“Selamat pagi, Honey…” Suara serak Arion terdengar berat dan malas saat menyapa Elara yang menggeliat namun masih memejamkan mata.Pria itu mendapatkan damainya atas badai terpendam saat ia mendapati Paul yang belum membuka rahasia majikannya.“Pagi…” Elara menjawab namun ia justru lebih menyusupkan kepalanya ke dalam dekapan sang suami.“Kau tidak akan bangun?” Arion terkekeh kecil.Ucapan dengan gerakan tangannya jelas berlawanan. Lengan kanannya yang menjadi bantalan kepala Elara, ia biarkan.Bahkan ia menekuk tangannya agar kepala Elara terdorong kian dalam ke dada telanjangnya. Kemudian jemari pria itu bergerak menangkup belakang kepala dan mengelus lembut di sana.Sementara tangan kirinya semakin mempererat rengkuhannya di pinggang ramping sang istri.Elara mengerang lembut, menyuarakan rasa malas yang sangat, saat ia menikmati gerakan posesif suaminya. “Iya. Ayo kita bangun…” jawabnya.Kemudian suasana sesaat menjadi hening dan keduanya terkekeh pelan, menyadari tidak satu pun d
Ethan melirik arloji mewah yang melingkari pergelangan tangannya.James yang sempat menangkap gestur Ethan itu bertanya, “Jam berapa kau terbang ke California?”“Jam empat sore nanti, Paman.”James menutup dokumen di atas meja dan menatap keponakannya di seberang. “Jadi berapa lama kau berencana tinggal di California?”“Jika semuanya lancar, satu minggu aku kan kembali ke Madison, Paman. Namun bisa saja terjadi perpanjangan waktu, untuk memastikan awal proyek ini berjalan lancar.”James menghela napas. “Ya. Ini proyek besar. Bukan mega proyek, tapi ini akan menarik perhatian satu benua jika ini terwujud.”“Sangat baik untuk melejitkan image perusahaanmu di mata internasional,” imbuh James lagi.Pria paruh baya itu memajukan tubuh dan menaikkan kedua sikunya ke atas meja kerja. “Ethan, ada hal yang memang ingin aku bahas denganmu.”“Bicaralah Paman.”“Mengenai Wayne Group.” James menatap Ethan hati-hati.“Ada apa dengan Wayne Group?”Wayne Group adalah holding company yang bergerak di i
Arion baru selesai berbicara dengan dua orang anak buahnya yang mendapat tugas untuk memantau pihak pembeli senjata ilegal pada kelompok misterius yang diyakini dipimpin oleh orang buruan Arion.Mereka masih belum mendapatkan petunjuk pembeli itu melakukan kontak lagi dengan kelompok tersebut atau tidak.Arion memejamkan mata ketika ia bersandar ke kursi besarnya. Ia mengurut pelipisnya dengan tangan yang sikunya bersandar di armrest.Terasa sedikit penat, namun ia tidak boleh dan tidak mungkin akan menyerah sebelum ia berhasil menemukan jejak pembunuh itu.Bertahun-tahun mengejarnya dan masih minim petunjuk, Arion tahu orang tersebut bukanlah orang sembarangan dan seorang penjahat profesional dengan kelompok yang terorganisir dengan sempurna.Jika tidak, bagaimana bahkan ayahnya saja tidak berhasil memburu dan menangkap pembunuh itu?Ketika sang ayah menyerah dan mengalihkan semua kemarahannya dengan tenggelam pada pekerjaan, saat itu pula Arion bertekad meneruskan pencarian dan mene
Dear ReeFellows!! Numpang curhat di Minggu Malam ini ya… Rencana Author, bulan ini Elara dan Arion akan tamat. Author mohon maaf sebelumnya, jika teman-teman merasa cerita bertele-tele atau kepanjangan dan lainnya. Izinkan Author menjelaskan sedikit ya.. Dalam cerita ini plot dan alur yang Author buat sudah berdasarkan perencanaan --ya well, mungkin ada improvisasi di sana-sini sambil mendengarkan request dari teman-teman. Author memang membuatnya panjang, karena ada ketentuan jumlah kata yang harus dicapai, untuk mendapatkan bonus dari GoodNovel. Bonus itu lumayan lah buat Author healing healing dulu, sebelum Author membuat buku baru. Hihihi… (Sekalipun hobi, tapi tetap harus menghasilkan kan yaa… ^.^! ) Menulis adalah hobi dan sampingan Author, tapi bukan berarti asal. Karena Author ingin teman-teman ikut merasakan apa yang para karakter rasakan di cerita ini. Hal itu memang cukup menguras energi. (Bayangin teman-teman kalau habis nangis dan marah, pasti capek kan? Itu karena a
