Olivia memandangi Arya yang sedang terbaring tidak sadarkan diri di dalam ruangan ICU. Jujur, Olivia merasa menyesal dengan semua pemikiran nya tadi pagi yang ingin menghindari Arya. Siapa sangka pertemuannya kemarin di kamar hotel adalah pertemuan terakhirnya dengan Arya dalam kondisi sehat. "Anak siapa?" tanya seorang wanita baya pada Olivia. "Saya mahasiswa nya pak Arya, bu." Jawab Olivia menyeka air mata yang turun tanpa seizinnya. "Ooh, mahasiswa nya. Ibu kira pacarnya. Soalnya anak menangis." Ucap wanita itu sambil menepuk lembut bahu Olivia. "Saya , mama nya Arya. Terima kasih ya, sudah jenguk Arya. Oh iya, perkenalkan nama saya Sania." Wanita yang ternyata adalah ibunya Arya, memperkanalkan dirinya pada Olivia. "Saya Olivia. Saya mahasiswa pak Arya di kampus. Pagi ini seharusnya pak Arya masuk di kelas saya. Tapi ternyata pak Arya -" Ucap Olivia tiba-tiba terhenti sebab Samuel masuk ke dalam ruangan itu. "Sam?" Sania langsung memeluk Samuel dan air mata nya tumpah saat it
Olivia masih duduk di depan ruang ICU sambil menatap nanar ke arah pintu ruangan, dimana dosen nya yang bernama Arya terbaring tidak sadarkan diri. Entah mengapa rasa bersalah menyusup ke dalam hatinya melihat keadaan Arya saat ini.Setelah mendengar semua kebohongan yang di tuduhkan kepadanya, sempat terlintas di dalam pikiran Olivia bahwasanya Arya mengalami kecelakaan pasti karena Arya mengetahui sesuatu mengenai kejadian malam itu.Buktinya saja, pagi itu saat ayah Kenz menggerebek Olivia dan Samuel di salah satu kamar hotel, ada Arya berdiri di belakangnya. Dari mana Arya bisa tahu kalau di dalam kamar itu ada Olivia dan Samuel jikalau dia tdiak tahu apapun tentang kejadian malam itu.Hanya saja masalahnya, apa yang Arya ketahui? Mengapa Dario sampai melukainya seperti ini? Bahkan Dario sampai mengarang cerita serta memaksa semua orang untuk memberikan keterangan palsu. Bahkan Ayu! Yang baru saja duduk makan es krim dengan Olivia dan ngobrol soal kerjaan baru di tempat baru beber
Kini sudah terlihat jelas siapa penjahatnya. Ingin rasanya Olivia mengoyak-ngoyak tubuh Dario dengan tangannya, tapi sahabatnya malah memohon padanya untuk menyudahi semuanya cukup sampai di sini."Daaaamn!" Umpat Olivia, tak berdaya. Tiada apapun kini yang dapat Olivia lakukan. ***Satu minggu pun telah berlalu sejak kejadian itu. Ayu masih menutup dirinya, dengan menolak bertemu dengan siapapun termasuk Bagas, kakak kandungnya sendiri.Tapi kehidupan Olivia pun tidak lebih baik dari pada Ayu. Dia yang tinggal seatap bertiga dengan Samuel dan Sonya, merasakan dunia pun sudah seperti arena perperangan.Setiap hari ada saja yang Sonya lakukan untuk membuat Olivia susah.Seperti yang terjadi pada hari ini. Sonya kembali ingin membuat Olivia gerah dengan kata-kata nyelekitnya."Apa itu yang nama nya wanita baik-baik? