Part 42"Hahaha ... Nggak nyangka ya akhirnya jadi seperti ini. Kamu beruntung sekali, Risna, ternyata kamu anak orang kaya. Takdir hidup seseorang siapa yang tahu kan?"Awan begitu antusias ketika bertemu lagi dengan Risna, wanita yang pernah memberinya pengalaman hidup yang berharga meski pertemuannya begitu singkat."Aku senang sekali, akhirnya bisa bertemu lagi denganmu. Aku juga senang sekalibisa bertemu denganmu setiap hari.Gimana masalahmu dengan Ramdan apa sudah sudah selesai?" tanya Awan. Tak hentinya ia bertanya pada wanita berparas manis itu."Alhamdulillah aku baik-baik saja, Mas, masalahku dengan Mas Ramdan juga selesai," sahut Risna sambil tersenyum manis."Alhamdulillah, jadi aku punya kesempatan nih!" celetuknya sembari tersenyum menggoda."Terima kasih atas bantuanmu selama ini, Mas. Aku nggak tahu nasibku akan seperti apa kalau nggak ketemu sama kamu.""Hahaha ... sama-sama, Sayang."Mata Risna membulat saat Awan memanggilnya sayang. "Ups ..." Awan tertawa sendir
Risna melangkah cepat sampai di depan pintu keluar. Rupanya Pak kamal sudah menunggu."Non, cepat masuk ke mobil. Pak Reyhan sudah menunggu.""Baik, Pak." Risna berlari kecil menjauh menuju mobil yang sudah menunggunya.Merasa gagal tak bisa membujuk Risna, Ramdan merutuk dengan kesal."Kalau saja pekerjaan sudah selesai, akuakan mengikuti kemana mereka pergi."Ramdan meninju ke udara meluapkan kekesalannya. "Sialan! Kenapa sih Risna nggak bisa diajak kompromi!"***Bruukk ... Tas kerja dilemparkan begitu saja ke atas meja, lalu Ramdan menjatuhkan bobot tubuhnya di sofa. Penat ia rasakan setelah bekerja seharian di kantor, bahkan ada kejutan lain yang membuat jantungnya berdetak kencang tiada henti. Tanpa dinyana harus sekantor dengan man"Kamu Kenapa, Mas? kok pulang-pulang wajahmu lesu gitu?" tanya Alya.Ramdan menghela nafas dengan kasar.Ia tak ingin menjawab pertanyaan istrinyakarena bila Alya tahu dia pasti akan marah."Mas ditanya kok diem aja sih? Emang kenapa? Apa ada masa
Part 43"Ayo pergi, Dek!" ajak Reyhan.Reyhan dan Risna melangkah pergi meninggalkan Alya yang makin shock, menuju ke mobil yang sudah menungguinya.Risna menoleh sejenak ke arah Alya.tangannya sengaja diangkat dengan jempol terbalik, berusaha meledeknya membuat Alya makin kesal.Alya merutuk dan meluapkan emosinya. "Ih, dasar wanita itu nggak tahu diri! Bikin kesal aja! Jadi wanita penggoda bos aja bangga!!" gumamnya lagi masih tak terima."Alya! Kamu ngapain ada di sini?" seru Ramdan. Nafasnya terengah-engah karena berlari menghampiri sang istri."Untung kamu ke sini, Mas! Risna sama bosmu itu ngeselin banget!" Ramdan langsung menarik tangan Alyamenuju ke tempat yang lebih sepi.Alya meronta, mengibaskan tangan Ramdan dari sakunya. Merasa kesal karena sikap sang suami."Lepaskan aku mas, kok kamu bawa aku ke sini sih!""Kamu yang ngapain ada di sini, Alya?" tanya Ramdan."Aku bawa bekal makanan buat kamu, Mas. Ayo kita makan siang bersama!" ujar Alya.Ramdan meraup wajahnya denga
