“Mengakhiri…?”
“Ya. Mengakhiri pernikahan aneh kita,” ulang Arion. Kini ia mengarahkan tatapannya pada raut wajah gadis itu.
Bibir Elara bergerak, hendak berkata lebih banyak.
Namun entah mengapa, ia serasa kehilangan kata.
Seharusnya ia bahagia, senang dan lega karena Arion menanyakan tentang ini padanya.
Bukankah ini yang diinginkan Elara?
Namun, lagi-lagi entah mengapa, Elara tidak lagi terlalu menginginkan pembahasan soal mengakhiri pernikahan mereka.
Mungkin ia hanya merasa terlalu sayang pada uang yang seharusnya menjadi miliknya itu. Uang lima ratus ribu dolar kompensasi, lalu uang empat juta sekian --peninggalan mendiang sang ibu.
Jika ia setuju mengakhiri pernikahan mereka, bukankah ia harus membayar Arion dan memberikan semua uang itu?
Tapi, rasanya itu tidak terlalu seperti itu.
“Aku--” Elara meneguk saliva.
Tidak ada kata yang keluar dari mulut gadis itu. Dan Arion bisa melihat kebingungan dari
Elara menceritakan asal muasal pernikahannya dengan Arion.Bagaimana Arion menginginkan kesuciannya, sebagai ganti darah Rh-Null untuk didonorkan pada nenek Elara.Lalu bagaimana Elara akhirnya mengetahui bahwa ternyata Arion tidak bergolongan darah yang langka itu. Tapi memang telah memberikan darah langka jenis itu untuk neneknya.“Dia pria licik!” Jeanne mengernyit.“I know, rite?” (Iya kan?)“Pria licik yang seksi,” kata Jeanne lagi. “Dan menginginkanmu, sampai melakukan itu untuk mendapatkanmu. Keren!”“J….” Elara mendesah tanpa daya.“Hey, lihat sisi terangnya. Dia benar-benar menikahimu. Jika dia sebrengsek itu, dia hanya akan menidurimu tanpa memikirkan permintaanmu. Ya kan?”“Aku--”“Lagipula dia sangat tampan dan seksi. Dia menjadi keluarga untukmu. Di mana ruginya?”Elara terdiam.“Dia juga yang tanpa ragu menyelam ke kolam yang dingin, menyelamatkanmu. Look, aku tidak tahu keburukan apalagi yang dia lakukan padamu, selain menipumu dengan memanipulasimu soal darah itu. Tapi,
“Apa yang terjadi? Astaga Ella!” Lucas bergegas masuk lalu memapah Isabelle kembali ke dalam kamarnya. “You look like shit.”“Apa yang terjadi?” Lucas kembali bertanya setelah ia mendudukkan Isabelle di atas ranjang dan menyelimuti tubuh perempuan itu hingga perutnya.Lucas mengatur susunan bantal agar tinggi dan bisa menjadi sandaran yang nyaman untuk kepala Isabelle.“Sudah, Lucas.” Isabelle berkata dengan suara lemah dan menghentikan Lucas yang terlihat sibuk mengatur kenyamanan untuk dirinya.“Sungguh. Apa yang terjadi? Badan mu dingin, wajahmu sangat pucat.” Lucas duduk di sisi ranjang Isabelle dan memperhatikan perempuan itu dengan lekat.“Aku baik-baik saja. Mungkin mau flu.”“Kau pikir aku percaya?” Lucas langsung membantah. “Aku akan panggilkan dokter.”Pria berambut ikal itu langsung mengeluarkan ponsel dan hendak menghubungi seseorang, ketika Isabelle mengangkat sebelah tangan dan mencegahnya.“Jangan. Tidak perlu. B
Lucas menarik napas lega.Pembicaraannya dengan Lenora Ellworth telah berakhir beberapa menit lalu dan ia mendapatkan tanggapan sesuai harapannya.Lenora adalah bibi kandung Lucas Enzo. Ia merupakan adik kandung dari ayah Lucas dan sangat menyayangi Lucas dan menjadikannya keponakan favorit Lenora.Lenora dinikahi ayah Arion empat tahun lalu dan menjadi Nyonya Ellworth, menggantikan ibu kandung Arion yang telah lama meninggal.Tidak ada yang tahu apa yang terjadi dengan ibu kandung Arion saat Arion kanak-kanak dulu. Tidak ada yang berani membicarakan itu.Seolah segala sesuatu yang menyangkut mendiang ibu kandung Arion adalah rahasia besar yang ditutup dengan sangat rapi dan rapat oleh keluarga Ellworth.Hingga kini, Lucas sendiri tidak yakin bibi tersayangnya mengetahui tentang hal itu.Namun demikian, Arion termasuk menghormati Lenora dan sejauh ini cukup patuh ketika Lenora memintanya melakukan sesuatu.Lucas berharap, kali ini pun Arion bisa mendengarkan Lenora.Lucas meniup udara
