Olivia merasakan tubuhnya menegang saat lengan Samuel mengusap payudaranya. Gerakan tangan Samuel yang lihai, membuat tubuh Olivia bergetar hebat, seolah ada jutaan semut berdisko di seluruh permukaan tubuhnya.“Ready??” bisik Samuel sambil mendesah penuh nafsu, diantara nafas Olivia yang naik turun.“Bagaimana dengan mu? Apa kau siap?” Olivia bertanya secara provokatif.“Tentu saja aku siap memulai malam yang panas bersamamu.” Jawab Samuel lalu menggunakan tangannya untuk mengusap pipi Olivia.Olivia tahu dia akan melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya, tapi telapak kakinya seolah terpaku di lantai. Dia bahkan tidak bisa menggerakkan kakinya barang setengah inci pun.Sementara Samuel, tatapan nya kian tajam seolah melalui matanya, ia ingin bergegas membawa Olivia ke langkah selanjutnya.Ibu jari Samuel membelai lembut bibir Olivia yang baru saja ia nikmati.Namun, meski ia sudah merasakan kelembutan dan kekenyalan bibir itu, tatapannya seolah mengatakan bahwa ia masih men
Samuel menghentikan aksinya dan segera menggendong Olivia ala bridal ke ranjang besar yang ada di dalam kamar itu.Olivia yang lemas, dibaringkannya perlahan di atas tempat tidur.Saat itu, Olivia merasakan nafas nya naik turun, yang pastinya di sebabkan oleh kelelahan akibat berpacu dengan sejuta kenikmatan yang Samuel berikan.Sementara Samuel nafas nya juga naik turun. Naik turun dalam nafsu yang mulai tak terkendali saat melihat kemolekan Olivia yang terpampang di depannya. Dimana tidak ada satu helai benang pun yang menutupinya.“Aku berjanji, aku akan menjadikan malam malam panjang yang dipenuhi dengan cinta yang menggebu-gebu.” Ucap Samuel lalu merangkak ke atas tempat tidur dan mulai merentangkan paha Olivia, yang sudah tidak sabar dengan aksi Samuel berikutnya.Mata gelap Olivia melebar saat melihat Samuel tiba-tiba menghilang di antara pahanya.“Dimana dia?” Batin Olivia. Namun sesaat setelahnya, Olivia mendengar gumaman Samuel di bawah sana.“Olivia cantik sekali, aku
Sebelum Olivia benar-benar kabur, Samuel langsung mencium bibir Olivia lalu melangkah mundur, hingga kulit dirinya dan Olivia kembali bersentuhan.. Samuel menembakkan misilnya di ruang sempit yang sebelumnya telah dibasahinya dengan segala cara.. "Mmm.." Erangan pertama keluar sebelum Samuel sepenuhnya memasuki hati Olivia.. Olivia tidak bisa berbohong, gesekan ini membuat gairah Olivia kembali bangkit dan menghilangkan segala ketakutan yang memenuhi kepalanya.. Puas mencium bibir Olivia, Samuel berdiri, memberikan tekanan lebih pada roket yang bergerak maju, sambil terus menggosok ujung roket dan sesekali menekannya.. “Fi!! S-Saaam.." Tubuh Olivia melengkung ketika kenikmatan itu kembali karena gesekan sempurna dari sentuhan Samuel.. Saat dada Olivia terangkat, Samuel segera meraih ujung merah muda itu dan mencicipi, memainkan lidahnya dan meremukkannya dengan penuh semangat.. "Aahh !!" Olivia menghela nafas tertahan sambil menggigit bibinya, berusaha menghilangkan kenikma
