Felix adalah menantu Keluarga Edoardo. Dia menikahi Naya, Putri semata wayang Tuan Edoardo, Pemilik Perusahaan tempat Felix bekerja.
Kehadirannya dalam rumah ini tidak diinginkan, terlebih oleh ayah Naya. Karena Felix hanyalah seorang karyawan biasanya.Edoardo begitu membenci Felix yang tanpa restu telah membuat sertifikat Pernikahan dengan Naya.Jika di pikir, itu semua itu bukan keinginan Felix, karena ada siang itu, Naya yang memaksa Felix untuk menikah di biro urusan Sipil dan pulang ke rumah dengan sudah membawa sertifikat pernikahan mereka yang Naya tunjukan pada kedua orang tuanya.Satu bulan berlalu begitu terasa dingin bagi Felix, saat dia harus tinggal satu atap dengan orang-orang yang terus menghinanya. Tetapi dia bertahan demi Naya, istri tercintanya.Setiap hari dia harus bangun pagi-pagi buta untuk menyapu dan mengepel lantai, lalu setelah semua pekerjaan yang dijadwalkan oleh Nyonya Edoardo untuknya selesai, dia akan bergegas kembali ke kamar dan bersiap pergi ke tempat pekerjaannya.Tapi pagi ini, Selesai menyapu, Felix mulai mengambil kain pel. Langkahnya di hadang oleh Tuan Edoardo."Menantu Sampah, kesini kamu!"Panggilan itu sudah menjadi hal biasa bagi Felix, jadi dia tidak tersinggung. Dia mengangguk patuh dan segera menghampiri sang mertua."Ayah. Ada apa?"Cih!Tuan Edoardo meludah,"Siapa suruh memanggilku Ayah?""Maaf. Kalau begitu, ada apa Tuan?" Felix menunduk."Mulai hari ini jangan pergi ke perusahaan. Kamu hanya membuatku malu! Semua orang sudah mendengar tentang kamu yang telah menikahi Putriku diam-diam. Jika ingin hidup lebih lama, lebih baik jangan tampakkan wajah pecundang kamu itu di perusahaan lagi!"Saat ini Felix memberanikan diri untuk mendongak, "Jadi aku dipecat Tuan?"Tuan Edoardo kembali meludah, "Ya!"Hanya satu kata itu saja dari Tuan Edoardo lalu pergi tanpa sedikit pun melihat Felix yang sebenarnya masih ingin bersuara.Felix paham, sudah pasti sang mertua malu karena berita tentang pernikahannya telah tersebar.Felix kembali ke kamar, dia melihat Naya masih menggeliat di atas tempat tidur.Kulitnya seputih salju dan ada bekas merah sisa tadi malam begitu jelas di bagian dadanya yang terlihat terbuka karena gaun tidurnya tidak melekat dengan sempurna.Felix tersenyum, menikmati indahnya sosok wanita yang begitu mencintainya itu. Sebab itulah, Felix bisa menahan sakit seperti apapun demi sosok itu.Naya membuka mata perlahan, pertama dilihatnya adalah suaminya yang masih berdiri menatapnya.Lalu dia melirik jam. Sudah pukul Tujuh."Felix. Kamu belum mandi?" Naya segera bangun dan menghampiri Felix lalu memeluknya."Sudah. Apa kamu ingin mandi? Aku akan menyiapkan air hangat untukmu.""Tidak perlu. Aku bisa sendiri. Bersiaplah dan pergi. Jangan membuat Ayah marah karena kamu terlambat."Mendengar istrinya berkata demikian, Felix memutar tubuhnya. Dia melepaskan pelukan Naya dan menatap wajah istrinya."Naya. Aku ingin mencari pekerjaan yang lain."Naya mendongak, dia bisa melihat kegelisahan dalam mata suaminya, dia tidak bisa dibohongi."Felix. Ada apa?""Tidak ada. Aku hanya, merasa perlu mencari pekerjaan lain dan hidup mandiri."Naya menggelengkan kepalanya. "Aku tidak percaya."Naya tidak semudah itu percaya. Selama ini, dia tahu jika Felix sangat menyukai pekerjaannya dan Felix pernah berkata jika bekerja di Perusahaan ayahnya adalah melalui perjuangan berat.Tidak mungkin Felix akan melepaskannya begitu saja jika tanpa alasan."Felix. Apa ayah memecatmu?"Felix terdiam, dia tidak menjawab pertanyaan Naya."Felix, aku bertanya! Jika benar aku bisa membantumu bicara pada ayah.""Naya. Itu tidak perlu. Aku sebenarnya sudah mengatur ingin berhenti dari dulu, dan mencari pekerjaan yang lain. Jadi biarkan aku berusaha. Dan berjanjilah, jika aku berhasil menemukan tempat baru yang bisa menerima kita, kamu bersedia ikut denganku. Jangan pergi dariku, apapun alasannya."Mendengar ucapan Felix, Naya langsung memeluknya. Naya menangis sesenggukan."Aku berjanji. Aku berjanji akan mengikutiku, kemanapun kamu pergi. Maafkan aku, karena aku. Kamu harus melalui banyak kesulitan."******Felix menggelengkan kepalanya, lalu menangkupkan kedua telapak tangannya pada pipi sang Istri."Tidak. Aku mencintaimu Naya. Kamu adalah kekuatanku. Jadi aku tidak pernah merasa kesulitan. Sudah jangan menangis."Felix mengusap lembut air mata Naya.Bagaimana Felix bisa merasa kesulitan? Sedangkan Naya yang menjadi kekuatannya sampai detik ini. Itu semua sangat benar. Selama ini, Felix bertahan disini hanya untuk Naya. Wanita yang benar-benar tulus mencintai dan menerimanya."Baiklah kalau begitu. Pergilah mandi, aku juga harus bersiap."Naya mengangguk patuh, dia tidak ingin membuat suaminya bersedih jika membantah. Sungguh Naya sangat ingin menjaga perasaan Felix. Karena dia sangat tahu, jika hanya dirinya yang bisa mengerti Felix di rumah ini.Ketika Naya masuk kamar mandi, Felix bersiap, menyiapkan berkas dan pergi tanpa menunggu Naya selesai. Dia tahu, Naya akan sulit melepasnya, jika melihat dia pergi.Saat Naya keluar dari kamar mandi, dia tidak lagi melihat Felix. Lalu melirik tas kerja Felix sudah tidak ada. Naya hanya bisa menekan kesedihan dalam hatinya, Felix menderita karena keegoisan.Ya. Naya harus tahu apa alasanya Ayahnya memecat Felix. Padahal Felix sendiri selalu bekerja dengan baik tidak pernah membuat kesalahan. Memikirkan itu, Naya mengambil keputusan untuk berbicara pada ayahnya. Setidaknya dia harus tahu, apa alasan ayahnya memecat Felix dari pekerjaan.Waktu sarapan telah tiba. Naya turun setelah berpakaian rapih."Ayah. Ibu." dia menyapa kedua orang tuanya. Meskipun mereka tidak menjawab, karena akhir akhir ini setelah Naya membawa Felix masuk rumah ini, mereka menyalahkan Naya.Sapa Naya setelah itu Naya duduk di kursi yang berhadapan dengan Bundanya. Naya tidak peduli, dia menarik kursi dan duduk berhadapSarapan pagi bertiga ini berjalan dengan tenang, meski biasanya akan dilewati berempat.Tidak ada satu pun yang menanyakan keberadaan Felix. Sebegitu tidak dianggap kah Felix dimata mereka? Sepertinya, Ayah dan Ibu Naya tidak perduli. Meskipun tanpa Felix disini.Hati Naya merasa sedih melihat kenyataan ini, jika kedua orang tuanya, tetap tak menyukai suaminya."Ayah, Naya ingin bicara." Dengan hati hati Naya bersuara.Edoardo melirik sekilas lalu kembali menyantap sarapanya."Apa?" jawabnya dingin."Kenapa Ayah pecat Felix?"Trang!Edoardo menyimpan sendoknya dengan kasar, setelah mendengar pertanyaan Naya.Matanya menatap Naya tajam."Oh. Jadi si miskin laki laki sampah itu sudah mengadu padamu!?"Naya menggeleng." Tidak bukan seperti itu.""Baguslah. Jika kamu sudah