Dengan langkah gontai Naya mengikuti penjaga, yang ternyata membawa Naya ke pos penjagaan.
Penjaga yang baru Naya ketahui bernama Angga itu, masuk kedalam pos tidak lama sudah keluar lagi membawa kantong plastik."Silahkan. Nona bisa lihat ini untuk memastikan apakah orang yang Nona cari adalah orang yang sama dengan orang ini atau bukan."Angga mengulurkan tangan yang memegang plastik, dengan tangan gemetar Naya menerima plastik itu. Kemudian Naya membukanya, mengeluarkan satu persatu barang yang ada di dalam."Tidak! Ini tidak mungkin!"Tangis Naya pecah begitu melihat barang barang yang dikeluarkannya tadi.Baju itu! Naya masih sangat mengingat dengan jelas warna baju yang dikenakan Felix malam tadi.Baju kemeja berwarna navy, diperkuat dengan ponsel dan sepatu milik Felix yang Naya sangat kenali.Naya meraung sambil memeluk barang barang milik Felik."Felix! Kamu dimana?" "Pak. Apa yang terjadi dengan suami saya? Lalu dimana suami saya sekarang?"Naya bertanya pada Angga di sela tangisnya. Angga sungguh merasa sangat kasihan pada wanita yang ada di hadapannya. Sungguh tidak tega jika membiarkannya meraung seperti ini.Akan tetapi mau bagaimana lagi. Angga juga tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan Felix.Malam tadi angga hanya menemukan barang barang itu, di jalan arah ke pabrik. Yang kebetulan Angga ada bagian jaga malam menggantikan temannya yang sedang sakit."Maaf Nona. Saya sepertinya suami anda diculik, karena jika dia di rampok itu tidak mungkin, karena semua barang berharga masih ada.""Bahkan kami sudah berusaha mencarinya namun kami tidak menemukannya."Angga berusaha menjelaskan apa yang dia ketahui. Naya mengangguk mengerti. Kemudian Naya pamit untuk pergi dan meminta izin untuk membawa barang milik Felix.Naya berniat akan melaporkan kasus ini pada polisi."Felix. Kamu dimana?"___Di rumah besar Glendale."Nick, Aku ingin kamu pergi ke desa S, untuk menjemput cucu ku, sudah waktunya dia kembali." Kakek Glendale sedang berbicara pada Nick asisten pribadinya.Nick mengangguk patuh. "Baik Tuan. Saya akan berangkat sekarang.""Pergilah. Bawa dia kembali Nick."Ma mengangguk. "Baik Tuan." Tanpa membuang buang waktu lagi Nick, langsung pergi ke desa S untuk mencari cucu kakek Glendale.Perjalanan yang ditempuh lumayan jauh, hingga memakan waktu sekitar tiga lamanya."Seperti apa wajahmu cucuku?"Tuan Glendale duduk membayangkan bagaimana rupa dan keadaan cucunya sekarang.Pandangan jauh menerawang kejadian kelam belasan tahun silam yang mengharuskannya melakukan semua ini.Malam hari Nick baru saja tiba di desa S.Desa yang masih asri, udara yang sejuk jauh dari hiruk pikuk perkotaan.Nick melajukan mobilnya pelan menyusuri jalan desa yang belum sepenuhnya beraspal.Jam baru saja menunjukan pukul delapan malam, akan tetapi keadaan desa sudah sangat sepi.Nick memutuskan untuk mencari penginapan untuk melepas penat.Perjalanan yang hampir memakan waktu enam jam itu membuat tubuh Nick merasa lelah.Nick terus saja menyusuri jalan desa. Sudah hampir setengah jam Nick berkeliling namun tidak menemukan penginapan satu pun.Nick menghentikan mobilnya di tepi jalan, kebetulan dari arah depan Nick melihat orang berjalan ke arahnya.Saat orang itu semakin dekat Nick keluar dari mobil."Permisi." Sapa Nick sopan."Iya. Ada apa tuan apa ada yang bisa saya bantu?" tanyanya ramah." Begini Pak, saya sedang mencari penginapan untuk semalam saja, bapak tahu dimana yang ada? Kebetulan saya ingin mencari saudara saya yang tinggal di daerah sini tapi saya tidak tahu alamat