“Aku tidak mau menikah! Apalagi menikah dengan om om seperti mu!” Tolak Olivia mentah-mentah. Kejadian penuh gairah semalam tidak membuat keinginannya tumbuh untuk hidup bersama Samuel. Malah yang ada, Olivia semakin yakin Samuel adalah pria brengsek. Samuel saat ini masih bimbang dengan hatinya. Dia masih tidak bisa mendeteksi perasaan apa yang sebenarnya ia punya untuk Olivia. Tapi satu hal yang pasti, dia harus menikahi Olivia. Samuel punya dua alasan untuk hal ini. Pertama, untuk menghindari murka sang ayah. Jangan sampai namanya di coret dari Kartu Keluarga. Dan yang kedua, Samuel ingat betul berapa kali dia melimpahi rahim Olivia dengan benihnya. Se-sebrengseknya seorang Samuel Mitchell, dia masihlah pria yang mempunyai hati nurani untuk tidak menyia-nyiakan keturunannya. Oleh karena itu, dia ingin memastikan Olivia tidak membunuh keturunannya. Sepengetahuan Samuel, ada banyak wanita muda yang memilih untuk aborsi setelah tahu diri mereka hamil. Samuel takut Olivia melakuka
"Mulai saat ini, kamu tidur di sini." Ucap Samuel sambil membukakan pintu kamar nya. "Tunggu! Bukan kah kamu mengatakan kalau kita tidak saling mencampuri urusan pribadi satu sama lainnya? lantas mengapa kamu malah ingin aku pindah ke kamar mu?" Tanya Olivia sambil melipat tangannya menunggu penjelasan dari Samuel. "Kamu mau pernikahan kontrak ini di ketahui oleh ayah ku?" Balas Samuel sengit. "Ayah bisa datang kapan saja. Lantas apa jadinya di saat dia datang dia menemukan kita tidur di kamar berbeda? Kamu mikir sampai situ nggak sih?" lanjut Samuel. "Lalu bagaimana dengan Sonya? Apa kita akan tidur bertiga?" Sarkas Olivia. "Soal Sonya, kamu tidak perlu pikirkan. Mulai sekarang dia akan tinggal di apartemen ku. Bukan di sini. Sini hanya akan ada aku dan kamu saja." Jelas Samuel. Olivia terdiam sejenak setelah mendengar penjelasan Samuel, "apa itu artinya dia akan ebih sering di apartemen dari pada di sini?" batin Olivia.Menurut Olivia, ide Samuel memindahkan Sonya ke apartemen t
"Ini area ku, dan ini area mu!!" Olivia meletak kan dua bantal guling di tengah-tengah tempat tidur. Jangan sampai ada adegan uh ah malam ini. Takutnya kalau Samuel sudah memulai, Olivia malah khilaf. "Kenapa tidak kau bangun saja tembok Berlin saja? Kalau bantal guling seperti nya percuma." Cetus Samuel, sambil membuka kemeja nya sesuka hati di depan Olivia."Hyaaaaa! Kau ini apa-apaan Sam!" teriak Olivia sambil menutup matanya dengan bantal."Seperti kau tidak pernah melihatnya saja." Celetuk Samuel kemudian masuk ke kamar mandi.Olivia yang merasa tidak aman buru-buru mengambil sesuatu dari tasnya. Sesuatu yang dipesannya via Lhopee. "Nah kalau aku memakai ini, meski kedua bantal guling itu terbang ke angkasa raya, aku tidak perlu khawatir. Dia tidak akan bisa melakukan hal yang aneh-aneh pada ku." Gumam Olivia lalu mengenakan baju tidur nya kemudian mengambil posisi tidur. Olivia yakin setelah ia memasang safety tingkat tinggi seperti ini maka malam ini dia bisa tidur nyenyak.*
"Ah sialan! Pasti ada yang mengerjai kita." teriak Dario, kesal. "Aku ingin kau mencari tahu siapa dalang dari semua ini, Dario. Jangan sampai Samuel tahu. Sebab kalau sampai Samuel tahu maka akan buruk bagi kita." ucap Sonya sambil mengenakan bajunya."Kau tenang saja. Jangan sebut nama nya Dario Dedusto, kalau aku tidak bisa menemukan siapa dalang dari semua ini. Bisa-bisanya dia membius kita selama dua hari di dalam kamar ini!" berang Dario."Aku serahkan urusan ini pada mu. Aku harus segera turun. Aku harus segera pergi atau Samuel akan curiga." ujar Sonya, yang kemudian pergi meninggalkan Dario sendirian di kamar.Dario segera menghubungi anak buahnya. Dia ingin cctv di lorong setiap lantai hotel di periksa dan cari tahu siapa dalang dari kejadian ini.***Tidak perlu waktu lama untuk mengungkap siapa dalang dari kegagalan rencana Dario dan Sonya, sebab hanya butuh waktu 20 menit saja, Dario sudah mendapatkan dua nama pelaku dari kegagalan rencana Dario."Ternyata anak buah dan
