kalau aku meninggalkan pesta seseru ini. Aku nggak mau pergi."Setelah itu, dia mendekati Lily dan berkata lagi, "Kamu nggak menyambutku?"Menyambutnya?Menyambut hantu?Lily tadinya merasa dia yang meledakkan gudang itu, kalaupun Celine mendatanginya dalam bentuk hantu, dia juga tidak takut. Dia bahkan akan memamerkan kemenangannya ke Celine.Namun, dia ternyata teta
Akan tetapi, setelah dia merengek kesakitan, tetap tidak ada jawaban.Mana Hansen?Tadi dia jelas-jelas melihat Hansen ada di belakangnya, tidak jauh darinya.Lily berusaha menahan sakit lalu menopang tubuhnya sendiri dan menoleh mencari Hansen.Dia langsung melihat ke arah terakhir dia melihat Hansen, Hansen ada di sana."Kakak ...." Lily melihatnya dengan ekspresi sedih, ingin mendapat kasih sayang darinya. Namun, Hansen .... Wajahnya datar ....Hansen hanya melihatnya. Melihat dia jatuh, kenapa Hansen tidak bereaksi?"Kakak ...." Lily tidak percaya.Namun, waktu dia memanggil Hansen lagi, dia malah melihat Hansen tersenyum sinis.Tersenyum sini ....Sejak dia pulang ke kediaman Nadine, dia tidak pernah melihat ekspresi ini di wajah Hansen.Dia adalah Lala yang disayangi Hansen, Hansen kenapa malah menunjukkan ekspresi seperti ini padanya?"Kakak, sakit ...." Lily kebingungan, dia sudah memanggil Hansen berkali-kali, Hansen tidak mungkin tidak dengar. Namun, Hansen seakan-akan tidak
Mereka penasaran siapa sebenarnya "pemenang" ini, bisa-bisanya seberuntung ini!Di udara yang hening ini, terdengar suara embusan angin di pegunungan.Angin itu mengembus helaian rambut di samping telinga Celine. Lily pun memanfaatkan kesempatan ini agar bisa berpura-pura tangannya "tidak sengaja" menyangkut di rambut Celine."Ah, maaf, maaf ...." Lily segera meminta maaf.Karena merasa bersalah, dia menjadi semakin panik.Karena panik, dia maju selangkah lalu "tidak sengaja" menginjak seprai yang memanjang sampai ke tanah.Dilihat dari samping, Lily sangat baik hati membantu "pemenang" untuk melepas topengnya.Tidak ada yang melihat senyuman licik di wajahnya.Akhirnya, topengnya sudah longgar.Asalkan dia menariknya ke bawah, topeng itu akan lepas dari wajah si "semut" ini. Namun, sebelum ini, dia harus cari cara melepas kain penutup tubuh wanita ini dulu.Tadi, kedua kakinya sudah menginjak seprai itu, jadi dia sudah selesai melakukan persiapan.Sekarang, dia hanya perlu mendorong w
Lily menatap orang di depannya.Dia tahu, begitu dia bicara begini, siapa pun pasti akan setuju.Kalaupun tidak, orang-orang di sekitar juga akan memberinya tekanan.Seperti yang Lily duga,ketika "pemenang" bertopeng hitam itu tidak langsung menjawab, orang-orang mulai berseru,"Tentu saja bersedia. Nona Lala saja sudah mau kasih dia properti seharga 20 miliar, jangankan gantian topeng dengan Nona Lala, minta apa pun juga boleh.""Benar! Kalau ini saja nggak mau, apa nggak terlalu pelit?""Pemenang ini aneh banget, dandanan apa ini? Apa itu yang dia pakai? Seprai?"Ada orang yang menyadari seprai yang dia pakai.Namun, semua orang lebih fokus pada kenapa dia masih belum menyetujui permintaan Nona Lala.Setelah beberapa saat, mereka baru mendengar pemenang itu berkata secara perlahan,"Kamu yakin?"Semua orang pun terdiam.Heh, apanya yang perlu yakin atau tidak?Lily juga tersenyum tipis, dia tentu saja yakin. Dia tidak hanya yakin mau mengambil topengnya, dia juga mau "tidak sengaja"
Tepukan tangan Lily berhenti sejenak.Kemudian semakin bersemangat.Semua orang tidak menyadari tepukan tangan yang berhenti sekilas tadi. Di bawah suara tepukan tangan yang semakin cepat itu, semua orang semakin bersemangat.Semua orang melihat Lily, tapi Lily malah mengamati sosok yang sedang berusaha kabur itu.Dia melihat topeng rubahnya sedang dalam jalan menuju sosok itu.Dia memperkirakan waktunya lalu tiba-tiba berhenti.Semua orang pun terdiam.Mereka tahu permainan ini sudah ada pemenangnya.Siapa pemenang yang beruntung itu?Seketika, semua orang mencari-cari dan melihat ke satu arah.Kemudian, mereka melihat topeng rubah itu jatuh di tanah, sementara orang yang menjatuhkannya adalah ....Semua orang langsung mengernyit.Orang yang memakai topeng kucing hitam itu ... tubuhnya dibalut seprai?Semua orang langsung memasang muka bertanya-tanya.Mereka semua tertegun.Kenapa orang ini bisa pakai seprai?Semua orang yang datang di sini pasti berpakaian formal."Ini apa dihitung?
