“Tunggu-tunggu. Maksudnya apa? Kenapa andanmalah menanyakan datang bulan segala, atau jangan-jangan?” tanya Felix kemudian menoleh pada Naya yang juga menatapnya bingung.Dokter Sam tersenyum kemudian menganggukan kepala sebagai jawaban. Sepertinya dokter Sam tahu arah pembicaraan Felix.“Sepertinya begitu, tapi untuk lebih jelasnya anda bisa memeriksakan nona ke rumah sakit khusus pada dokter obygin.” terang dokter.Felix mengangguk mengerti. Pria itu kemudian duduk di samping Naya dengan senyum yang mengembang.“Terimakasih Nay, aku sungguh bahagia.” “Ini kabar baik sayang.” ucapnya dengan antusias.“Tunggu sebentar deh, maksudnya kabar baik gimana ya, kok aku belum paham?” tanya Naya.Felix menoleh melirik dokter Sam.” Tolong jelaskan dok, biar istri saya paham.” pintanya.Dokter Sam mengangguk.” Jadi begini nona, mual dan pusing yang anda rasakan saat ini bisa di pastikan tanda awal kehamilan, tapi karena anda lupa terakhir datang bulan maka untuk lebih jelasnya bisa melakukan us
Nick dan Embun sudah seharian ini pergi bersama WO yang akan mengurus resepsi Felix.Disini hanya meninjau tempat, memastikan catering aman, dan masih banyak lagi. Beruntung ada Embun yang membantunya dalam mengambil keputusan, jika tidak? Ah! Nick pusing sendiri.“Embun kau makan dulu?” tanya Nick, ketika mereka sedang dalam perjalanan pulang.Embun menggeleng.” Tidak tuan, saya langsung pulang saja.” pintanya.“Baiklah.” sahut Nick. Pria itu kemudian lanjut fokus menyetir.Seharian kesana kemari membuat Embun kelelahan, sampai tidak sadar Embun tertidur di mobil. “Kita beli untuk dibawa pulang saja bagaimana? Kau mau?” tanya Nick, mata nya masih fokus memperhatikan jalanan di depan.“Bun? Bagaimana?” Nick mengernyit, lalu menoleh.“Astaga! Dia tertidur rupanya.” ucap Nick.“Kau pasti kecapean.” Nick mengusap rambut Embun pelan.Hari belum terlalu malam, di jalanan yang dilewati Nick banyak sekali orang menjajakan makanan, Nick berhenti di depan sebuah kedai nasi goreng siput.
Edoardo diam mencerna ucapan Felix barusan, benar kata Glendale jika Felix yang di temuinya sekarang adalah orang berkuasa yang bisa melakukan apapun dengan uang dan kekuasaannya, dia bukan lagi Felix si miskin yang dengan mudah Edoardo tindas.Edoardo menarik nafas dalam.” Kau boleh lakukan apapun terhadapku jika tuduhan itu memang terbukti. Tapi, satu hal yang aku minta darimu. Tolong jaga Naya jangan kau sakiti dia, putriku tidak ada hubungannya dengan drama masa lalu ini. Aku percaya kau bisa menjaganya.” Entah kenapa perasaan Edoardo sangat tidak tenang, pria itu merasa akan ada yang terjadi taoi entah apa Edoardo sendiri tidak tahu. Yang jelas firasatnya mengarah pada Naya putrinya.“Tanpa kau minta sekali pun Naya sudah menjandi tanggung jawabku. Suatu saat nanti anda twrbukti bersalah atau tidak, itu tidak akan mengurangi rasa cinta ku pada Naya. Apalagi sekarang ada anak yang sedang di kandungnya.” terang Felix.Edoardo membelalak, dia terkejut dengan perkataan Felix yang te