Olivia memandangi Arya yang sedang terbaring tidak sadarkan diri di dalam ruangan ICU. Jujur, Olivia merasa menyesal dengan semua pemikiran nya tadi pagi yang ingin menghindari Arya. Siapa sangka pertemuannya kemarin di kamar hotel adalah pertemuan terakhirnya dengan Arya dalam kondisi sehat. "Anak siapa?" tanya seorang wanita baya pada Olivia. "Saya mahasiswa nya pak Arya, bu." Jawab Olivia menyeka air mata yang turun tanpa seizinnya. "Ooh, mahasiswa nya. Ibu kira pacarnya. Soalnya anak menangis." Ucap wanita itu sambil menepuk lembut bahu Olivia. "Saya , mama nya Arya. Terima kasih ya, sudah jenguk Arya. Oh iya, perkenalkan nama saya Sania." Wanita yang ternyata adalah ibunya Arya, memperkanalkan dirinya pada Olivia. "Saya Olivia. Saya mahasiswa pak Arya di kampus. Pagi ini seharusnya pak Arya masuk di kelas saya. Tapi ternyata pak Arya -" Ucap Olivia tiba-tiba terhenti sebab Samuel masuk ke dalam ruangan itu. "Sam?" Sania langsung memeluk Samuel dan air mata nya tumpah saat it
Arka yang tidak tahu kalau Yixin akan kembali ke inggris, tidak ada melakukan pergerakan apapun. Dia senang Yixin masuk kerja seperti biasanya.Melihat Yixin dari kejauhan merupakan kesenangan baru bagi Arka saat ini."Apa yang sebenarnya kau lihat disana? Sampai kau tidak menyadari ayah mu masuk sedari tadi sempat mengambil foto mu beberapa kali." Ujar Samuel sambil menyilangkan kaki nya setelah ia duduk di sofa yang berada di tengah ruangan kerja Arka."Daddy? Kapan datang?" tanya Arka menyembunyikan kepanikannya."Sejak perang dunia kedua,." Jawab Samuel asal.Arka mengatur mimik wajahnya setenang mungkin. Jangan sampai ayahnya tahu kalau dia tidak kerja sedari tadi. Satu-satunya hal yang dia lakukan hanya mengintip dari gorden dan melihat Yixin beraktivitas."Daddy aku sangat sibuk hari ini. Jika kedatangan daddy ke kantor hanya untuk membuat ku mendengarkan semua sarkasme daddy itu, sebaik nya aku lanjut kerja saja." Ungkap Arka, dengan wajah no ekspresinya seperti biasa sambil m
"Aku tidak bisa menjanjikan apapun. Tapi aku sangat yakin, Tian tidak akan bersedia menemui mu bila ada hubungannya dengan hal tersebut. " Jawab Tang Shuya semakin membuat perasaan Yixin semakin buruk."Baiklah. Aku paham. Aku akan kembali ke Inggris satu minggu lagi kak. Akan aku selesaikan pekerjaan ku dulu di sini. Baru setelah nya aku akan pulang ke Inggris. Kakak pulang lah lebih dulu. Jangan khawatirkan aku. Adik mu ini tidak akan bunuh dirihanya karena hal itu." Ujar Yixin kemudian berdiri dari duduknya.Dia pergi meninggalkan Tang Shuya."Aku antar." Ucap Tang Shuya yang lebih mirip dengan perintah yang wajib untuk di taati."Apa aku boleh menolak?" tanya Yixin, sambil tersenyum."Tentu saja tidak." Jawab Tang Shuya dan kemudian berjalan bersama Yixin.***Dari kejauhan Bee mengernyitkan dahinya. Dia tentunya tidak salah orang. Toh wajah gadis yang ada di ujung sana, sama persis dengan wajah gadis di foto yang di tunjukan oleh Arka. "Kenapa gadis itu bisa bersama Shuya? Apa j