persisnya. Berhubung hari sudah malam jadi saya memutuskan untuk mencari penginapan."Nick menjelaskan maksud dan tujuannya berharap orang tadi mau membantunya.Terlihat orang tersebut terlihat mengangguk tanda mengerti."Em. Bagaimana ya? Di desa ini tidak ada penginapan, tapi jika tuan berkenan bagaimana jika malam ini tuan istirahat di tempat saya. Perkenalkan nama saya Bayu ketua kampung ini."Orang yang memperkenalkan diri bernama Bayu itu mengulurkan tangan.Dengan senang hati asisten Nick menerima uluran tangan itu. "Anda bisa panggil saya Nick.""Baiklah, mari tuan Nick. Kita kerumah saya."Nick mengangguk, kemudian mereka pergi ke rumah Bayu menggunakan mobil Nick.____Hari sudah berganti pagi, Nick sudah bersiap untuk mencari Nera.Nera adalah pelayan yang dipercaya tuan Glendale, untuk membawa tuan muda pergi dan menyembunyikan identitasnya.Ketika Nick pamit pada tuan rumah yang saat itu kebetulan sedang berada di teras.Nick pun bertanya pada Bayu apakah dia mengenal Nera atau tidak. Manun jawaban Bayu membuat Nick hampir frustasi.Bagaimana tidak!Bayu mengatakan jika Nera sudah tidak lagi tinggal di desa itu. Bahkan sudah belasan tahun Nera pergi."Jika Tuan Nick tidak percaya mari saya antar ke rumah Nera dulu."Bayu seperti mengerti ketidak puasan Nick dengan ucapannya.Nick mengangguk setuju.Nick dan Bayu tiba di salah satu bagunan rumah bambu yang sudah sangat lapuk dan dipenuhi semak belukar menandakan rumah itu sudah lama tidak berpenghuni."Apa anda tahu kemana Nera pindah?"Nick berharap orang di hadapannya ini memberikan jawaban sesuai yang dia inginkan.Namun harapan Nick harus pupus kala Bayu menggeleng lemah."Maaf tuan saya tidak tahu." Terlihat Bayu merasa bersalah tidak dapat membantu Nick. Tapi mau bagaimana lagi semenjak pergi dari desa itu Nera memutus komunikasi dengan mereka, sehingga tidak ada satu orang pun yang tahu keberadaan Nera."Baiklah. Tidak apa. Terimakasih sudah membantu."Nick pamit untuk kembali ke kota.Nick harus secepatnya memberitahu Tuan besar Glendale tentang masalah ini.Entah bagaimana nanti reaksinya!Di perjalanan pulang Nick mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi.'Nera, kemana kamu membawa tuan muda?'Ahk!!Nick memukul stir mobil dengan Frustasi, Ma kira akan mudah baginya menemukan keberadan Nera, namun justru sebaliknya Nick malah menemui jalan buntu.Nick sedikit memelankan laju kendaraannya di jalan yang berliku dimana kanan kiri terdapat jurang dan hutan lebat.Nick memecingkan mata melihat sesuatu di atas jurang. "Apa itu? Kenapa seperti kaki manusia?"Nick terus menajamkan penglihatannya, saat mobilnya sudah berada tepat berada di bawah jurang tersebut, Nick dapat dengan jelas melihat seseorang tersangkut di pohon."Astaga! Itu benar benar manusia."Mungkin orang itu jatuh dari atas sana, begitu pikir Nick.Nick menghentikan mobilnya lalu turun.Butuh perjuangan untuk Nick sampai di lokasi.Nick melihat seorang pemuda tergeletak, tersangkut di pohon, "Astaga kasihan sekali orang ini." Nick berjongkok untuk memeriksa tubuh pemuda di hadapannya."Luka tusuk."Nick terus berbicara sendiri, kemudian Nick mengecek denyut Nadinya."Masih hidup!" Walau lemah tadi nadinya masih berdenyut, Nick diam sejenak memikirkan cara membawanya turun. Nick bertekad untuk menyelamatkannya."Luka ini harus ditutup agar darahnya tidak terus keluar." Nick mulai membuka baju kemeja yang dikenakan pemuda itu, mengikat luka menggunakan kemeja tadi. Kemudian Nick melepas jas yang di pakainya, lalu memakaikan pada pemuda