“So do you like it, Sir?” (Jadi apakah kau menyukainya, Tuan?) Jeanne mengulang lagi pertanyaannya.Tangannya yang memegang ponsel milik Elara, terarah pada gadis bersurai cokelat madu dan lingkar zamrud yang tengah duduk canggung.Elara beberapa kali hendak merebut kembali ponselnya, namun Jeanne dengan gesit menjauhkan ponsel dan memberi tatapan peringatan.‘I love it.’ (Aku sangat menyukainya) Terdengar jawaban dari Arion di layar.‘Tunggu aku di rumah,’ lanjut pria itu. ‘I’ve got something to give you.’ (Aku memiliki sesuatu untuk diberikan padamu.)Jeanne membulatkan mata lalu mengerling pada Elara.“Emm ya. Aku sebentar lagi pulang.” Elara telah berhasil merebut ponselnya dari Jeanne dan langsung membalikkan tubuh dan berjalan menjauh dari Jeanne.‘Katakan jika kau membutuhkan uang untuk membeli sesuatu lainnya.’ Arion berkata tepat setelah Elara memasang handsfree di salah satu telinganya.“Apa kau baru gajian?”‘Hm. Ya.’Elara tertawa kecil.Di toko perhiasan, Arion menyandarka
“Kau terlihat sangat lelah,” Lenora menghampiri pria yang masih terlihat gagah di usianya di pertengahan lima puluh.Tangan lentik dan terawat milik Lenora terulur ke pangkal leher pria itu dan membantunya melepas simpul dasi.“Hm.”“Bagaimana pertemuan dengan Presiden?”“Masih ada beberapa hal yang belum diputuskan,” jawab pria itu.Lenora berjalan menuju walk in closet yang berukuran sangat luas --hampir menghabiskan lahan sekitar dua ratus meter untuk memberi tempat pada adibusana dan segala pelengkapnya, untuk mengambil pakaian suaminya.Jarak tempuh darat yang menembus dua ribu tujuh ratus mil lebih ditempuh oleh Arthur Ellworth, suami Lenora dan juga ayah dari Arion, hanya dengan lima jam penerbangan.Suami Lenora itu biasanya tidak langsung pulang ke kediaman mereka dan ini cukup mengejutkan Lenora.Mendengar Arthur akan langsung menuju mansion mereka, Lenora membatalkan semua janji makan siang dengan para istri kolega Arthur.“Arthur,” Lenora berbalik dan membantu suaminya itu
“Astaga Ella! Kau apa?” Lucas mengacak sisi kepalanya. Dengan tangan lain memegang ponsel yang menempel di telinga.‘Ya Lucas, aku menyusul ke San Francisco. Sekarang aku dalam perjalanan.’“Tapi kondisi tubuhmu tidak--”‘Aku bosan, Luc!’ keluh Isabelle di ujung sana. ‘Aku mungkin akan lebih baik saat menghirup udara laut dan menikmati pemandangan teluk di sana.’“Tapi--”‘Lagi pula aku sudah di jalan. Just… jemput saja aku, ok?’“Ok ok! Baiklah! Kau dimana? Aku akan meluncur di pertengahan. Biar kau ikut saja denganku.”Setelah Lucas mendapatkan petunjuk dari Isabelle, pria itu langsung menyalakan mesin dan memutar setir mobil untuk menuju Skyline Boulevard dan mencegat Isabelle di sana.Lucas belum sempat menemui Arion di kantor Triton Land Inc, pria itu baru saja tiba di pelataran parkir.Namun telepon dari Isabelle membuatnya kembali menyalakan mesin dan melajukan kendaraannya keluar dari pelataran parkir gedung Triton Land Inc.Sementara itu, masih di hari yang sama, di San Franci
“Itu benar Nona Goldwin,” gumam Elara lagi. Manik zamrud-nya mengarah lurus pada perempuan berambut lurus dan panjang dengan kilau keemasan yang menawan.Nona kaya itu terlihat sangat cantik dan terawat sempurna, meski ada kesan rapuh dan sedih dalam raut wajahnya.Gerakannya anggun dan elegan, seiring terlihat lemah sehingga membuat siapapun yang melihatnya, ingin langsung melindungi dengan sepenuh hati.Elara hendak memutus pandangan, namun siapa sangka, Isabelle Goldwin justru menoleh ke arah Elara dan terlihat tertegun beberapa saat.“Ada apa?” Lucas yang baru kembali ke meja, bertanya saat melihat ekspresi wajah Isabelle.“Gadis itu..”“Gadis apa?” Lucas menoleh, mengikuti arah pandang Isabelle dan mendapati wajah cantik Elara di meja seberang mereka.“Dia memang sangat cantik,” Lucas menatap dengan kalimat dan juga pandangan memuji. “Kau kenal?”“Gadis itu yang bersama Arion.”Kepala Lucas memutar cepat --kembali ke Isabelle. “Maksudmu-- Gadis itu yang makan malam dengan Arion? Y
“Tuan sudah akan pulang?” Garvin mengambil map berisi dokumen yang baru saja diserahkan Arion padanya.Itu selesai diperiksa. Garvin sungguh merasa lega.Namun rasa lega itu harus lenyap secepatnya, begitu melihat sang Bos berdiri dari kursi kebesarannya sambil mengancingkan jas.Masih ada beberapa hal yang harus diselesaikan, namun Arion sudah mau pergi lagi.“Ya.” Arion menadahkan tangan ke arah Garvin, seperti biasa --meminta kunci mobil asisten pribadinya itu.Dengan menarik napas diam-diam, Garvin menyerahkan kunci mobil miliknya.Dengan langkah lebar --tidak terlihat tergesa, namun dalam phase cepat, Arion keluar dari ruang CEO Triton Land Inc tersebut.Satu senyuman samar terlihat di wajah pria tampan itu, saat dia melirik angka di arloji yang melingkari tangan kanannya.Itu hanya sampai sore. Ya, karena sebelum petang Arion harus sudah berada di rumah. Sebagai ‘seorang supir’ atau ‘buruh’, atau kadang ‘pengangguran’, ia tidak bisa berada lama-lama di luar.Ia tidaklah ‘sesibuk’
Aveline menjerit keras, suaranya memenuhi lorong sempit yang hanya diterangi lampu jalanan buram.Tubuhnya gemetar saat sebuah tangan kuat tiba-tiba meraih pinggangnya."Apa maksudnya ini?!" Aveline berteriak lagi, mencoba melawan, tapi tak ada yang mendengarnya.Udara malam yang dingin membuatnya semakin waspada, namun pria di depannya begitu cepat.Sebelum ia bisa bereaksi lebih jauh, bibirnya langsung tertutup oleh sesuatu yang hangat dan mendesak—bibir pria yang kini mencengkeramnya erat.Aveline meronta-ronta, hatinya dipenuhi kepanikan.Tubuhnya kaku saat pria itu memeluknya dengan kuat, membuka jaket kulit hitamnya seolah bersiap melakukan sesuatu yang lebih buruk.Mata Aveline melebar ketakutan.‘Tidak mungkin,’ pikirnya, ‘Apakah dia akan memperkosaku?’Ia semakin panik, berusaha membebaskan diri dari genggaman pria itu.Namun, pria itu begitu kuat.Semua tenaga Aveline seolah menguap, terjebak dalam dekapannya yang erat.Lalu, suara langkah kaki terdengar dari kejauhan.Sekelo
Langit sore yang kemerahan menyelimuti San Francisco Bay, tempat di mana sebagian besar kehidupan cinta sepasang insan berkisah.Suara ombak yang berdeburan pelan di pantai menciptakan melodi yang damai, selaras dengan angin sepoi-sepoi yang menyapu lembut permukaan laut.Elara berdiri di ujung dermaga kayu, menatap cakrawala yang tampak tanpa batas, tempat di mana langit bertemu lautan.Matanya menerawang, namun wajahnya kini memancarkan ketenangan yang baru.Dalam dekapan hangatnya, bayi kecil mereka terlelap, wajahnya damai seperti ibunya.Sudah lama sejak pertarungan hidup dan mati di acara peresmian Imera Sky Tower, dan sejak saat itu, kehidupan Elara dan Arion berubah drastis.Banyak hal yang telah dilalui—pengkhianatan, luka, cinta yang terlupakan dan kemudian dipulihkan.Namun hari ini, di bawah cahaya senja yang lembut, semuanya terasa sempurna.Tiba-tiba, langkah kaki yang berat namun mantap terdengar dari belakangnya.Elara tidak perlu menoleh untuk tahu siapa yang datang.A