"Mau sampai kapan kau menunggunya di sini Tang Yixin?" Panggil Tang Shuya pada adik nya, yang sedang duduk bermenung di sebuah taman."Sampai dia datang kak." Jawab Yixin, pelan dan sangat kental dengan rasa harapan yang memudar."Christian tidak akan datang. Sudah! Sudahi saja semua ini Yixin. Pulanglah ke Inggris. Tidak ada gunanya lagi kau mengejar Tian hingga kemari." Bujuk Tang Shuya.Selama ini Tang Shuya memang terlihat tidak peduli pada adik perempuan satu-satunya itu. Tapi jauh di dalam hatinya, dia sangat menyayangi Yixin. Selain itu, tanpa Yixin ketahui, Tang Shuya acap kali membantu Yixin. Yixin tersenyum mendengar apa yang dikatakan oleh kakaknya. Dia tahu benar, bahwa setiap kata yang kakaknya katakan, tidak ada yang salah. Tapi Christian adalah crush landing cintanya. TIdak ada pria lain yang mampu menghapus nama Christian Cook itu hingga saat ini. TIdak ada.Lalu, bagaimana bisa kakak nya memintanya untuk berhenti? Disaat dirinya tahu persis dia tidak tahu bagaimana c
“Kau ini benar-benar…” Arka menghela napas panjang, mencoba menahan amarahnya. “Baiklah, lakukan apa yang kau mau. Tapi ingat, jangan sampai berita ini sampai ke telinga orang tua kita.”Bee tertawa kecil, menunjukkan ekspresi kemenangan di wajahnya. “Tenang saja kak, aku tahu apa yang harus aku lakukan. Lagipula, ini kan demi kebaikanmu juga. Siapa tahu gadis ini bisa membuatmu lebih manusiawi.”Arka hanya bisa mendengus kesal mendengar ucapan adiknya. Dia tahu Bee hanya bercanda, tapi entah kenapa, kali ini leluconnya terasa begitu menyakitkan. Mungkin karena objek leluconnya adalah perasaannya, atau mungkin karena objek leluconnya adalah Yixin, gadis yang entah kenapa berhasil membuatnya merasa tidak nyaman dan nyaman dalam waktu yang sama.“Baiklah, aku akan pergi sekarang. Jangan khawatir, aku akan menyelesaikan tugas ini secepat mungkin.” Bee berdiri dari kursinya, mempersiapkan diri untuk pergi.“Dan satu lagi,” tambah Bee sebelum benar-benar meninggalkan ruangan. “Jangan terla
"Ini, selidiki semua tentang nya." Arka melempar foto Yixin ke atas meja. Gayanya yang bossy sama sekali tidak pilih pilih orang. Bahkan pada adiknya Bee sekalipun dia tidak mengecualikannya. "Apa ini?" tanya Bee penasaran, kemudian mengambil foto Yixin. "Seorang gadis?" Serunya diikuti dengan tatapan mata penuh kecurigaan. "Apa dia adalah gadis yang dari pagi hingga malam mommy selalu cerita kan di rumah? Kau tahu, topik tentang seorang gadis yang mandi berdua dengan mu tenang malam sedang hangat di mansion ayah dan ibu. Jangan bilang ini dia orang nya." Ujar Bee panjang kali lebar dengan nada menggoda. "Siapa pun dia kau tidak perlu tahu. Kau cukup mencari tahu tentang dirinya dan latar belakangnya. Serta kemana dia saat ini. Dia sudah beberapa hari tidak masuk kerja. Dan tidak ada kabar sama sekali darinya." Jelas Arka. "Nah! Nah! Nah! Benar kan? Dia adalah gadis yang buat kan mengusir mommy dan daddy tengah malam. Wah kau sungguh seorang anak yang durhaka Arka Ruiz. Tapi tida
"Joy? Yixin kemana?" tanya Arka pada salah satu managernya yang merupakan sahabatnya Yixin. Semenjak pulang dari rumah Arka waktu itu, Yixin tidak kelihatan batang hidungnya sama sekali. Dia tidak masuk kantor tiga hari, termasuk hari ini. Tidak mungkin dia sakit kan? Arka cukup terganggu akan hal itu."Yixin? Dia-.." Joy yang tadinya ingin menjelaskan kemana pergi nya si makhluk ajaib bernama Tang Yixin itu, malah tidak meneruskan kalimatnya. Dia memandang Arka dengan pandangan penuh curiga. Seingat Joy, hubungan Arka tidak lah seharmonis itu sehingga Arka sampai bersusah payah menanyakn yixin di mana pada dirinya."Ada bos mencari si biang onar?" Tembaknya tanpa basa basi."Ehm! Dia kan adalah salah satu karyawab ku. Aku rasa bukan hal yang aneh bila aku menanyakan keadaannya." Jawab Arka gelagapan. Dia mau jawab apa lagi coba kalau bukan jawaban diplomatis seperti itu."Ooh.." Bukan nya melanjutkan kalimat nya yang tadi, Joya malah hanya ber- Oo ria saja, seolah sengaja menungg