Naya selalu dibuat gelisah setelah pertemuannya dengan Glendale, wanita yang sedang hamil itu sampai kesulitan untuk tidur.Jam sudah menunjukan pukul tiga pagi, tapi Naya sama sekali belum bisa memejamkan mata. Padahal dirinya sudah masuk ke kamar dari sore.Sedangkan Felix, dia terlihat tertidur pulas. Mungkin karena efek kecapean bekerja.Pagi hari ketika Felix terbangun, melihat Naya dengan sedikit terkejut.Bagaimana tidak, kantung mata Naya tampak lingkaran hitam yang begitu jelas.“Sayang. Apa kamu tidak tidur?” Naya Felix, pria itu mengubah posisinya duduk menyamai Naya.Naya menggeleng lemah.” Aku tidak bisa tidur.” sahutnya pelan.“Astaga! Apa kau sakit? Kenapa kau tidak bilang. Ya ampun.” ucap Felix, terlihat pria itu tampak panik.“Aku tidak sakit, tapi entah kenapa sulit sekali untuk tidur.” adu Naya. Terlihat wajah lelah Naya..“Kita kerumah sakit sekarang. Kau pasti kenapa-kenapa.” Setelah berkata seperti itu, Felix menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya setelah
“Ah, tentu saja cucu oma juga.” ucap Naya dengan nada manja.Melani ikut memeluk Naya dari sebelah kiri, sedangkan Alana sebelah kanan.Ketiga orang yang merupakan keluarga itu saling berpelukan dengan wajah bahagia.Felix melangkah mundur, tidak ingin mengganggu mereka yang sedang melepas rindu.“Tuan, ada apa?” tanya Nick heran ketika Felix kembali duduk di sampingnya di kursi tunggu.“Tidak ada, aku hanya tidak ingin mengganggu mereka saja. Biarkan mereka melepas rindu.” sahut Felix.Nick mengangguk mengerti, Setelah itu mereka saling diam. Tidak ada pembicaraan apapun diantara mereka.Nick sempat melirik Felix yang sedang tertunduk, dari wajah itu terlihat jelas ada kesedihan di antara kebahagian yang dirasakan.Apakah Felix cemburu?Mungkin iya.Sebab Felix sudah tidak bisa merasakan lagi pelukan hangat kedua orang tuanya. Nick mengerti betul rasanya.Setelah menunggu cukup lama, barulah Felix kembali masuk ke dalam, jam sudah menunjukan pukul tujuh pagi, dan dia harus segera per
Hari ini pulang cepat, pria itu ingat di rumahnya ada Edoardo. Tiba-tiba saja dia punya ide.“Nick aku kita pulang sekarang!” ajaknya.“Sekarang? Tapi tuan…”“Aku baru ingat, kalau di rumah ada mertuku. Bukankah lebih baik kalau aku dekat dengannya? Siapa tahu kita dapat informasi. Iya kan?” “Ah. Kau benar tuan.” sahut Nick sambil mengangguk anggukan kepala.Setelah membereskan barang-barang mereka berdua akhirnya pulang. Nick mengendarai mobil dengan kecepatan sedang. Suasana kota besar di jam seperti pasti ramai dengan kendaraan yang lalu lalang, tidak jarang terjebak kemacetan. Beruntung saat ini jalanan ramai lancar, sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai di rumah.Setelah mobil terparkir dengan baik, Nick keluar terlebih dulu membukakan pintu untuk Felix.“Silahkan tuan.” ucap Nick, sambil membungkukan sedikit badan.“Terima kasih Nick.” yang langsung di angguki oleh Nick.Felix melangkahkan kaki lebar menuju ke dalam rumah, begitu masuk dirinya sudah disambut
“Ayah. ayo kita pulang, Naya juga sudah tidur.” ucap Melani yang baru saja keluar .Edoardo menghentikan pembicaraannya, kemudian berbalik.“Oh. Begitu, yasudah ayo.” jawabnya, lalu berdiri.“Nick, Albert kami pulang dulu. Hari juga sudah larut, kalian juga istirahatlah. Lain kali kita lanjut ngobrol lagi.” pamit Edoardo.“Ini sudah sangat larut, apa tidak sebaiknya kalian menginap saja?” Felix memberi usul. Sebenarnya Felix masih penasaran dengan kalimat terakhir yang akan diucapkan Edoardo tadi, namun dia harus kecewa karena ibu mertuanya yang keburu datang.“Kami pulang saja. Jika kamu mengizinkan kami akan sering main kemari.” sahut Melani.“Tentu saja, kalian bisa main kapanpun yang kalian mau.” jawab Felix.“Baiklah, kami jalan sekarang. Sampaikan salamku pada Naya.” Felix mengangguk.” Akan ku sampaikan, hati-hati.”Edoardo dan Melani mengangguk bersama, setelah itu keduanya melangkahkan kaki menuju parkiran.Felix mendudukan kembali dirinya di kursi, setelah Edoardo telah ben