"Ngimpiii! Sudahlah mana makanannya, aku laper. Denger khayalanmu gak bakalan habis-habis," sergah Ramdan. Ia mengambil kotak bekal yang dibawa oleh Alya dan membuka kotak itu perlahan.Sebelum ini ia akan makan dengan lezat masakan istrinya. Tapi kali ini entah kenapa masakan istrinya terasa begitu hambar padahal dia menyukai menu makan siangnya. "Kok makannya gitu, emang gak enak?" tegur Alya. Wanita itu mengerutkan keningnya."Enak kok, cuma tadi aku dah makan bolu kukus," sahut Ramdan lagi berbohong."Suapin aku dong, Mas.""Kamu gak malu dilihatin orang-orang?" tanyanya lagi.Alya mencebik. "Udah lama loh, kamu gak romantis kayak awal-awal dulu," sahut Alya cemberut. Ia memonyongkan bibirnya membuat ekspresinya terlihat konyol."Sudahlah, Al. Makan sendiri aja. Nih aku sudah selesai. Aku mau lanjut kerja.""Terus aku ditinggal sendirian?" tanya Alya seraya mendongak menatap sang suami."Ya, kamu pulang aja.""Ih, Mas Ramdan ngeselin, masa pergi gitu aja sih!" seru Alya kesal. Ap
Part 44Reyhan dan Risna bertolak menuju ke rumah ayahnya usai menjenguk sang ibunda.Reyhan tampak emosi. Ia menduga kalau Papa dan Mama tirinya-lah penyebab kondisi ibunya ngedrop."Kita mau ke rumah Papa, Kak?" tanya Risna."Ya. Kakak sangat yakin ada kata-kata Papa maupun istrinya itu yang menyakiti hati Mama. Mereka menemui Mama tapi kondisi mama jadi memburuk. Kita nggak bisa tinggal diam, Dek."Sepanjang perjalanan jadi tegang, tak ada kata yang terucap. Mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing.Sesampainya di rumah papa ... "Kalian dateng kok nggak kabarin kami dulu?" sambut Martha, sang ibu tiri dengan ramah."Pa, papa! Ini ada Reyhan dan risna datang!" teriak Bu Martha lagi."Tidak usah basa-basi, Tante. Apa yang tante katakan pada Mama semalam?" cecar Reyhan tak sabar."Apa maksudmu, Nak?" Martha tampak bingung. Ia memandang Reyhan dan Risna secara bergantian.Tak lama, Pak Hadiwilaga muncul dari dalam. Laki-laki itu tersenyum. "Kebetulan kalian datang ke sini. Mari k
"Tapi, Mas, aku akui aku salah. Aku akan berubah, Mas. Aku akan memperbaiki sikapku. Aku mohon Mas, kembalilah padaku." Karina terus memohon agar Reyhan kembali padanya."Sudah? Pintu keluar ada di sebelah sana," tandas Reyhan lagi. Lelaki itu benar-benar muak dengan wanita yang ada di depannya.Karina masih terdiam di hadapan Reyhan. Sementara lelaki itu tetap fokus pada laptopnya. Lima menit berlalu Karima masih terpaku, ia berharap Reyhan akan menahannya. Tapi seakan sia-sia."Silakan keluar sebelum saya panggilkan security," tukas Reyhan lagi. kali ini dengan nada penuh penekanan.Karina makin geram karena lelaki pujaan hati justru mengusirnya pergi. Wanita itu berbalik dan menatap Risna dengan tajam.'Semua ini gara-gara kamu! Reyhan jadi makin jauh. Awas saja kau!' batin Karina.Karina menghentakkan kakinya pergi keluar dari ruangan berAC itu. "Aku kurang apa? Sampe-sampe Reyhan menolakku berkali-kali. Aku cantik, kaya, pintar, sebenarnya laki-laki itu normal gak sih, masa iya
Part 45"Risna, apa kau masih ingat? Di tanggal dan bulan ini adalah hari dimana pertama kalinya aku melamarmu? Sama seperti dulu, hari ini aku juga ingin meminta satu hal lagi padamu. Ayo rujuk denganku."Risna tertawa geli melihat sikap Ramdan yang tak tahu malu. "Ya. Aku ingat kok.""Itu artinya kau belum bisa melupakanku 'kan?"Risna tertawa lagi, sebenarnya ia sedang mengerjai Ramdan. Bisa-bisanya mantan yang pernah melukai hati dan merusak kepercayaannya justru begitu percaya diri ingin balik lagi dengannya."Aku tak pernah melihat kamu tertawa sebahagia ini, Risna. Kamu jadi makin cantik. Gimana Sayang, apa kamu terima tawaranku? Ayo rujuk lagi denganku.""Serius, Mas? Kau ingin rujuk denganku?" "Iya, aku sangat serius. Terimalah bunga ini sebagai tanda aku ingin memperbaiki kesalahanku. Aku janji Risna, akan berbuat baik dan takkan mengkhianatimu lagi.""Lalu istrimu mau kau apakan?"Ramdan terdiam beberapa saat. "Dia sedang hamil anakmu bukan? Kamu tidak mungkin meninggal
