ReeFellows maaf banget! Author baru pulang dari acara kantor seharian ini. Jadi untuk hari ini Author update 1 dulu ya. Besok, jadwal libur Author, akan up lagi (pending liburnya). Maapken sekali lagi yaa... T.T
Menyadari ada yang tidak beres, Isabelle beralih pada Nyonya Goldwin. “Ibu, bisakah kau tinggalkan kami berdua?”Nyonya Goldwin melirik Arion dan dengan ragu-ragu mengangguk pelan. “Baiklah. Ibu ke atas dulu,” Ia lalu beralih pada Arion dan berucap sopan. “Aku tinggal dulu, masih ada yang harus aku lakukan. Kau santailah, Arion.”Pria tampan itu hanya mengangguk samar tanpa mengalihkan tatapan tajamnya dari Isabelle.Nyonya Goldwin melihat itu, juga merasakan hawa dingin yang memenuhi ruangan besar di sana, namun ia juga tidak mungkin bersikeras tetap berada di sana dan hanya bisa memenuhi permintaan putri semata wayangnya.Setelah Nyonya Goldwin menjauh, Isabelle menarik napas dalam-dalam dan menenangkan diri. Ia pun beralih menatap Arion dan bertanya hati-hati, “Apakah ada sesuatu yang terjadi?”“Aku tidak akan berbasa-basi, Nona Goldwin.”Isabelle terhenyak.Mendengar Ario
James --pria paruh baya bersorot teduh itu menaikkan alis sambil melontarkan kelakarnya. “Serius sekali? Kau membawa dan ingin memperkenalkan calon istri mu?”Napas Dianne tertahan, dadanya pun berdesir hangat dan ia melirik ke arah Ethan seraya berharap yang diucapkan pria paruh baya di depannya itu, akan menjadi nyata suatu saat.Betapa luar biasanya jika ia benar-benar menjadi istri dari pria hebat di sampingnya ini!“Paman, maafkan aku jika lancang. Aku tahu pembicaraan ini akan membuka luka lama Paman dan membuat Paman sedih, namun bersamaan dengan itu, akan memberikan Paman kejutan indah.”James terkekeh kecil. “Mengapa kau berbelit-belit Ethan. Ini seperti bukan dirimu. Katakan saja langsung, apa yang kau inginkan.”Ethan menggeleng cepat. “Tidak Paman. Aku justru ingin memberikan sesuatu pada Paman.”Pria tampan bermata biru itu menarik napas dalam. “Aku tahu usaha Paman dalam mencari bibi Melanie bertahun-tahun lamanya.”Jame
Ruang makan di kediaman Wayne begitu terlihat meriah. Meriah, karena semua orang berkumpul di sana.James dan Liliana Wayne, lalu Paula dan Gerald Wayne-- adik James, juga Ethan putra mereka serta Dianne, duduk di sana mengelilingi meja makan berukuran panjang dan besar.Di belakang mereka berdiri dua pelayan di sisi meja kanan dan dua pelayan di sisi meja kiri. Sementara di belakang James, berdiri seorang Kepala Pelayan.Ting!Denting bunyi gelas kristal yang diketuk lembut oleh James menggunakan sendok, membuat semua orang di sana memusatkan perhatian pada yang dituakan di keluarga Wayne tersebut.“Mohon perhatian semua,” James menatap semua orang di sekeliling. “Ada alasan mengapa aku mengundang kalian makan malam di sini. Aku ingin memberitahukan berita bahagia untuk kalian semua, bahwa keluarga Wayne akan bertambah satu orang.”Setiap orang di sana menyimak dengan tenang, kecuali Gerald Wayne --adik kandung James, terlihat sedikit terkejut. Ia tetap lekat menatap James namun deng
Dear ReeFellows.Maaf jika harus mengecewakan teman-teman semua karena malam ini hanya satu bab. Author sedikit tertimpa masalah.Buku ini, Elara dan Arion kita kena plagiat oleh orang tak bertanggungjawab. Dia menerbitkannya di pf sebelah (pf dengan gambar pena dan lingkar hijau). Bahkan orang tidak bertanggung jawab itu menggunakan judul dan cover yang sama dengan yang Author gunakan di GN ini.Mood Author agak terganggu dengan kejadian ini, jadi ide-ide sedikit tersendat.ReeFellows jangan khawatir, besok semoga mood Author sudah membaik dan lebih lancar menulis kembali.Bagi teman-teman yang kebetulan memiliki akun platform tersebut, jika berkenan, bisa bantu Author untuk menegur atau mengingatkan orang tidak bertanggungjawab tersebut di kolom ulasan buku itu dan melaporkannya.Judulnya sama persis, teman-teman bisa klik dengan judul ini di kolom pencairan.Hal ini sedang ditangani oleh pihak GN dan Author berharap permasalahan ini akan segera selesai dan platform/aplikasi menurunk