Satu bulan berlalu, selama itu pula Felix tidak pernah pergi kemanapun atas permintaan Naya. Semua rencana yang telah pria itu susun baik-baik hanyalah tinggal wacana. Selama ini Nick sendiri yang kesana kemari menggantikan presdir yang cuti. Beruntung ada Embun yang membantu Nick, selama kebersamaan itu pula membuat hubungan Embun dan Nick semakin dekat.Bahkan dengan terang-terangan Nick selalu bersikap posesif pada cewek mungil itu.Ya. Belakangan ini Nick lebih suka memanggil Embun dengan panggilan itu, menurut Nick panggilan itu sangatlah cocok.Pagi ini setelah sarapan,Felix duduk di ruang tamu bersama dengan Nick kedua itu sedang membicarakan masalah perusahan.“Bagaimana Nick apa semua baik-baik saja?” “Semua baik tuan, kemarin ada masalah dengan proyek yang di luar kota, tapi aku sudah menaganginya. Anda tidak perlu khawatir tuan.” jelas Nick.“Syukurlah. Bagaimana apa ada perkembangan tentang surat kaleng itu?” tanya Felix dengan sedikit berbisik. Dia takut Naya menden
“Katakan padanya siapa wanita yang si bodoh itu penjarakan!” bentak Alex pada wanita yang baru saja dia hempaskan dengan telah membuka kain yang disumpalkan pada mulut si wanita. Hiks!“Tolong lepaskan aku Alex.” Wanita itu menangis memohon. Namun bukannya terketuk hati Alex, yang ada Alex malah semakin menatap wanita itu dengan tajam.“Cepat katakan! Rahasia besar yang akan menghancurkan keluarga ini! Haha…” teriaknya.Sonya menatap Felix dan Glendale secara bersamaan.“Tuan Glendale, presdir Albert saya… ingin mengatakan sebuah rahasia yang selama ini saya simpan.” ucap Sonya.Ya. Wanita yang di sekap oleh Alex yaitu Sonya istrinya sendiri.“Katakan padaku. Apa yang anda ketahui nyonya?” tanya Felix mewakili Glendale yang duduk tidak berdaya.“Vanya adalah anak Adrian hasil dari hubungan gelap kami.” Duar!Glendale menggeleng kuat. Dunianya seakan hancur saat itu juga. Putra kebanggaannya tidak akan pernah melakukan hal semengijikan itu.“Anda jangan bohong! Apa maksud anda meng
“Kalian ini, bercandanya tidak lucu.” jawab Edoardo sambil terkekeh.Felix melirik Nick yang sama sedang meliriknya.“Tapi aku serius ayah mertua.” ucap Felix.“Benar tuan. Apa yang dikatakan tuan Albert, aku ingin melamar Embun untuk jadi istriku.” Nick ikut menimpali setelah mengumpulkan keberanian untuk mengatakannya langsung pada Edoardo.“Tunggu-tunggu. Aku masih tidak percaya dengan apa yang aku dengar. Memang sejak kapan anda pacaran dengan putri saya tuan Nick?” tanya Edoardo dengan wajah bingung. Di tidak pernah tahu atau mendengar rumor tentang Nick dan Embun, sekarang tiba-tiba pria itu datang melamar.“Tadi sore.” celetuk Nick yang membuat Edoardo dan Felix menatapnya dengan melongo.Sedangkan Embun yang bersembunyi di belakang tembok sana, menepuk jidatnya mendengar celetukan Nick.‘Astaga! Kulkas nih ya benar-benar dah ah!’ batin Felix mengerutuki Nick.“Sebentar. Apa aku tidak salah dengar? Kau baru sore tadi pacaran dan sekarang….” Edoardo melihat arloji di pergelangan