"Mas, jam berapa sekarang? Kenapa baru pulang? Kamu kemana aja larut malam baru pulang?!" protes Alya saat Ramdan baru pulang ke rumah malam itu pukul 23.15.Ramdan tak berniat mengatakan yang sebenarnya."Suami pulang capek, kamu malah ngomel-ngomel.""Ya tapi kamu habis dari mana jam segini baru pulang? Kamu kemana, Mas?""Lembur.""Bohong! Kamu jangan bohong padaku mas!""Sudahlah, jangan bawel, Alya! Yang pentingkan aku sudah pulang sekarang!" tukasnya kesal.Alya terbungkam, ia tak menyangka Ramdan akan membentaknya. Ramdan segera berlalu dari hadapan istrinya. Namun seketika langkahnya terhenti saat Alya berbicara dengannya."Apa karena perutku yang makin membesar jadi bagimu aku tak menarik lagi?" ucap Alya."Apa karena aku hanya di rumah saja dan tak melakukan apapun jadi kau merendahkanku?""Apa karena selama ini aku hanya menyusahkanmu saja jadi kau mulai mengacuhkanku?""Apa karena mantanmu sekarang sudah jauh lebih cantik dariku dan juga dia kaya raya jadi sikapmu padaku b
Part 83Dua tahun berlalu... Ini hari yang paling membahagiakan untuk Risna, karena dia berhasil menyelesaikan pendidikannya sebagai seorang mahasiswi. Hari ini adalah hari kelulusan alias hari wisuda di perguruan tinggi tempatnya menuntut ilmu. Gadis kecil mungil itu berlarian kecil menuju Risna. "Ate ate ate...." ocehnya dengan lucu. Risna yang tengah dirias dan memakai kebaya dan rok dari kain jarik menoleh ke arah bocah mungil itu. Dewangga tersenyum, langsung menggendong gadis mungil itu dan menciuminya. "Ate..." Ia terlihat berontak tak ingin digendong oleh Dewangga, tangan gadis kecil itu terulur padanya. "Sini, Mas, Rina sepertinya ingin digendong olehku," sahut Risna sambil senyum. Risna menciuminya dan menjawil pipinya yang chubby. "Keponakan ante udah wangi nih, udah siap mau ikut tante?" tanya Risna dengan lembut.Arina manggut-manggut sambil mengoceh tak jelas lagi. Ya, dia Arina, putri mungil kakaknya, Reyhan dan Zahra. Umurnya satu tahun lebih beberapa bulan, h
Part 82Risna melambaikan tangan saat mengantar kepergian sang kakak dan istrinya di Bandara."Semoga sukses bulan madunya, Kak dan cepat dapat momongan!" seru Risna sambil tertawa renyah. Reyhan mengusap lembut kepala adiknya sambil tersenyum. Begitu pula dengan Zahra, dia yang sedari tadi berdiri di samping suaminya, merasa agak gugup karena ini pengalaman pertamanya untuk naik pesawat."Kamu juga ya, Dek. Pokoknya kita harus berikan kebahagiaan untuk papa dan mama. Dewa, kupercayakan sepenuhnya padamu. Jaga adikku dengan baik," sahut Reyhan."Tentu, Bang. Risna sudah jadi tanggung jawabku.""Aku juga titip papa dan mama ya. Kabari kalau ada apa-apa.""Iya, Bang, pasti. Abang gak perlu khawatir. Bersenang-senanglah bersama istri dan jangan pikirkan kami. Semoga honeymoonya sukses."Reyhan dan Zahra tersenyum, kemudian ia segera menuju ke pesawat setelah ada pengumuman, pesawat akan take off.Dewangga dan Risna saling berpandangan sejenak lalu melempar senyum. Mereka pulang setelah