Pandangan mereka beradu. Detak suara jantung saling menabuh di dalam dada mereka masing-masing seolah sedang berpacu satu dengan lainnya. "Aku lupa. Sepertinya aku lupa mematikan kompor." Ujar Yixin beralasan agar bisa kabur. Tapi tentunya Arka sudah tahu kalau itu tidak lebih dari sebuah alasan belaka. Lagian mana mungkin Yixin lupa mematikan kompor. Kalau itu benar maka sudah pasti terbakar rumah Arka sedari tadi. "Apa kau mau kabur?" Tanya Arka, menatap dalam mata Yixin. "Kabur? Kabur kemana? Aku tidak berniat kabur kemana pun. Lagi pula untuk apa aku kabur, sudah jelas pekerjaan ku masih banyak di sini." Ocehnya tidak tentu arah alias asal jawab saja. "Kalau kau memang benar tidak ingin kabur, kenapa kau buru-buru untuk pergi? Apa kau tidak nyaman duduk di atas pangkuan ku?" Tanya Arka penuh jebakan. Bagaimana mungkin ini bukan pertanyaan jebakan. Karena apapun jawaban yang Yixin berikan sudah pasti membuat nya salah. Jika dia katakan dia nyaman, maka apa kabar dunia. Nam
"Ayo buka mulut mu. Ini tidak mudah membuatnya. Aku harus mencuci beras berkali-kali, dan memasaknya sepenuh hati agar tidak gosong." Bak sudah berteman akrab, Yixin memerintah Arka sesukanya. Arka menuruti Yixin. Dia membuka mulutnya dan menerima suapan pertama yang Yixin arahakan ke mulut Arka. Tapi tentu saja bubur itu tidak bisa melewati kerongkongan Arka. Baru masuk ke dalam mulut saja, Arka langsung melepehnya karena terlalu panas. "Kau ingin membunuh ku?" Teriak Arka menyala sepanas bubur yang Yixin masukan ke dalam mulut Arka. "Tentu saja tidak. Kau saja yang bereaksi berlebihan tuan Arka Ruiz. Baru kena senggol bubur hangat saja lebaynya membumi dan melangit." Celoteh Yixin mengejek. Sebenarnya Yixin mengetahui kalau dirinya memang salah langsung memberikan suapan itu begitu saja. Hanya saja dia pikir Arka lah yang akan menghembus bubur itu sendiri, bukan langsung melahap saja. "Sudah-sudah. Aku ingin tidur. Kau pulang lah. Aku sudah tidak ingin makan lagi." Lagi da
"Menjauh dari ku." Perintah Arka, menghindari Yixin. Tapi bukan Tang Yixin nama nya kalau dia akan menuruti perintah seseorang begitu saja. Perintah ayahnya saja dia lawan, apatah lagi hanya perintah seorang Arka Ruiz.“Arka, kau harus mau dibantu. Aku tidak akan meninggalkanmu dalam keadaan seperti ini. Aku akan mencari handuk atau selimut untukmu. Kau harus mengeringkan badanmu dan beristirahat.” Kata Yixin dengan nada bersahabat.“Kau tidak perlu repot-repot. Aku baik-baik saja. Aku hanya perlu tidur sebentar. Kau bisa pergi saja. Aku tidak butuh bantuanmu.” Jawab Arka dengan suara dingin.“Apa kau marah padaku? Aku tahu, semalam kau yang telah menyelamatkan ku. Meski kau juga yang telah menyebabkan aku terjatuh ke kolam. Aku tetap menganggap aku berhutang budi padamu. At least pada akhirnya, kau telah menyelamatkanku dari tenggelam di kolam renang. Dan ini, lihatlah baju ku! ini perbuatan mu juga kan> Sementara kau membiarkan diri mu kedinginan sepanjang malam.” Ucap Yixin dengan