Saat Elara melangkah memasuki The Urban Diner di Madison Luxe Plaza, suasana restoran yang nyaman dengan pencahayaan hangat menyambutnya.Aroma kopi dan makanan panggang yang sedap tercium di udara. Meja-meja kayu tersusun rapi, diisi oleh beberapa pasangan dan keluarga yang menikmati makan malam mereka.Ethan sudah duduk di salah satu meja dekat jendela, menatap ke arah pintu seolah-olah telah menunggu cukup lama.Wajahnya yang tampan tampak sedikit tegang. Dia berdiri ketika melihat Elara mendekat.Tubuhnya tegap dan postur berdirinya menunjukkan kewibawaan dan kepercayaan diri.Ia mengenakan setelan jas navy yang pas, memadukannya dengan kemeja putih dan dasi yang disesuaikan dengan gaya modern.Wajahnya tampak tampan dengan rahang yang tegas dan mata biru yang menawan, menyiratkan kedalaman dan ketulusan.Rambut cokelat-nya tersisir rapi, menambah kesan profesional dan terawat.Senyum hangat yang sering menghiasi wajahnya melengkapi penampilan elegannya, menjadikannya sosok yang sa
Elara duduk di meja kerjanya, fokus pada layar komputer yang dipenuhi data dan laporan yang harus ia selesaikan hari itu.Suara obrolan rekan-rekan kerjanya di cubicle sebelah terdengar samar-samar di telinganya, tetapi dia tidak terlalu memperhatikan. Pikirannya sibuk dengan pekerjaan yang menumpuk, dan dia tidak punya waktu untuk membahas gosip kantor.“Sudah dengar tentang CEO baru kita?” tanya Faye dengan nada bersemangat, suaranya lebih jelas terdengar karena posisi meja mereka yang berdekatan.“Aku dengar dia sangat berpengaruh dan sangat kaya,” jawab Clara dengan mata mengerling.“Siapa pula selain keluarga Wayne yang amat kaya di Wisconsin?” Pati ikut menyambung sembari melewati kubikel rekan-rekannya itu.“Kau benar. Wayne terkenal selain karena kekayaannya juga karena pria muda yang sangat tampan itu! Aku berharap CEO kita setampan itu, meski hampir mustahil!” Clara menerawang --membayangkan sosok tampan itu dalam pikirannya.“Aku juga penasaran. Jangan-jangan sudah tua,” sa
Elara mematikan komputernya di kantor VeraCore Solutions setelah menyelesaikan revisi terakhir pada data analisis yang telah membuatnya terlambat pulang.Jam menunjukkan pukul enam petang. Ia menghela napas lega, merapikan barang-barangnya, lalu berjalan keluar dari gedung.Di tempat parkir, Elara segera masuk ke dalam Hyundai kesayangannya, menyalakan mesin, dan mulai melaju menuju Fox Point, tempat tinggalnya.Dalam perjalanan, ia menyetel radio, mencoba mencari hiburan untuk mengusir keletihan.Namun, bukannya musik, sebuah berita darurat muncul. Penyiar radio dengan suara serius melaporkan, “Kami mendapatkan kabar terbaru tentang kasus penculikan yang sedang terjadi di Wisconsin. Polisi mengimbau agar semua penduduk selalu berhati-hati, terutama saat bepergian sendiri.”Elara merasakan sedikit kegelisahan mendengar berita itu, namun berusaha menenangkan diri. “Ini bukan di sekitar sini,” gumamnya pada diri sendiri, mencoba mengabaikan rasa takut yang perlahan muncul.Setelah bebera
Dia mencoba memasang wajah santai, meski pertanyaan ini sangat penting baginya untuk memastikan informasi yang baru saja ditemukannya.Ethan terkejut dengan pertanyaan itu, tapi menjawab dengan jujur. “Pacar? Tidak, aku tidak punya pacar. Tapi... aku memang punya seseorang yang kuincar.”Dianne tersenyum, meski di dalam dirinya rasa cemas semakin menguat. “Oh, begitu? Apa dia seseorang yang kukenal?”Ethan menggeleng. “Aku rasa kau belum pernah bertemu dengannya. Tapi dia... dia cukup istimewa.”Dianne menahan keingintahuannya yang semakin memuncak. “Dia pasti sangat beruntung, Ethan. Apa kau sudah lama mengenalnya?”“Cukup lama untuk tahu bahwa dia berbeda,” jawab Ethan sambil tersenyum, pandangannya melayang sejenak, seolah membayangkan sosok yang dibicarakannya.Dianne berusaha mempertahankan senyumannya meski hatinya bergejolak. “Tentu saja, aku senang mendengarnya, Ethan. Aku harap kau mendapatkan yang terbaik.”“Terima kasih, Dianne,” jawab Ethan dengan hangat.Dianne tahu ia har