mengetahuinya. Laki laki sampah seperti dia tidak pantas ada di perusahanku. Hanya membuatku malu saja!""Tapi tidak seharusnya Ayah memecat Felix! Dia masuk ke perusahan berkat kerja kerasnya. Lagipula dia bekerja dengan baik selama ini. Pekerjaannya tidak ada Hubungannya dengan Naya!" Naya, mengumpulkan keberanian untuk protes dengan keputusan ayahnya. Naya tidak terima Ayahnya memperlakukan suaminya seperti itu."Apa peduliku!" Edoardo langsung pergi dari meja makan tanpa mempedulikan Naya yang masih ingin berbicara.Di sisi lain,Seharian, Felix sudah berkeliling mencari pekerjaan, namun sampai hari sudah mulai beranjak gelap tidak ada satupun yang menerimanya. Saat hari menjelang malam Felix masih menyusuri jalan. Langkahnya terhenti saat dering ponsel menyadarkannya dari lamunan.Felix tersenyum saat melihat nama di layar ponselnya.Naya. Istri tercintanya yang menelpon.Felix menepi duduk di halte yang tidak jauh dari tempatnya berdiri saat ini."Felix. Kamu dimana? Kenapa sudah malam begini belum juga pulang?" terdengar suara Naya begitu khawatir."Maaf. Sepertinya malam ini aku tidak akan pulang. Aku belum mendapat pekerjaan. Tidak apa kan, Kalau sementara waktu kita komunikasi lewat telepon dulu sampai aku mendapatkan pekerjaan baru."Felix berkata dengan lembut, dia tidak ingin membuat Naya semakin khawatir memikirkannya.Hening, tidak ada jawaban dari sebrang."Hallo sayang Naya kamu masih disana?""Aku disini Felix. Baiklah kamu hati-hati. Jangan terjadi apa-apa pada dirimu, jika sampai itu terjadi, aku akan marah." Nada bicara Naya kali ini terdengar bergetar, menandakan dia sedang menahan air mata.Sejak memutuskan menikah dengan Naya memang baru kali ini Felix pergi meninggalkan Naya.Setelah sambungan telepon terputus Felix kembali melanjutkan perjalanan.Felix terus berjalan meskipun tanpa tujuan pasti, kemana kakinya akan membawanya melangkah.Ketika Felix melangkah dengan merenung, tiba-tiba dari arah berlawanan.Tiiiiinnnnn!Brak!"Maaf tuan. Tadi saya buru buru." Ucap seorang pemuda yang baru saja turun dari motor. Terlihat dari wajahnya dia merasa bersalah. Lalu mengulurkan tangannya untuk membantu Felix berdiri.Sebenarnya bukan sepenuhnya salah pemuda tersebut, karena Felix berjalan sambil melamun, jadi tidak memperhatikan jalan."Tidak apa. Lagipula saya baik-baik saja."Felix menerima uluran tangan pemuda itu."Terima kasih." Felix mencoba berdiri namun kakinya sedikit terasa nyeri. Sehingga membuatnya sedikit menekuk kakinya."Sepertinya anda terluka tuan. Kalau boleh tahu anda mau kemana? Biar saya antar. Sekalian saya obati dulu lukanya." Felix diam dia bingung mau kemana sekarang. Tidak mungkin dia pulang kerumah orang tua Naya. Felix sudah bertekad tidak akan kembali lagi ke rumah itu sebelum mendapat pekerjaan baru.Felix mempertimbangkan tawaran pemuda itu. Kemudian Felix mengatakan tujuannya."Sebenarnya saya sedang mencari kontrakan. Tapi belum dapat."Pemuda tersebut mengangguk tanda meng