Arion duduk di ujung ranjang, pandangannya terpaku pada sosok mungil yang ada dalam dekapannya.Bayi perempuan itu terlelap dengan tenang, tubuhnya begitu kecil dan lembut seperti boneka porselen.Pipinya yang kemerahan tampak menggemaskan, kulitnya sehalus sutra dengan bulu-bulu halus yang masih tersisa di atas kepalanya.Mata bayi itu masih tertutup, namun ketika sempat terbuka sesaat, Arion melihat dengan jelas iris matanya yang kelabu, warna yang sama seperti miliknya—sebuah tanda tak terbantahkan bahwa bayi itu adalah darah dagingnya.Bibir kecilnya bergerak perlahan, seakan sedang menghisap udara, dan tangannya yang mungil mengepal erat, menggenggam sepotong kain selimut.Arion tersenyum kecil, hatinya penuh dengan rasa takjub yang tak pernah ia sanggup perkirakan sebelumnya.Di dalam ruangan itu, hanya suara napas lembut bayi perempuannya yang terdengar, membuatnya seperti terhanyut dalam keajaiban kecil yang ia pegang.Sudah lebih dari setengah jam, namun Arion tak bisa melepa
Arion mengangguk pelan, melanjutkan penjelasannya. “Selama aku menjalankan peranku sebagai The Draven, orang itu mengambil peran menjadi diriku, Arion Ellworth. Sehingga tidak ada yang curiga. Kecelakaan di Sunol itu terjadi pada doppelganger-ku.”Elara terdiam sejenak, mencoba mencerna informasi yang baru saja diterimanya. “Jadi... orang itu? Apakah dia tewas dalam kecelakaan itu? Bagaimana aku bisa membedakan kalian? Bagaimana jika suatu saat aku salah mengenali orang itu sebagai dirimu?”Arion tersenyum melihat kepanikan sang istri. “Jangan khawatir, Honey. Orang itu berhasil selamat oleh orang-orangku. Wajahnya tidak sepenuhnya mirip denganku. Hanya postur tubuh dan perilakunya yang serupa. Aku membuatnya menjalani operasi plastik untuk mengubah beberapa bagian, seperti rahang dan hidung saja. Namun, saat dia menjalankan peran sebagai aku, dia menggunakan prosthetic mask yang dibuat menyerupai wajahku.”Elara memandang Arion, dengan sorot kompleks. “Astaga… sampai seperti itu kau m
Elara dan Arion berdiri di tengah keheningan, menghadap sebuah makam dengan batu nisan marmer yang megah. Di atasnya terukir dengan indah: Imelda Ellworth. Satu buket mawar putih mewah yang segar ditempatkan rapi di atas pusara, memberikan sentuhan penuh penghormatan. Pemakaman ini, yang terletak di Cypress Lawn Memorial Park, San Francisco—tempat peristirahatan terakhir para keluarga kaya dan terpandang—dikelilingi oleh pohon-pohon ek yang menjulang tinggi. Jalanan berkerikil putih menghubungkan setiap makam, dan di kejauhan terlihat pemandangan laut yang tenang, menambah suasana damai nan elegan. Udara pagi terasa sejuk, disertai suara angin yang membelai lembut pepohonan. Elara memandang ke sekeliling area pemakaman yang tampak megah, penuh dengan nisan-nisan yang terbuat dari batu marmer putih dan hitam. Di antara semua itu, nisan Imelda berdiri sebagai salah satu yang paling indah, seperti sebuah karya seni yang mencerminkan kehidupan seseorang yang telah meninggalkan jejak