tersebut.Namun Nick dibuat terkejut saat mengangkat pemuda itu menjadi setelah duduk, tidak sengaja Nick melihat tato elang di bahu sebelah kiri pemuda itu."A_apa ini?"4.Felix menghilang.Nick masih ingat dengan jelas bahwa bayi mungil itu diberi tato elang sebagai tanda bahwa dia putra mahkota keluarga Glendale."A_apa pemuda ini tuan muda? Kenapa tato ini sangat mirip dengan tato milik tuan muda?"Nick masih melihat dengan teliti tato itu."Tu_tuan muda!"Nick membuka mulutnya lebar setengah tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang.Dengan sekuat tenaga Nick menggendong tubuh tak berdaya itu di punggungnya.Nick menuruni bukit dengan hati hati, setelah susah payah akhirnya Nick sampai di mobil. Dengan napas yang masih ngos ngosan Nick membuka pintu belakang mobil nya, memasukan pemuda itu dan membaringkannya dengan pelan disana.Tanpa memikirkan kondisinya Nick, langsung masuk kedalam mobil kemudian melanjutkan perjalanannya.Beberapa bagian tubuhnya terluka.Entahlah mungkin tergores ranting atau apa Nick tidak begitu peduli. Rasa sakit di tubuhnya tidak sepadan dengan gemuruh hatinya setelah melihat tato elang di tubuh pemuda yang sekarang terkapar tidak
Perlahan Felix membuka mata." Dimana ini? "Felix memperhatikan sekelilingnya, ruangan yang didominasi warna putih serta banyak alat medis yang menempel pada tubuhnya membuat Felix yakin jika saat ini sedang berada di rumah sakit. 'Siapakah yang membawanya kemari? Apakah Edoardo yang menemukannya?Felix sempat khawatir saat berpikir demikian.Entah berapa lama Felix tidak sadarkan diri sehingga membuatnya sangat merasa haus, tenggorokan nya sampai terasa sangat kering. Felix melirik meja kecil di samping tempat tidur. Ada air mineral disana. "Ahk!" Felix meringis memegangi perutnya yang terasa sakit saat bergerak. Felix mengurungkan niatnya untuk minum. Felix berharap semoga ada perawat agar Felix bisa meminta tolong. Hari berganti pagi saat seorang dokter datang bersama seorang perawat untuk memeriksanya. "Haus." Felix bersuara sangat pelan, namun perawat yang berada di sebelah Felix masih bisa mendengarnya. "Dok, pasien sudah siuman."Perawat itu memberitahu dokter, kemudian
Glendale menyambut kedatangan Felix dengan hangat. Glendale memeluk Felix erat, dengan ragu Felix membalas pelukan Glendale. "Selamat datang kembali di rumahmu cucuku." Glendale menepuk nepuk pundak Felix. "Selamat datang tuan muda."Nick mengulurkan tangan pada Felix, Felix menyambut dengan bingung. "Te..terimakasih."Glendale mengajak Felix untuk duduk santai di ruang tamu."Maaf tuan, apakah saya boleh bertanya?"Felix yang sedari tadi diam, memberanikan diri untuk bertanya, Felix sungguh bingung dengan semua ini. Glendale mengangguk, "Silahkan.""Sebelumnya saya mau berterima kasih pada anda dan tuan Nick yang sudah sudi menolong saya, saya sangat berhutang budi pada anda tuan. Seharusnya anda tidak perlu repot-repot menyambut kedatangan saya, dan satu lagi, apa anda mengenal nenek saya tuan?"Glendale sudah bisa menebak jika Felix akan menanyakan hal ini. "Nick, ambilkan album foto yang ada di meja kerjaku."Nick mengangguk patuh, Lalu pergi menuju ruang kerja Glendale yan
Nick terlihat kebingungan, kemudian mengingat hal penting apa yang kiranya dia lupakan.Setelah mengingat ingat Nick sangat yakin Nick tidak melupakan satu hal penting yang telah di susunnya terlewat. "Em. Maaf tuan, sepertinya saya tidak melupakan apapun?"" Kau yakin? "Glendale sengaja memasang wajah serius dihadapan Nick. Nick mengangguk pasti. "Nick, apa kau sudah tahu siapa nama tuan mudamu ini? Kenapa kau tidak memberitahuku. "Mendengar itu Nick menepuk dahinya pelan, lalu tersenyum. " Haha.. Maafkan saya tuan, saya pun lupa bertanya pada tuan muda."Nick menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Bagaimana Nick bisa melupakan hal sepenting itu! Dasar bodoh! Nick mengumpat dirinya sendiri. Felix yang tadi tegang kini ikut tersenyum lega. Kemudian bersuara memperkenalkan diri. "Namaku Felix, Kek""Hahaha ternyata Nera tidak mengganti namamu." Glendale tertawa bahagia begitu juga dengan Nick. "Benarkah?"Felix seolah tidak percaya dengan apa yang dikatakan Glendale."Ya,
Nick mengangguk patuh," Baiklah tuan, kalau begitu saya permisi." Felix hanya menjawab dengan anggukan, matanya masih fokus ke luar jendela dimana dia bisa melihat hiruk pikuk kota saat malam hari. Hal itu mengingatkannya pada sosok Naya, yang begitu ia rindukan.Setelah mendapatkan izin, Nick keluar dari kamar Felix sang tuan muda.Nick bersiap untuk pergi menghadiri pesta yang diadakan Edoardo.Nick menjadi tamu undangan mewakili perusahan Glendale, sebagaimana yang mereka tahu jika pemilik perusahaan Glendale yaitu tuan besar Glendale jarang menghadiri acara seperti ini, dan asisten kepercayaannya lah yang akan diutus.Jam sudah menunjukan pukul delapan malam, para tamu undangan sudah berkumpul di aula hotel berbintang lima yang disewa oleh Edoardo.Edoardo beserta keluarganya juga sudah berada di sana.Terlihat Edoardo sedang berbincang bincang dengan rekan-rekan bisnisnya, begitu juga dengan nyonya Edoardo, ia bergabung bersama para istri dari rekan bisnis suaminya yang juga tem
Hari ini jagat maya dihebohkan berita tentang presdir baru kerajaan bisnis perusahaan Glendale.Semua orang yang berkecimpung di dunia bisnis membicarakan hal ini, apalagi tidak ada data lengkap, tidak ada foto satupun tentang presdir Glendale yang baru."Siapa kira-kira presdir baru Glendale, aku kira tuan Nick yang akan menggantikan posisi tuan Glendale, karena selama ini tidak pernah mendengar ada pewaris dari keluarga Glendale, bahkan.." Edoardo menjeda ucapannya seperti sedang mengingat sesuatu."Bukankah dulu, anak, menantu serta cucu tuan Glendale meninggal dalam tragedi kecelakaan?"Edoardo bertanya pada istrinya. Nyonya Edoardo mengangguk, membenarkan ucapan suaminya."Heem, aku juga pernah membaca berita itu dulu yah." jawabnya dengan yakin.Sarapan pagi yang diselingi dengan ngobrol seperti ini biasa keluarga Edoardo lakukan, akan tetapi semenjak kehadiran menantu miskin nya itu, kebiasaan ini tidak ada lagi."Makanlah!"Edoardo memberikan piring bekas makan nya pada Feli
Walaupun kesal Edoardo tetap duduk, menunggu kedatangan Nick.. Tidak mungkin juga dia langsung pulang setelah mengetahui presdir Glendale tidak mau menemuinya, bisa-bisa mereka curiga jika dia datang kesini hanya untuk mencari tahu tentang presdir Glendale.Tidak lama terdengar seseorang mendekat dan benar saja itu adalah Nick." Selamat siang tuan Edoardo."Sapa Nick dengan sopan.Edoardo langsung berdiri, " Siang, tuan Nick, maaf saya mengganggu waktu anda."Edoardo membungkukan sedikit badannya memberi hormat."Tidak apa, silahkan duduk." Edoardo mengangguk, lalu kembali duduk, lalu Nick duduk di sofa yang berseberangan dengan Edoardo."Apa ada hal penting yang harus dibicarakan tuan? Sampai anda repot-repot datang kemari."Nick bertanya tanpa basa basi, membuat Edoardo sedikit gugup."Em..ah! Iya, tentu tuan."Edoardo membuka tas kerjanya, mengeluarkan sebuah map yang berisi tentang penawaran kerjasama, kemudian menyimpannya di atas meja.Ya, hanya itu ide satu satunya yang Edo
Semua orang yang ada ruang rapat histeris.Pingsanya atasan mereka yang tiba-tiba membuat semua panik, terutama Naya yang ikut dalam rapat tersebut."Ayah!" jerit Naya.Naya berhambur memeluk tubuh Edoardo yang tergolek di lantai. Air matanya sudah mengalir deras, Naya sangat takut sekarang."Tolong, siapapun. Cepat tolong!" pekik Naya."Ayo, ayo! Kita angkat tuan Edoardo."Ajak salah satu lelaki yang ada, yang lain hanya mengangguk setuju."Telepon ambulan, cepat!"Teriak salah satu dari mereka.Terlihat sekretaris Edoardo mengeluarkan ponselnya, kemudian menelpon ambulan."Sebentar lagi ambulan sampai, lebih baik kita bawa tuan keruangan dulu." Lizie memberi usul dan yang lain setuju, akhirnya Edoardo dibawa ke ruangannya sambil menunggu mobil ambulan datang.Naya berjalan dipapah oleh Lizie, tiba di ruangan Naya langsung menghampiri Edoardo yang terbaring di sofa."Yah, bangun yah!"Naya mencoba membangunkan Edoardo dengan menggoncang goncang tubuh Edoardo, namun nihil usahanya
“Katakan padanya siapa wanita yang si bodoh itu penjarakan!” bentak Alex pada wanita yang baru saja dia hempaskan dengan telah membuka kain yang disumpalkan pada mulut si wanita. Hiks!“Tolong lepaskan aku Alex.” Wanita itu menangis memohon. Namun bukannya terketuk hati Alex, yang ada Alex malah semakin menatap wanita itu dengan tajam.“Cepat katakan! Rahasia besar yang akan menghancurkan keluarga ini! Haha…” teriaknya.Sonya menatap Felix dan Glendale secara bersamaan.“Tuan Glendale, presdir Albert saya… ingin mengatakan sebuah rahasia yang selama ini saya simpan.” ucap Sonya.Ya. Wanita yang di sekap oleh Alex yaitu Sonya istrinya sendiri.“Katakan padaku. Apa yang anda ketahui nyonya?” tanya Felix mewakili Glendale yang duduk tidak berdaya.“Vanya adalah anak Adrian hasil dari hubungan gelap kami.” Duar!Glendale menggeleng kuat. Dunianya seakan hancur saat itu juga. Putra kebanggaannya tidak akan pernah melakukan hal semengijikan itu.“Anda jangan bohong! Apa maksud anda meng
“Kalian ini, bercandanya tidak lucu.” jawab Edoardo sambil terkekeh.Felix melirik Nick yang sama sedang meliriknya.“Tapi aku serius ayah mertua.” ucap Felix.“Benar tuan. Apa yang dikatakan tuan Albert, aku ingin melamar Embun untuk jadi istriku.” Nick ikut menimpali setelah mengumpulkan keberanian untuk mengatakannya langsung pada Edoardo.“Tunggu-tunggu. Aku masih tidak percaya dengan apa yang aku dengar. Memang sejak kapan anda pacaran dengan putri saya tuan Nick?” tanya Edoardo dengan wajah bingung. Di tidak pernah tahu atau mendengar rumor tentang Nick dan Embun, sekarang tiba-tiba pria itu datang melamar.“Tadi sore.” celetuk Nick yang membuat Edoardo dan Felix menatapnya dengan melongo.Sedangkan Embun yang bersembunyi di belakang tembok sana, menepuk jidatnya mendengar celetukan Nick.‘Astaga! Kulkas nih ya benar-benar dah ah!’ batin Felix mengerutuki Nick.“Sebentar. Apa aku tidak salah dengar? Kau baru sore tadi pacaran dan sekarang….” Edoardo melihat arloji di pergelangan