Benar apa yang Naya katakan. Felix mengangguk patuh dan kembali duduk mengabaikan tatapan sinis dari mertuanya.Suasana meja makan terasa panas. Kemudian Naya memutuskan untuk bicara sekarang pada Ayahnya.Tangannya terus menggenggam kuat tangan Felik, seolah sedang mentrasper kekuatan satu sama lain."Yah. Naya ingin bicara sebentar."Naya berbicara pelan dan hati hati, tidak ingin membuat Ayahnya marah.Anderson menatap Naya sebentar kemudian fokus kembali pada makanan di hadapanya.Begitu juga dengan Ibunya yang acuh, seperti tidak menganggap Naya dan Felix ada disana.Genggaman tangannya menguat, Naya menoleh pada Felix.Seolah mengerti Felix mengangguk pelan."Ayah. Ibu. Hari ini Naya akan ikut tinggal bersama Felix. Felix baru saja mendapat pekerjaan dan juga tempat tinggal untuk kami. Naya harap Ayah memberikan izin."Naya bicara dengan sangat hati hati.Anderson menghentikan makanya begitu juga dengan istrinya. Anderson menatap tajam Felix dam Naya bergantian."Baiklah. Silahk
Dengan langkah gontai Naya mengikuti penjaga, yang ternyata membawa Naya ke pos penjagaan.Penjaga yang baru Naya ketahui bernama Angga itu, masuk kedalam pos tidak lama sudah keluar lagi membawa kantong plastik."Silahkan. Nona bisa lihat ini untuk memastikan apakah orang yang Nona cari adalah orang yang sama dengan orang ini atau bukan."Angga mengulurkan tangan yang memegang plastik, dengan tangan gemetar Naya menerima plastik itu. Kemudian Naya membukanya, mengeluarkan satu persatu barang yang ada di dalam."Tidak! Ini tidak mungkin!"Tangis Naya pecah begitu melihat barang barang yang dikeluarkannya tadi.Baju itu! Naya masih sangat mengingat dengan jelas warna baju yang dikenakan Felix malam tadi.Baju kemeja berwarna navy, diperkuat dengan ponsel dan sepatu milik Felix yang Naya sangat kenali.Naya meraung sambil memeluk barang barang milik Felik."Felix! Kamu dimana?" "Pak. Apa yang terjadi dengan suami saya? Lalu dimana suami saya sekarang?"Naya bertanya pada Angga di sela
Nick masih ingat dengan jelas bahwa bayi mungil itu diberi tato elang sebagai tanda bahwa dia putra mahkota keluarga Glendale."A_apa pemuda ini tuan muda? Kenapa tato ini sangat mirip dengan tato milik tuan muda?"Nick masih melihat dengan teliti tato itu."Tu_tuan muda!"Nick membuka mulutnya lebar setengah tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang.Dengan sekuat tenaga Nick menggendong tubuh tak berdaya itu di punggungnya.Nick menuruni bukit dengan hati hati, setelah susah payah akhirnya Nick sampai di mobil. Dengan napas yang masih ngos ngosan Nick membuka pintu belakang mobil nya, memasukan pemuda itu dan membaringkannya dengan pelan disana.Tanpa memikirkan kondisinya Nick, langsung masuk kedalam mobil kemudian melanjutkan perjalanannya.Beberapa bagian tubuhnya terluka.Entahlah mungkin tergores ranting atau apa Nick tidak begitu peduli. Rasa sakit di tubuhnya tidak sepadan dengan gemuruh hatinya setelah melihat tato elang di tubuh pemuda yang sekarang terkapar tidak
Perlahan Felix membuka mata." Dimana ini? "Felix memperhatikan sekelilingnya, ruangan yang didominasi warna putih serta banyak alat medis yang menempel pada tubuhnya membuat Felix yakin jika saat ini sedang berada di rumah sakit. 'Siapakah yang membawanya kemari? Apakah Edoardo yang menemukannya?Felix sempat khawatir saat berpikir demikian.Entah berapa lama Felix tidak sadarkan diri sehingga membuatnya sangat merasa haus, tenggorokan nya sampai terasa sangat kering. Felix melirik meja kecil di samping tempat tidur. Ada air mineral disana. "Ahk!" Felix meringis memegangi perutnya yang terasa sakit saat bergerak. Felix mengurungkan niatnya untuk minum. Felix berharap semoga ada perawat agar Felix bisa meminta tolong. Hari berganti pagi saat seorang dokter datang bersama seorang perawat untuk memeriksanya. "Haus." Felix bersuara sangat pelan, namun perawat yang berada di sebelah Felix masih bisa mendengarnya. "Dok, pasien sudah siuman."Perawat itu memberitahu dokter, kemudian