Arthur Ellworth, atau Clay Mallory, kini duduk di sudut sel gelap penjara federal, matanya kosong menatap dinding dingin yang tak lagi bergema dengan wibawa yang pernah ia miliki.Hanya bayangan suram yang tersisa, menggantung di antara kesadaran dan kehancuran. Di penjara ini, waktu seolah-olah melambat, setiap detik menjadi siksaan yang tidak berujung.Hari ini, seorang penjaga penjara menghampiri pintu selnya.Wajah penjaga itu datar, tidak ada belas kasihan, tidak ada penghormatan.Hanya secarik kertas yang dilempar ke lantai di depan Arthur, yang langsung mengenal lambang Ellworth di atasnya.Tangannya yang dulu perkasa sekarang gemetar ketika meraih kertas itu.Di dalamnya, satu pesan singkat yang menghantamnya dengan kejam: "Semua aset, kekayaan, dan perusahaan yang pernah kau curi telah dikembalikan kepada pemiliknya yang sah—Aiden Ellworth."Arthur meremas kertas itu dengan tangannya yang gemetar, rasa panas menjalar da
Markas utama di San Bernardino tampak penuh ketegangan. Di ruang pertemuan besar, cahaya lampu gantung memantul di atas meja panjang tempat para eksekutif utama The Draven berkumpul. Ketiga Executor—Albert, Isaac, dan Samuel—duduk di posisi masing-masing, menatap sosok Arion Ellworth, pria yang selama ini mereka kenal sebagai The Draven, pemimpin mereka yang tak terbantahkan. Samuel, Executor wilayah San Jose, adalah pria bertubuh tegap dengan garis wajah tegas. Rambutnya mulai memutih, namun sorot matanya masih tajam, mencerminkan kekuatan dan ketenangan yang ia bawa selama bertahun-tahun memimpin wilayahnya. Isaac, Executor wilayah Mount Horeb, Wisconsin, berbeda. Tubuhnya ramping, wajahnya lebih halus, tetapi matanya menyiratkan kejeniusan yang sering kali tersembunyi di balik sikapnya yang tenang. Ia terkenal sebagai ‘otak cadangan’ di balik banyak rencana besar yang berhasil dijalankan The Draven. Albert, Executor wilayah San Bernardino, adalah yang termuda. Dengan rahang pers
Aiden tersenyum tipis, sebuah senyuman yang mengandung ketegasan, bahkan ancaman halus di baliknya.“The Orcus bukan ancaman bagi pemerintah. Kami tidak pernah bergerak melawan kalian, Donovan. Jika ada yang perlu kau pahami, ketahuilah ini: The Orcus hanya berurusan dengan mereka yang mengincar kami atau mereka yang berada dalam wilayah kami. Kami adalah perisai, bukan pedang.”Donovan menatapnya, tak sepenuhnya yakin apakah pernyataan itu adalah bentuk pembelaan atau manipulasi.Aiden melanjutkan, kali ini dengan suara yang lebih dalam dan penuh makna. “The Orcus tidak akan pernah menjadi ancaman bagi pemerintah Amerika Serikat… kecuali, jika pemerintah membuat kami tidak punya pilihan lain.”Kalimat itu menggantung di udara, begitu dingin dan tajam seperti bilah pedang yang tersembunyi di balik kata-kata.Donovan tahu, ini bukan ancaman langsung, tapi sebuah peringatan yang tak bisa diabaikan.Aiden sangat c
Matahari pagi yang hangat menyinari kamar tidur mewah di mana Elara sedang berdiri, merapikan dasi Arion dengan penuh perhatian.Arion Ellworth, dengan tubuh tegapnya dan postur sempurna, tampak gagah dalam setelan formal berwarna gelap yang membingkai fisiknya dengan sempurna.Mata kelabu pria itu berkilauan, menambah kesan misterius sekaligus memikat.Ketampanannya terasa tak terbantahkan, membuat Elara sejenak terpana, seperti kembali mengenang saat pertama kali bertemu dengannya.Arion telah kembali ke wujud lamanya—kuat, berwibawa, dan penuh energi—setelah beberapa bulan melemah akibat Couvade Syndrome.Selama sekitar 4 bulan, pria yang biasanya tegas dan tak tergoyahkan ini harus terkapar karena gejala kehamilan palsu yang dialaminya.Namun, kini di bulan kelima kehamilan Elara, semua gejala itu telah sirna.Tidak ada lagi mual, muntah, atau kelelahan yang membebani Arion. Dia kembali pada dirinya yang dulu, dengan e