Dear ReeFellows! Maaf Author baru muncul lagi.Terima kasih banget buat kalian yang sampai bela-belain mampir ke pf itu dan ke akun Plagiator untuk menegur atau bahkan melaporkannya. Itu amat sangat membantu, karena mempercepat buku tersebut di ‘take-down’ kemarin.Juga Author berterima kasih untuk komen support dan penyemangat dari kalian, yang bikin mood Author perlahan pulih (serius, Author benar-benar tersentuh! Kalian so sweet banget! T,T). Padahal Editor In House menyarankan Author istirahat dulu, tapi Author tidak tega ninggalin kalian semua terlalu lama (meskipun baru absen sehari, tapi berasa udah berhari2). #Maaf juga jika ada komen kalian kemarin2 yang belum terbalas yaa... (ᗒᗣᗕ)՞Terima kasih juga hadiah-hadiah dari Kak Jie, Kak Zhen dan Kak Asnila, Author kaget dengan fitur baru tersebut, really thanks! Terima kasih juga untuk semua ReeFellows yang melimpahkan lagi dan lagi Gems nya juga kata-kata manis yang menghibur buat Author --Astaga, I l
“Nyonya… Me-mengapa Anda lakukan ini?” Mata Dianne bergetar dengan sorot keterkejutan yang amat sangat.“Mengapa?” Wanita itu bergerak lagi mendekat lalu berjongkok di depan Dianne. “Menurutmu?”Dianne menggeleng cepat. “Aku sungguh tak tahu….”“Aku tahu kau bukanlah putri kandung James, Dianne.” Senyum sinis terbentuk di wajah wanita itu. “Atau perlu kusebut, Dianne adik mendiang Alex Palmer?”Dianne membeku.Wajahnya pucat sempurna bagai tak teraliri darah.“Ba-bagaimana…”“Gadis dungu,” Wanita itu menepuk sedikit keras pipi Dianne. “Aku memang mencari putri Melanie dan itu jelas bukan dirimu.”Ia berkata lagi, “Entah apa yang akan dilakukan oleh James jika tahu kau menipunya.” Senyuman sinis di wajah wanita itu sirna, berganti tatapan tajam yang menusuk. “Tapi aku memberikanmu pilihan. Kau akan selamat dari James, selama kau bersedia untuk tunduk padaku.”“Ji-jika aku menolak?” Wanita itu berdiri. “Hidupmu berakhir di sini, dengan James tahu kau bukanlah putri kandungnya.”Ia mer
“Sudah kau atur semuanya?”Seorang lelaki di sebelah Paula Wayne mengangguk. “Sudah.”“Bagus. Kau bisa pergi.”Lelaki itu mengangguk lagi dan segera meninggalkan Paula di dalam ruang perpustakaan besar kediamannya.Wanita paruh baya ibu Ethan itu mengangkat gelas kristal yang berisi cairan merah dan mengayun dengan gerakan berputar, dengan lembut.Tarikan napas ia lakukan untuk menghirup aroma yang menguar dari dalam gelas, sebelum menyesap cairan merah itu dengan begitu tenang.Pengaturan telah dilakukan, agar hasil tes DNA yang dilakukan, mengeluarkan hasil sesuai yang ia inginkan.“Gadis bodoh itu berguna juga…” desisnya saat bibir gelas telah memberi jarak dari mulut Paula.“Gadis itu bisa berperan sebagai putri James dan mendapatkan semua milik James, dan aku yang akan mengendalikannya.” Ia tersenyum.“Melanie… seharusnya kau pergi dari sini dan hidup saja tanpa mengusik keluarga Wayne lagi. Bisa-bisanya kau menyusahkan ku dengan melahirkan seorang putri dengan darah James?”Kedua
Elara sedang asyik menikmati bacaan di tangannya.Entah sudah berapa lama, tentu saja wanita muda itu tidak begitu merasakannya.Sebenarnya Arion sudah mengajak Elara ikut ke atas dan menunggunya di sana, namun Elara menolak.Baginya, itu akan membosankan. Menunggu di ruang tunggu dalam kantor.Meskipun cafe yang kini ia singgahi juga berada di dalam gedung yang sama, setidaknya ini lebih nyaman. Ia bisa menikmati pemandangan di jalan dan juga memesan makanan ringan atau minuman tanpa merepotkan office boy kantor.Terutama lagi cafe ini memiliki konsep unik dan terdapat rak-rak yang menyediakan bacaan sastra serta koleksi antologi yang amat menarik.Tidak dipungkiri, Elara tertarik.Dulu, Elara sering menghabiskan waktu santai bersama ibunya dengan membaca dongeng atau cerita-cerita anak yang sarat pesan moral.Meskipun kemudian setelah ibunya meninggal, kegiatan itu tidak pernah dilakukan lagi, bukan berarti Elara membenci membaca.Wanita muda cantik itu asyik menunduk, ketika ia mer