Tubuh Isabelle bergetar. Ia menangis dan terbata saat mencoba berbicara. “Bu-bukan… aku… aku tidak tahu apa-apa, Arion…”“Jangan buat aku mengobrak abrik semua hal di tahun itu, Nona Goldwin. Kau bisa mempermudahnya, atau mempersulitnya. Itu pilihanmu.” Ancaman itu jelas nyata dari sorot dingin Arion.Isabelle menggigit bibirnya kuat-kuat.“Kau tidak mau bicara? Baik, jika demikian jangan salahkan aku mencari tahu semua yang terjadi di tahun itu. Setelah aku mengetahui semua, jangan harap aku akan mengampuni keluarga ini.”Isabelle menatap wajah teguh tanpa tergoyahkan milik Arion yang disertai tatapan dingin yang mengoyak.Belum pernah sebelumnya perempuan itu mendapatkan dingin dan tajamnya tatapan dari Arion.Sementara Arion yang melihat Isabelle masih diam, membalikkan tubuh hendak berjalan keluar.Isabelle yang melihat itu, dengan panik berusaha bangun dari tempat tidur. Dari ultimatum Arion tadi, ia tahu Arion tida
Di depan kediaman keluarga Goldwin.Langkah Arion terhenti sejenak, merasakan getaran yang berasal dari ponsel miliknya di saku bagian dalam jas yang ia kenakan.Sejak terbang kembali ke Sacramento, posisi ponsel Arion diubah menjadi mode getar dari berdering.Itu karena Arion yang marah dan tidak ingin terganggu saat menuju kediaman Goldwin. Begitu pula ketika ia berada di dalam kamar Isabelle tadi.Begitu seriusnya Arion, ia tidak merasakan ternyata ada panggilan masuk dari sang istri.Ia mengeluarkan ponsel dari saku dan segera wajah kaku dan muram Arion berubah melembut saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya.“Yes Honey?” Arion menyapa penuh kasih.Detik berikutnya, wajah pria tampan itu kembali menegang --kali ini dengan kilatan terkejut yang melintas cepat di kedua iris kelabunya.“Apa?! Granny di mana sekarang?!” Kaki Arion melangkah panjang dan cepat menuju mobil mewahnya yang menunggu di depan. “Aku kesana s
“Granny, apa maksud--”Tiiiitt!Bunyi nyaring yang berasal dari monitor lima parameter, menunjukkan tanda vital elektrokardiogram yang meningkat secara abnormal.“Granny!”Dokter langsung mendekat dan memberi kode kepada para perawat.“Granny--” Arion terbungkam dengan tatapan mata nanar ke arah Nyonya Besar Young yang kini telah terpejam lagi dengan wajah pucat seputih kapas.Perawat dengan gegas meminta Arion, Elara juga Arthur untuk keluar dari ruangan perawatan intensif tersebut.Elara yang masih membeku pun terseret oleh dorongan perawat lainnya yang memohon agar wanita muda itu pun keluar ruangan.Pintu tertutup.Menyisakan wajah-wajah pias dan tegang Arion, Arthur, juga Elara.* * *“Apakah tidak ada kabar dari Mr. Ellworth?” Asisten Ethan bertanya.Pria muda dengan manik birunya yang menawan itu menggeleng sambil melihat layar ponsel. “Tidak apa. Mungkin Mr. Ellworth sedang sibuk.” Ia lalu memutuskan panggilan ke nomor Arion yang tidak kunjung dijawab.Keduanya baru saja mendar
Ini adalah malam yang menyiksa.Elara duduk diam dan hanya mampu menatap langit-langit kamar megah di kediaman Young. Arion mengirimnya pulang untuk beristirahat.Sementara pria itu sendiri masih berada di Rumah Sakit.Kedua kelopak mata Elara sedikit membengkak, entah berapa lama ia menangis, menyesali juga mengutuk dirinya sendiri.Meski Arion tidak berkata apa-apa setelah penjelasan dokter tentang hasil uji laboratorium sampel herbal itu, namun pria itu betul-betul hanya diam bahkan sedikit mengacuhkan Elara. Masih lekat dalam ingatan Elara tatapan kosong Arion yang sangat berbeda dari pria itu biasa menatap dirinya.Tidak ada kehangatan dari pancaran kelabu milik sang suami yang biasa ia temukan setiap kali mereka beradu tatap.Bahkan Arion terlihat menghindari bersitatap dengannya. Hingga akhirnya Arion menyuruh Elara untuk istirahat di kediaman Young ini dan menunggu pria itu di sini.Entah apa yang akan dilakukan Arion, Elara mengembus napas. Ia tidak bisa membantah dengan ko