“Saya ada yang janggal disini, jika obat dan vitamin yang diberikan rutin diminum, saya rasa kandungan nona Naya akan baik-baik saja.”“Apa beliau mengkonsumsi obat-obatan yang lain selain yang saya berikan?” “Untuk itu saya kurang tahu dok.” sahut Edoardo.“Begini saja, saya minta tolong untuk tuan membawakan obat dan vitamin yang saya berikan tempo lalu.” pinta dokter.“Saya harus mengecek, dan menggantinya segera. Ini sudah dalam mencapai level bahaya, saya tidak mengerti kenapa semakin hari kandungan nona Naya semakin lemah. Jika tidak mengambil tindakan segera maka membahayakan ibu dan janin. Beruntung tadi anda cepat membawanya kemari, jika tidak kami tidak bisa menyelamatkan janinnya.” jelas dokter.“Kalau begitu, saya izin keluar dok. Saya akan meminta asistennya untuk membawakan obat-obatan yang dokter minta.” Melani mengambil tindakan.Dokter mengangguk setuju.” Iya nyonya silahkan.” sahutnya.Melani pun keluar dari ruangan dokter terlebih dahulu sedangkan Edoardo masih ber
Duar!Melani dan Edoardo mereka sama-sama terkejut. Mendengar penjelasan dari dokter. Sebagai seorang ibu, dunianya seakan hancur dalam sesaat, mendengar penuturan dokter.“Itu gak mungkin dok!” Melani menggeleng kuat.“Anak dan menantu saya sangat bahagia dengan kehamilan ini.” lanjut Melani.“Untuk motif nya saya tidak tahu, tapi yang jelas ini sudah termasuk kasus kejahatan. Jadi lebih baik tuan dan nyonya segera melaporkan kasus ini pada pihak yang berwajib. Saya siap menjadi saksi jika dibutuhkan.” dokter itu memberikan saran.“Ya. Dokter benar. Kalau begitu kami permisi dok. Terimakasih telah mau membantu kami.” ucap Edoardo pamit undur diri.“Sama-sama tuan. Itu sudah menjadi tanggung jawab saya sebagai dokter.” Setelah berpamitan Edoardo dan Melani segera keluar dari sana, dan langsung menuju kamar rawat Naya. Tidak ada yang bicara sedikit pun di antara pasangan suami itu, mereka terlihat sangat syok.Di dalam ruangan,“Tuan Edoardo.” “Tuan Nick.” sapa keduanya.Nick yang s
Setelah mendapatkan izin dari tuan besar Glendale, Nick pun langsung menuju kamar dimana Felix dikurung. Terlihat di depan pintu ada dua penjaga yang menjaga pintu tersebut.“Selamat malam tuan Nick.” sapa mereka dengan sopan.Nick menganggukkan kepala.” Aku ingin bertemu tuan Albert.” ucap Nick.Kedua penjaga itu mengangguk, kemudian salah satu dari mereka membukakan kunci.“Silahkan masuk, tapi maaf kami harus menguncinya kembali. Ini perintah tuan besar.” ucap salah satu.“Baik. Aku mengerti.” Setelah pintu terbuka Nick pun langsung melangkahkan kaki masuk.“Nick!” panggil Felix, pria itu langsung berdiri lalu menghampiri asistennya itu.Grep!Felix langsung memeluk Nick, menangis dalam pelukan asistennya itu meluapkan semua emosi dan ketakutan yang pria iti rasakan sedari tadi.Nick mengusap-usap punggung Felix, berusaha menengkan tuannya itu.“Istriku. Nick! Istriku!” serunya dengan suara tersendat-sendat.“Nona dan bayinya baik-baik saja tuan.” sahut Nick. Sebelum bercerit
Sesampainya di kantor polisi, Felix dan Nick langsung menuju ruangan interogasi. Disana sudah ada beberapa polisi yang menunggu mereka.“Selamat siang tuan Albert. Tuan Nick.” sapa salah satu polisi ketika keduanya masuk.“Siang pak.” “Silahkan duduk, tuan.” “Terimakasih.” sahut Felix, kemudian dia duduk di kursi kosong yang ada di sana sedangkan Nick berdiri di samping Felix.“Putar cctv itu.” titah komandan pada salah satu anak buahnya.“Siap komandan.” sahutnya.Sesuai dengan perintah, polisi tersebut mulai mempersiapkan laptop lalu mengutak-ngatiknya sebentar. Kemudian memutar sebuah file.Semua mata tertuju pada laptop tersebut, dimana disana menampilkan rekaman di depan apotek rumah sakit, dimana terlihat jelas kejadian beberapa bulan lalu dimana Felix ditabrak seseorang setelah menebus obat untuk Naya. Di layar laptop itu terlihat jelas ketika orang itu membantu Felix mengemasi obat yang tercecer, pria itu mengeluarkan botol obat dari dalam saku jaketnya, lalu menukarnya den
Setelah membaca pesan misterius dari nomor tidak dikenal tersebut. Felix kembali meletakan ponselnya tanpa membalas pesan tersebut.Bertepatan dengan itu pintu kamar mandi terbuka. “ Mandilah. Aku sudah selesai.” ucap Naya, sembari berjalan menuju lemari pakaian.“Iya sayang.” sahut Felix, kemudian beranjak turun lalu berjalan masuk ke dalam kamar mandi.Tidak lama Felix sudah keluar dengan keadaan yang sudah lebih segar. Felix berganti pakaian dengan baju yang sudah Naya siapkan di atas tempat tidur. Sedangkan Naya, dia sudah turun terlebih dulu untuk menyiapkan sarapan.Setelah selesai bersiap Felix hendak menyusul istrinya turun, tapi sebelum itu Felix mengirim pesan terlebih dulu pada Nick memberitahunya agar standby setelah sarapan nanti. Setelah itu barulah Felix turun.“Jangan terlalu capek.” ucap Felix memeluk Naya dari belakang.“Em. Bikin kaget saja. Tidak aku hanya bantu menata makanan ini saja.” sahut Naya.“Baiklah. Ayo duduk, anak-anak Daddy pasti udah laper. Iya kan?”