“Hah! Maksudnya?” Nick tidak mengerti dengan apa yang disampaikan Felix.Dia datang kemari untuk curhat malah dia yang dibuat terkejut dengan kelakuan random tuannya itu.Felix menuntun membawa Nick duduk di sofa, lalu dia pun ikut duduk di samping asistennya itu.“Aku paham. Kau patah hati bukan, karena ditolak oleh Embun atau? Tidak direstui?”Nick tergelak.”Haha…anda salah tuan. Aku datang kemari membawa membawa kabar bahagia.”“Sebentar lagi aku akan menikah tuan. Menikah.” Nick mempertegas ucapannya.“Benarkah? Wanita mana yang apes mendapatkan kulkas macam ini.” ledek Felix, jauh di lubuk hatinya Felix ikut bahagia atas kabar yang disampaikan Nick.“Kau ini. Tentu saja Embun. Siapa lagi.” sahut Nick dengan rada kesal.Walaupun suka menggoda Nick, Felix mengucapkan selamat disertai doa untuk pasangan baru ini.Wah. Jika istrinya tahu bisa heboh! Dan dia harus tahu.Felix meminta Nick untuk menunggu di ruang tamu, pria itu beralasan untuk pergi mandi sebentar setelah itu melanjut
Embun mengarahkan pandangannya sisi lain, dia tidak ingin Nick melihatnya yang tersipu. Jujur Embun merasa pertemuanku kali ini terasa sedang berkencan dan ini yang pertama kalinya untuk gadis itu. Ketika masih bekerja sebagai asisten Nick mereka memang sering makan berdua di cafe, tapi kali ini Embun merasakan sesuatu yang berbeda. Awalnya mereka ngobrol-ngobrol biasa bercerita tentang masa awal keduanya bertemu. Gelak tawa pun tidak lepas dari bibir keduanya. Namun lama kelamaan obrolan mereka mengarah pada hal yang lebih serius.Nick menghadap Embun, menatap wanita itu dalam. Perlahan tangan Nick menyentuh tangan Embun lalu menggenggamnya. Mendapat perlakuan seperti itu, jantung Embun kembali berdisko, gadis itu menundukan kepala tidak berani menatap Nick yang sedang menatapnya tanpa berkedip.“Embun. Ayo menikah.” ucap Nick dengan mantap. Butuh mental yang cukup untuk Nick mengatakan satu kalimat itu.Embun mendongak, menatap Nick dalam, gadis itu sedang mencari kebohongan di
Satu persatu masalah selesai, kini kehidupan mereka sudah berjalan dengan seperti biasa. Felix kini sudah aktif kembali di perusahaan dan Nick selalu setia menemani sang presdir.Nick merasa kehilangan Embun setelah gadis tidak lagi bekerja atas permintaan Edoardo. “Woy! Melamun aja. Galau.” Ledek Felix ketika pria itu masuk kedalam ruangan Nick.Nick melirik sekilas.”Ck! Anda mengagetkan ku saja tuan.” ucap Nick berdecak sebal.Felix terkekeh, kemudian pria itu duduk di kursi yang berhadapan di hadapan Nick.“Kenapa tuh muka, ditekuk mulu?” Felix kembali bertanya, semenjak tidak ada Embun Nick sering murung.“Tidak apa tuan.” “Sudahlah. Kau tidak perlu bohong dengan ku. Kau menyukai Embunkan?”“Ck! Anda sok tahu.” “Tentu saja aku tau, terlihat tuh dari wajah. Dilipat mulu kaya kaya kanebo. Bilang kalau memang suka kenapa harus dipendam. Kau takut dengan mertuaku?” tanya Felix dengan penuh selidik. Padahal jika memang Nick menyukai Embun, Felix malah mendukung. Tidak perlu ada yan
Semua orang terperangah menatap gadis yang diperkenalkan Edoardo. Semua perkiraan mereka salah, seketika suasana hening kembali semua orang hanyut dalam pemikirannya masing-masing.Sejak kapan Edoardo memiliki dua putri? Namun semua terjawab ketika Edoardo menjelaskan secara detail kejadian demi kejadian di masa lalu, seketika suasana pesta menjadi mengharu biru, semua orang begitu terharu terutama kaum ibu-ibu.“Jadi begitu, saya begitu bersyukur hari ini bisa dipertemukan kembali dengan putri kami yang telah lama hilang. Mungkin hanya itu saja, terima kasih sudah mau mendengarkan berita bahagia ini.” Edoardo mengakhiri ceritanya.Setelah acara baby Zayyan, Zayyen usai, banyak yang memberikan ucapan selamat pada mereka. Hari sudah gelap ketika pesta benar-benar usai, para tamu undangan sudah kembali ke rumahnya masing-masing. Kini di rumah itu hanya ada anak buah Nick dan pelayan yang sedang membereskan sisa pesta tadi. Nick pun tidak kalah sibuk saat ini.“Tuan. Minumlah dulu.”