Dear ReeFellows!! Mohon maaf tidak upload kemarin malam, atas tragedi pemadaman lampu sejak siang. Berhubung laptop Author yang 'super canggih' (harus terus nyambung ama charger-nya), tidak menemukan daya listrik, berakibat hanya menampilkan layar gelap... (˵ˊᯅˋ˵) Ini Author kasih dulu 1 Bab yah... Nanti malam (semoga tidak ada tragedi lainnya T_T) bab lainnya menyusul, di jam seperti biasa... Enjoy!! │ ˙ᵕ˙ )꜆♡=== * * * ===“CEO?” Isi kepala Elara masih mencerna kata-kata yang diucapkan Mr. Collins, ketika pintu terbuka oleh seorang lelaki bersetelan rapi dengan earpiece di telinga kirinya.Lelaki itu menyisi, dan seseorang bertubuh tinggi serta proporsional melangkah masuk dengan tenang.Elara membeku.Kedua netra zamrud miliknya terpancang lurus pada seseorang yang masuk dengan karisma tak terbantahkan.Setelan jas mahalnya membalut tubuh tinggi tegapnya dengan sempurna, memancarkan wibawa seorang pria yang sama sekali tak biasa.Wajah tampan itu tercipta dari garis-garis teg
Kantin VeraCore dipenuhi dengan suara riuh rendah para pegawai yang sedang sibuk membicarakan topik hangat hari ini --terutama pegawai wanita.Isu yang beredar menyebutkan bahwa CEO baru mereka, pria misterius yang baru beberapa hari mengambil alih posisi CEO, tiba-tiba ikut hadir dalam meeting laporan bulanan tim Business Analyst.Hal ini tentu saja mengejutkan banyak pihak, mengingat biasanya meeting seperti ini hanya dihadiri oleh manajer tim.“Ini benar-benar aneh! Apa CEO baru itu sedang mencari alasan untuk merombak tim kita?” bisik seorang anggota tim pada rekannya dengan nada cemas."Mungkin dia hanya ingin tahu lebih dalam tentang proyek-proyek kita," jawab orang itu sambil tersenyum tipis, berusaha menenangkan dirinya sendiri.Di meja lain, beberapa pegawai wanita dari divisi lain terus bergosip tentang CEO baru tersebut.“Katanya CEO itu sangat tampan?”“Oh astaga! Itu bukan tampan! Itu seperti model keluar dari lukisan!”“Apakah benar?”“Ya, aku mendengar dari temanku yang
Suara dalam yang sangat dikenalnya membuat Elara membeku.Ia perlahan menoleh, dan melihat Arion berdiri di belakangnya dengan tatapan yang tak terbaca.Arion, CEO baru VeraCore, yang juga adalah suaminya, pria yang ia tinggalkan di California beberapa bulan yang lalu. Di belakang pria itu,berdiri dua orang.Satu adalah wanita akhir tiga puluhan dengan rambut bob dan berkacamata yang tampaknya asisten Arion di VeraCore, serta seorang pengawal berpakaian serba hitam berdiri tegap, memberikan kesan bahwa Arion tak bisa diganggu gugat.Pria bermanik kelabu itu melanjutkan dengan suara dingin yang membuat suasana kantin semakin mencekam. “Aku lebih suka seseorang tanpa lidah, dengan pekerjaan yang efektif.”Maksud Arion adalah, ia akan memecat semua orang yang berlidah namun hanya pandai bergosip.Suasana hening yang tercipta sejak kedatangan pria itu, kian mencekam.Faye dan Clara tampak semakin ketakutan, wajah mereka memucat.Mereka segera menunduk, tidak berani menatap langsung pada pr
Dianne menatap Paula dengan bingung. "Tapi, aku bisa membantu dengan—"Paula mengangkat tangan, menghentikan Dianne. "Aku bilang, biarkan aku yang mengurus ini. Kau tidak boleh bertindak sendiri atau melakukan kebodohan apapun. Mengerti?"Dianne mengangguk patuh, meskipun hatinya dipenuhi keraguan. "Baik. Aku akan melakukan seperti yang kau katakan."Paula memberikan tatapan datarnya lagi. "Bagus. Sekarang, pulanglah. Dan ingat, jangan pernah menghubungiku mengenai hal ini sampai aku mengatakannya padamu."Dianne berdiri, meskipun ragu, dan mengangguk hormat sebelum meninggalkan ruangan. Pintu menutup dengan lembut di belakangnya, meninggalkan Paula dalam keheningan yang penuh ketegangan.Setelah Dianne pergi, Paula duduk kembali dengan wajah yang kaku.Pikirannya berpacu, mencari cara untuk menangani situasi ini. Tidak ada yang boleh menghalangi Ethan menjadi penerus Wayne Group, terutama tidak seorang gadis yang seharusnya sudah lama lenyap.Setelah beberapa saat, Paula meraih telepo