Part 81Kini Pak Hadiwilaga bisa bernapas dengan lega. Sungguh, ia tak menyangka, ternyata selama ini ia memelihara dua penjahat sekaligus selama puluhan tahun! Miris bukan?Bahkan Derry masih satu kerabat dengan istrinya itu. Maksudnya sang mantan istri.Reyhan dan yang lain pun baru tahu kalau dalang dibalik hilangnya Risna dulu adalah Bu Martha. Semua bukti dia dapatkan saat orang suruhannya melakukan penggeledahan di rumah terbengkalai milik Martha. Ia menemukan sebuah catatan diantara tumpukan buku yang sudah usang. Catatan yang menjelaskan dimana saja ia harus beraksi bersama.Saat pertama mengetahuinya, dadanya berdebar sangat kencang, jadi Martha memang sudah mengincar keluarganya dari dulu. Dia benar-benar tak kenal lelah untuk mendapatkan papanya. Obsesinya karena ingin jadi orang kaya hingga melemahkan akal pikirannya. *** Tiga wanita itu tengah berkumpul di ruang tamu, mereka tengah membicarakan pesta syukuran untuk pernikahan Reyhan dan Zahra. Mereka melihat-lihat foto
Tak ingin membuang-buang waktu dan berkonsultasi dengan dokter yang merawat ayahnya, Reyhan meminta surat pengantar agar bisa membawa ayahnya ke rumah sakit lain yang lebih besar dan lengkap peralatan medisnya. Hal itu disetujui oleh pihak RS. Agar Pak Hadiwilaga mendapatkan perawatan semaksimal mungkin tanpa gangguan dari siapapun lagi.Setelah mengurus berkas-berkas sekaligus administrasinya, Pak Hadiwilaga langsung dibawa pergi dengan ambulance. Disusul oleh Reyhan dan juga Zahra di mobil belakang.Reyhan bertindak cepat agar tak keduluan oleh sang ibu tirinya. Ia mendapatkan laporan dari Arfan dan Zhafi mengenai rencana licik Martha ingin membuat kondisi Pak Hadiwilaga makin memburuk. Meskipun kemarin Pak Hadiwilaga terlihat lebih baik dari pada biasanya, tapi sebentar-sebentar terbangun dan merasakan dadanya yang begitu sesak."Dek Zahra, aku mau minta satu permohonan padamu," ujar Reyhan saat berjaga dalam ruang perawatan ayahnya di rumah sakit yang baru."Katakan, Mas.""Tolong
Part 80Beberapa waktu sebelumnya ... Setelah Ramdan pergi dan tak kembali lagi. Dia menghubungi lelaki itu berkali-kali tapi tak kunjung direspon. Ia juga tetap menunggunya pulang, tapi sampai sekarang, Ramdan tak pernah kembali. Alya bingung dan frustasi. Apa yang harus ia lakukan sekarang, tak ada lagi yang menanggung biaya hidupnya.Hingga akhirnya tiba waktunya bayar kontrakan, tapi Alya tak sanggup membayarnya karena uangnya sudah habis, habis untuk makan, dia dan anak-anak."Maaf ya, Mbak. Tidak ada toleransi. Bukan karena saya manusia yang tidak punya hati, bisnis tetaplah bisnis. Jadi lebih baik sekarang mbaknya dan anak-anak pergi dari kontrakan saya," tukas pemilik kontrakan yang sudah memberi waktu lewat dua hari dari jatuh tempo."Pak, saya mohon, tunggu sampai suami saya pulang!" Alya memohon dengan mata berkaca-kaca. Tapi pemilik kontrakan itu tak menggubrisnya. Hidup Alya makin kacau."Maaf ya, Mbak, penghuni baru akan segera datang, jadi tolong kosongkan kontrakan
Part 79Saat wanita itu mendongak, baik Dewangga dan Risna sangat terkejut saat melihatnya dengan penampilan yang awut-awutan tak karuan."Ka-kamu?"Alya terperanjat kaget melihat mereka kini ada di dekatnya. "Alya, apa yang sedang kau lakukan?" tanya Dewangga tak habis pikir, pada wanita yang suka sekali bersandiwara."Kamu sengaja ya melakukan ini? Kamu ingin mencelakakan dirimu sendiri dan bayimu itu?"Alya bangkit seraya mendekap bayinya yang masih terus menangis. Dia menggeleng pelan lalu beringsut mundur ke pinggir jalan. Badannya sudah tak terurus, wajah kusut dan kumal, begitu pula dengan bajunya yang tampak kotor dan dekil. Dia tak menanggapi ucapan dari Dewangga maupun pandangan menuntut dari Risna yang seolah ingin tahu apa yang terjadi pada dirinya. Dia berlari-lari kecil sambil terus menggendong bayinya yang kelaparan."Mas, apa yang sebenarnya terjadi padanya?" tanya Risna sambil terus memandang wanita itu yang berjalan terus tanpa menoleh lagi. Ia berjalan tanpa alas