“Hah! Maksudnya?” Nick tidak mengerti dengan apa yang disampaikan Felix.Dia datang kemari untuk curhat malah dia yang dibuat terkejut dengan kelakuan random tuannya itu.Felix menuntun membawa Nick duduk di sofa, lalu dia pun ikut duduk di samping asistennya itu.“Aku paham. Kau patah hati bukan, karena ditolak oleh Embun atau? Tidak direstui?”Nick tergelak.”Haha…anda salah tuan. Aku datang kemari membawa membawa kabar bahagia.”“Sebentar lagi aku akan menikah tuan. Menikah.” Nick mempertegas ucapannya.“Benarkah? Wanita mana yang apes mendapatkan kulkas macam ini.” ledek Felix, jauh di lubuk hatinya Felix ikut bahagia atas kabar yang disampaikan Nick.“Kau ini. Tentu saja Embun. Siapa lagi.” sahut Nick dengan rada kesal.Walaupun suka menggoda Nick, Felix mengucapkan selamat disertai doa untuk pasangan baru ini.Wah. Jika istrinya tahu bisa heboh! Dan dia harus tahu.Felix meminta Nick untuk menunggu di ruang tamu, pria itu beralasan untuk pergi mandi sebentar setelah itu melanjut
Embun mengarahkan pandangannya sisi lain, dia tidak ingin Nick melihatnya yang tersipu. Jujur Embun merasa pertemuanku kali ini terasa sedang berkencan dan ini yang pertama kalinya untuk gadis itu. Ketika masih bekerja sebagai asisten Nick mereka memang sering makan berdua di cafe, tapi kali ini Embun merasakan sesuatu yang berbeda. Awalnya mereka ngobrol-ngobrol biasa bercerita tentang masa awal keduanya bertemu. Gelak tawa pun tidak lepas dari bibir keduanya. Namun lama kelamaan obrolan mereka mengarah pada hal yang lebih serius.Nick menghadap Embun, menatap wanita itu dalam. Perlahan tangan Nick menyentuh tangan Embun lalu menggenggamnya. Mendapat perlakuan seperti itu, jantung Embun kembali berdisko, gadis itu menundukan kepala tidak berani menatap Nick yang sedang menatapnya tanpa berkedip.“Embun. Ayo menikah.” ucap Nick dengan mantap. Butuh mental yang cukup untuk Nick mengatakan satu kalimat itu.Embun mendongak, menatap Nick dalam, gadis itu sedang mencari kebohongan di
Satu persatu masalah selesai, kini kehidupan mereka sudah berjalan dengan seperti biasa. Felix kini sudah aktif kembali di perusahaan dan Nick selalu setia menemani sang presdir.Nick merasa kehilangan Embun setelah gadis tidak lagi bekerja atas permintaan Edoardo. “Woy! Melamun aja. Galau.” Ledek Felix ketika pria itu masuk kedalam ruangan Nick.Nick melirik sekilas.”Ck! Anda mengagetkan ku saja tuan.” ucap Nick berdecak sebal.Felix terkekeh, kemudian pria itu duduk di kursi yang berhadapan di hadapan Nick.“Kenapa tuh muka, ditekuk mulu?” Felix kembali bertanya, semenjak tidak ada Embun Nick sering murung.“Tidak apa tuan.” “Sudahlah. Kau tidak perlu bohong dengan ku. Kau menyukai Embunkan?”“Ck! Anda sok tahu.” “Tentu saja aku tau, terlihat tuh dari wajah. Dilipat mulu kaya kaya kanebo. Bilang kalau memang suka kenapa harus dipendam. Kau takut dengan mertuaku?” tanya Felix dengan penuh selidik. Padahal jika memang Nick menyukai Embun, Felix malah mendukung. Tidak perlu ada yan
Semua orang terperangah menatap gadis yang diperkenalkan Edoardo. Semua perkiraan mereka salah, seketika suasana hening kembali semua orang hanyut dalam pemikirannya masing-masing.Sejak kapan Edoardo memiliki dua putri? Namun semua terjawab ketika Edoardo menjelaskan secara detail kejadian demi kejadian di masa lalu, seketika suasana pesta menjadi mengharu biru, semua orang begitu terharu terutama kaum ibu-ibu.“Jadi begitu, saya begitu bersyukur hari ini bisa dipertemukan kembali dengan putri kami yang telah lama hilang. Mungkin hanya itu saja, terima kasih sudah mau mendengarkan berita bahagia ini.” Edoardo mengakhiri ceritanya.Setelah acara baby Zayyan, Zayyen usai, banyak yang memberikan ucapan selamat pada mereka. Hari sudah gelap ketika pesta benar-benar usai, para tamu undangan sudah kembali ke rumahnya masing-masing. Kini di rumah itu hanya ada anak buah Nick dan pelayan yang sedang membereskan sisa pesta tadi. Nick pun tidak kalah sibuk saat ini.“Tuan. Minumlah dulu.”