Glendale menyambut kedatangan Felix dengan hangat. Glendale memeluk Felix erat, dengan ragu Felix membalas pelukan Glendale. "Selamat datang kembali di rumahmu cucuku." Glendale menepuk nepuk pundak Felix. "Selamat datang tuan muda."Nick mengulurkan tangan pada Felix, Felix menyambut dengan bingung. "Te..terimakasih."Glendale mengajak Felix untuk duduk santai di ruang tamu."Maaf tuan, apakah saya boleh bertanya?"Felix yang sedari tadi diam, memberanikan diri untuk bertanya, Felix sungguh bingung dengan semua ini. Glendale mengangguk, "Silahkan.""Sebelumnya saya mau berterima kasih pada anda dan tuan Nick yang sudah sudi menolong saya, saya sangat berhutang budi pada anda tuan. Seharusnya anda tidak perlu repot-repot menyambut kedatangan saya, dan satu lagi, apa anda mengenal nenek saya tuan?"Glendale sudah bisa menebak jika Felix akan menanyakan hal ini. "Nick, ambilkan album foto yang ada di meja kerjaku."Nick mengangguk patuh, Lalu pergi menuju ruang kerja Glendale yan
Nick terlihat kebingungan, kemudian mengingat hal penting apa yang kiranya dia lupakan.Setelah mengingat ingat Nick sangat yakin Nick tidak melupakan satu hal penting yang telah di susunnya terlewat. "Em. Maaf tuan, sepertinya saya tidak melupakan apapun?"" Kau yakin? "Glendale sengaja memasang wajah serius dihadapan Nick. Nick mengangguk pasti. "Nick, apa kau sudah tahu siapa nama tuan mudamu ini? Kenapa kau tidak memberitahuku. "Mendengar itu Nick menepuk dahinya pelan, lalu tersenyum. " Haha.. Maafkan saya tuan, saya pun lupa bertanya pada tuan muda."Nick menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Bagaimana Nick bisa melupakan hal sepenting itu! Dasar bodoh! Nick mengumpat dirinya sendiri. Felix yang tadi tegang kini ikut tersenyum lega. Kemudian bersuara memperkenalkan diri. "Namaku Felix, Kek""Hahaha ternyata Nera tidak mengganti namamu." Glendale tertawa bahagia begitu juga dengan Nick. "Benarkah?"Felix seolah tidak percaya dengan apa yang dikatakan Glendale."Ya,
Nick mengangguk patuh," Baiklah tuan, kalau begitu saya permisi." Felix hanya menjawab dengan anggukan, matanya masih fokus ke luar jendela dimana dia bisa melihat hiruk pikuk kota saat malam hari. Hal itu mengingatkannya pada sosok Naya, yang begitu ia rindukan.Setelah mendapatkan izin, Nick keluar dari kamar Felix sang tuan muda.Nick bersiap untuk pergi menghadiri pesta yang diadakan Edoardo.Nick menjadi tamu undangan mewakili perusahan Glendale, sebagaimana yang mereka tahu jika pemilik perusahaan Glendale yaitu tuan besar Glendale jarang menghadiri acara seperti ini, dan asisten kepercayaannya lah yang akan diutus.Jam sudah menunjukan pukul delapan malam, para tamu undangan sudah berkumpul di aula hotel berbintang lima yang disewa oleh Edoardo.Edoardo beserta keluarganya juga sudah berada di sana.Terlihat Edoardo sedang berbincang bincang dengan rekan-rekan bisnisnya, begitu juga dengan nyonya Edoardo, ia bergabung bersama para istri dari rekan bisnis suaminya yang juga tem