Part 78"Kau sudah pulang rupanya, lalu siapa wanita di sampingmu?" Bu Martha berjalan menghampirinya begitu pula dengan Karina. Ia tersenyum penuh kepalsuan."Mas, aku senang sekali kamu akhirnya pulang juga. Aku kangen sekali sama kamu. Aku ikut khawatir saat tante bilang kalau kamu hilang kontak dan gak ada kabar berhari-hari. Aku cemas sekali, Mas," ucap Karina. Ia hendak memeluk Reyhan tapi langsung ditepis lelaki itu.Karina tersenyum dan melirik ke arah wanita di samping Reyhan dengan tatapan sinis. Dadanya sudah berdesir rasa cemburu ketika melihat tangan Reyhan menggenggam erat wanita di sampingnya."Dia istriku," sahut Reyhan kemudian. Tampak keterkejutan yang begitu kentara di wajah keduanya."Istri? Sejak kapan kamu menikah? Memangnya kamu kenal dengan dia?" tanya Bu Martha penasaran. "Makanya kedatanganku kesini karena ingin mengenalkan istriku pada kalian. Namanya Zahra, aku menikah dengannya dua hari yang lalu.""Mas Reyhan, kamu serius menikah dengannya?" Karina tamp
Ia menoleh ke arah sang suami, Reyhan sudah memejamkan matanya, sepertinya ia sudah sangat kelelahan, hingga tertidur tanpa sadar. Zahra tersenyum memandang wajah tampan di hadapannya. Reyhan benar-benar pria yang baik. Sikapnya sangat dewasa kala menghadapi masalah, meski terkesan cuek dan dingin tapi nyatanya dia sangat peduli.*** Pagi harinya, 5 orang pekerja di rumah Reyhan dikumpulkan jadi satu di halaman belakang. Mereka saling pandang karena tak tahu menahu apa yang akan dilakukan sang majikan pada mereka. Bik Sawi, Bik Marni, Pak Herman, Pak Doni dan Pak Agus berdiri dengan raut wajah bingung.Reyhan dan Pak Kamal menghampiri mereka. "Bapak dan bibi sekalian, apa kalian tahu kenapa kalian dikumpulkan di sini?" tanya Reyhan dengan tatapan tajam. Ia memabdang para pekerja di rumahnya satu per satu."Tidak, Pak," sahut mereka serempak. Kali ini mereka saling tertunduk."Saya ingin bertanya pada kalian, apa gaji yang selama ini saya berikan itu kurang?""Ti-tidak, Pak.""Apa b
Part 77Semua sudah berkumpul di meja makan. Zahra tampak kikuk dan hanya diam melihat aneka makanan yang terhidang di meja. Baginya ini begitu mewah."Kenapa diam saja kakak ipar? Apa kakak tidak suka dengan menu ini?" tanya Risna heran. Yang ditanya justru terisak. Ia sangat terharu. "Bukan, bukan itu. Tapi ... terima kasih banyak, terima kasih kalian sudah menerimaku," ujar Zahra lagi.Reyhan hanya tersenyum. Begitu pula dengan Bu Salamah serta anggota keluarga yang lain."Kamu adalah menantuku, Nak. Itu artinya kamu adalah bagian keluarga kami, jangan merasa sungkan begitu."Zahra mengangguk pelan meski ragu."Iya kakak ipar, kamu adalah istri kakakku berarti kakakku juga.""Ehemmm ...! Kalau begitu Risna, panggil dia dengan panggilan yang lebih akrab lagi, biar dia terbiasa dan terkesan dengan kita semua," pungkas Reyhan."Baiklah, aku akan memanggilmu, Mbak Zahra. Ayo mbak, dimakan. Ini semua masakan Bik Marni dan juga aku," jawab Risna.Zahra tersenyum. "Terima kasih, Dek. Ter