“Maksud ibu apa?!” seru Naya dari balik pintu, wanita itu begitu terkejut dengan penuturan sang ibu. Felix yang berada di samping Naya juga tidak kalah terkejutnya. Nick, pria itu juga terkejut, saking kagetnya Nick hanya diam menatap kedepan tanpa mampu berkata-kata.Mendengar seruan Naya, Melani mendongak menatap putrinya itu, lalu bangun melangkah menghampiri Naya.“Embun. Sayang. Embun adalah adikmu yang hilang dua puluh tahun yang lalu.” jelas Melani, membuat mata Naya melotot tidak percaya.Naya menggeleng kuat. Bagaimana bisa?Sedangkan dari kecil dia tidak memiliki adik, lalu sekarang? Melihat reaksi Naya hanya diam, Melani menuntun wanita itu lalu mengajaknya duduk di samping Embun.Naya yang masih syok hanya menurut, Melani tampak mencari sesuatu dalam tasnya.“Lihat ini sayang.” Melani menunjukan sebuah foto pada mereka terutama Naya.“Ini adalah kamu saat umur satu tahun dan ini” Melani menunjuk satu bayi lagi.“Ini adalah Mila adik kamu yang hilang. Lalu ini.” Melani
Hari ini akan diadakan pesta menyambut kelahiran baby Zayyan dan baby Zayyen. Nick dan Embun menjadi orang tersibuk dalam menyiapkan pesta ini. Mulai dari mencari WO mencari pernak pernik untuk dekorasi sampai hidangan semua di serahkan pada Nick dan Embun. Namun tidak ada wajah lelah di kedua orang tersebut, semua menyiapkannya dengan hati yang bahagia. Rumah megah berlantai dua ini, bagian lantai dasar yang menjadi tempat acara sudah di dekor dengan begitu indah dengan konsep serba biru. Para tamu undangan pun sudah mulai berdatangan.Di kamar baby Zayyan dan Zayyen Melani, Naya di bantu Embun sedang mempersiapkan baby Zayyan dan Zayyen.“Ah. Tuan muda kenapa anda sangat lucu.” ucap Embun dengan gemas. Bayi yang baru berusia tujuh hari, diberi kostum pangeran dengan warna biru. Ah. Itu terlihat sangat lucu!“Iya dong tante. Aku kan memang menggemaskan. Sejak lahir.” sahut Naya, dengan menirukan suara anak kecil. Ketiga wanita itu tergelak tertawa bersama. Sedari tadi Melani t
“Eh. Nyonya ada apa? Kenapa malah bengong di situ?” Suara Embun membuyarkan lamunan Melani dari keterkejutannya.Melani terkesikap, lalu melangkah pelan menghampiri Embun.“Bagaimana apa kamu sudah lebih baik?” Melani balik bertanya.Embun tersenyum lalu mengangguk pelan.” Ini sudah jauh lebih baik nyonya.” ‘Apa benar yang aku lihat barusan? Kenapa tanda itu?’ batin Melani masih bertanya-tanya. Ingin bertanya langsung pada Embun pun rasanya sungkan.“Nyonya.” panggil Embun lagi.“Eh. Iya, ah. Syukurlah kalau kau sudah lebih baik.”“Oh. Iya, aku kemari hanya ingin memberi tahu, jika Naya sudah dipindahkan ke ruang rawat inap.” jelas Melani, kemudian wanita itu duduk di kursi yang menghadap ranjang di mana Embun terbaring. Melani menatap Embun dalam, tangannya menggenggam gadis itu. Entah Melani merasakan sesuatu, tapi entah apa. Melani hanya pernah bertemu dengan Embun dua kali yaitu pada saat acara resepsi pernikahan Naya dan sekarang. Tapi merasa dekat seperti sudah lama kenal.T