Di bawah tatapan kagum dan berharap semua orang, Lily mengeraskan suaranya sedikit."Sebagai balasannya, aku ingin menentukan sebuah hadiah. Kita pakai topeng ini sebagai properti untuk permainan ini. Waktu suara drum berhenti, siapa yang memegang topeng ini adalah pemenang malam ini. Aku akan memberi orang itu properti seharga 20 miliar atas namaku."Properti seharga 20 miliar!Nona Lala sekali main hadiahnya sampai sebesar itu.Seketika, para tamu langsung heboh."Boleh, boleh, aku mau jadi pemenang hari ini.""Masih belum tentu, aku sangat suka topeng rubah punya Nona, topeng itu pasti jadi punyaku.""Punyaku, punyaku."Permainannya belum dimulai, para tamu sudah mulai rebutan.Apa boleh buat, hadiah ini terlalu menarik, siapa pun ingin mendapatkannya.Lily melihat kehebohan di depan matanya, lalu senyumannya pun semakin lebar.Properti seharga 20 miliar?Tidak ada.Orang yang akan mendapatkan topengnya ini entah bakalan masih mau hidup atau tidak. Mana ada kesempatan mencarinya unt
Sayangnya, adegannya tidak terlihat.Namun, hanya dari suaranya saja, sudah tahu Lina melakukannya dengan baik.Ini hanya hidangan pembuka, nanti waktu wanita yang bajunya sudah dilepas itu dilempar keluar oleh Lina, dia masih ada kesempatan untuk mempermalukannya secara pribadi.Setelah beberapa saat, Lina memungut ponselnya.Kemudian, terdengar Lina menjelaskan dengan suara takut. "Nona, tadi ponselnya jatuh. Aku sudah melepas bajunya secara paksa sesuai permintaanmu. Tadi dia lari waktu aku lengah, Nona ...."Lina takut atasannya merasa pekerjaannya tidak memuaskan.Untungnya Lily menjawab dengan santai, "Sudah, lumayan bagus."Di dalam toilet,Lina menghela napas lega.Kemudian, dia melirik Celine. Dia tidak menyangka pertunjukan mereka tadi yang hanya perlu suara saja benar-benar bisa membohongi Lala.Saat ini, baju Celine baik-baik saja.Dia bersandar di dinding dengan lengan dilipat di depan dada, sangat percaya diri dengan reaksi Lily.Sementara Lina ....Tadi dia tegang sampai
Tanpa menunggu Lina berbicara, dia langsung berkata, "Aku nggak melihat apa pun, nggak tahu apa pun."Setelah itu, dia mengalihkan tatapannya dari Celine.Waktu dia berbalik mau pergi, langkahnya terhenti lalu dia menambahkan dengan suara kecil, "Selamat pulang kembali."Jeremy tersenyum lalu langkahnya jadi cepat.Ketika sosoknya sudah menghilang, Lina baru sadar kembali lalu melihat Celine. "Bu Celine ...."Lina terlihat tidak yakin dengan sikap Jeremy.Namun, Celine sangat yakin."Tenang saja, dia nggak bakal kasih tahu siapa-siapa." Celine memikirkan kesenangan yang terkandung dalam "selamat pulang kembali" itu.Jeremy berharap dia hidup, mana mungkin mengkhianatinya?Jeremy ....Dia tidak banyak berinteraksi dengan Jeremy, tidak pernah benar-benar mengenal "Tuan Muda Jeremy" ini. Namun sekarang, dia merasa sepertinya dia bertambah seorang teman.Benar, teman.Karena mereka itu teman, mereka pasti berharap satu sama lain baik-baik saja.Lina pun merasa lega.Dia segera kembali ke t