“Tuan anda yakin dia orangnya?” tanya Nick.“Entahlah. Tapi aku rasa pria itu tidak berbohong. Entah apa apa motifnya di membocorkan ini.”“Dan tugasmu menyelidiki wanita ular ini.” lanjut Felix.Nick mengangguk mengerti.” Siap tuan.” Setelah cukup beristirahat mereka kembali melangsungkan perjalanan. Kali ini mereka langsung menuju perusahaan Glendale. Ada banyak pekerjaan yang harus dibereskan saat ini. Selama dalam perjalanan tidak ada obrolan apapun dari keduanya.Di tempat lain.“Sial! Awas saja kalau sampai pria gila membocorkan rahasia ku pada polisi!” teriak Vanya dalam sebuah apartemen miliknya.Vanya kesal karena pria yang selama ini dia percaya untuk membalaskan dendamnya pada Albert ternyata hanya memanfaatkan uangnya saja.Dan sekarang!Ketika Vanya tidak memberikan apa yang pria itu inginkan dia mengancam akan membongkar kejahatan yang sudah Vanya rencanakan terhadap istri dari presdir Glendale tersebut.“Jika kau ingin aman! Berikan aku uang dua ratus juta sekarang. J
Ponsel Felix dan Nick sedari tadi tidak berhenti bergetar. Glendale sedari tadi terus menghubungi mereka berdua. “Tuan besar menghubungiku, tuan.” ucap Nick sedikit melirik kebelakang.Saat ini mereka sedang dalam perjalanan menuju kantor polisi.“Biar aku yang angkat. Kakek juga menghubungiku.” sahut Felix.Kemudian mengangkat panggilan Glendale ketika ponselnya kembali bergetar.“Albert! Apa kau yang telah menjebloskan Vanya ke dalam penjara!” teriak Glendale dari seberang sana. Saking kerasnya suara Glendale, Felix sampai menjauhkan ponsel dari telinganya.“Kata siapa?” tanya Felix pura-pura tidak tahu. Padahal dia hanya ingin tahu seberapa besar kakek membela Vanya dibandingkan dia cucunya sendiri.“Ke Rumah sekarang!” titahnya.“Aku tidak ingin mendengar alasan apapun!” lanjutnya lagi.Felix menghela nafas pelan. “Iya. Aku kesana sekarang.” putus Felix. Tidak mungkin juga dia menolak jika kakek sudah berkata demikian.“Nick kita ke rumah kakek.” titah Felix. Setelah panggilan
Kejadian hari itu cukup menggemparkan dan juga menguras tenaga Nick dan Felix.Setelah seharian mengurusi kasus Vanya. Akhirnya Felix dapat pulang dengan perasaan lega. Sebelum itu, Nick mengantarkan Glendale terlebih dahulu. Entah apa yang ada di pikiran Glendale saat ini, pria itu hanya diam dari mulai berangkat sampai dengan kembali, tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya.Mungkinkah Glendale berubah pikiran setelah melihat semua?Entahlah tak ada yang tahu soal itu!Beberapa hari berlalu, semenjak penangkapan itu. Kehidupan Felix kembali normal tidak ada yang membuatnya khawatir lagi sekarang. Kondisi Naya dan kandungannya pun semakin membaik. Sore ini Felix, Naya dan Nick sedang duduk santai ruang keluarga sambil menikmati teh hangat.“Tuan. Bagaimana dengan rencana resepsi pernikahan anda. Mau dilanjutkan atau…”“Tentu saja dilanjutkan.” potong Felix.“Bagaimana sayang menurutmu, kalau kita melanjutkan rencana menggelar acara resepsi pernikahan kita?” tanya Felix.“Tersera