“Maksud ibu apa?!” seru Naya dari balik pintu, wanita itu begitu terkejut dengan penuturan sang ibu. Felix yang berada di samping Naya juga tidak kalah terkejutnya. Nick, pria itu juga terkejut, saking kagetnya Nick hanya diam menatap kedepan tanpa mampu berkata-kata.Mendengar seruan Naya, Melani mendongak menatap putrinya itu, lalu bangun melangkah menghampiri Naya.“Embun. Sayang. Embun adalah adikmu yang hilang dua puluh tahun yang lalu.” jelas Melani, membuat mata Naya melotot tidak percaya.Naya menggeleng kuat. Bagaimana bisa?Sedangkan dari kecil dia tidak memiliki adik, lalu sekarang? Melihat reaksi Naya hanya diam, Melani menuntun wanita itu lalu mengajaknya duduk di samping Embun.Naya yang masih syok hanya menurut, Melani tampak mencari sesuatu dalam tasnya.“Lihat ini sayang.” Melani menunjukan sebuah foto pada mereka terutama Naya.“Ini adalah kamu saat umur satu tahun dan ini” Melani menunjuk satu bayi lagi.“Ini adalah Mila adik kamu yang hilang. Lalu ini.” Melani
Hari ini akan diadakan pesta menyambut kelahiran baby Zayyan dan baby Zayyen. Nick dan Embun menjadi orang tersibuk dalam menyiapkan pesta ini. Mulai dari mencari WO mencari pernak pernik untuk dekorasi sampai hidangan semua di serahkan pada Nick dan Embun. Namun tidak ada wajah lelah di kedua orang tersebut, semua menyiapkannya dengan hati yang bahagia. Rumah megah berlantai dua ini, bagian lantai dasar yang menjadi tempat acara sudah di dekor dengan begitu indah dengan konsep serba biru. Para tamu undangan pun sudah mulai berdatangan.Di kamar baby Zayyan dan Zayyen Melani, Naya di bantu Embun sedang mempersiapkan baby Zayyan dan Zayyen.“Ah. Tuan muda kenapa anda sangat lucu.” ucap Embun dengan gemas. Bayi yang baru berusia tujuh hari, diberi kostum pangeran dengan warna biru. Ah. Itu terlihat sangat lucu!“Iya dong tante. Aku kan memang menggemaskan. Sejak lahir.” sahut Naya, dengan menirukan suara anak kecil. Ketiga wanita itu tergelak tertawa bersama. Sedari tadi Melani t
“Eh. Nyonya ada apa? Kenapa malah bengong di situ?” Suara Embun membuyarkan lamunan Melani dari keterkejutannya.Melani terkesikap, lalu melangkah pelan menghampiri Embun.“Bagaimana apa kamu sudah lebih baik?” Melani balik bertanya.Embun tersenyum lalu mengangguk pelan.” Ini sudah jauh lebih baik nyonya.” ‘Apa benar yang aku lihat barusan? Kenapa tanda itu?’ batin Melani masih bertanya-tanya. Ingin bertanya langsung pada Embun pun rasanya sungkan.“Nyonya.” panggil Embun lagi.“Eh. Iya, ah. Syukurlah kalau kau sudah lebih baik.”“Oh. Iya, aku kemari hanya ingin memberi tahu, jika Naya sudah dipindahkan ke ruang rawat inap.” jelas Melani, kemudian wanita itu duduk di kursi yang menghadap ranjang di mana Embun terbaring. Melani menatap Embun dalam, tangannya menggenggam gadis itu. Entah Melani merasakan sesuatu, tapi entah apa. Melani hanya pernah bertemu dengan Embun dua kali yaitu pada saat acara resepsi pernikahan Naya dan sekarang. Tapi merasa dekat seperti sudah lama kenal.T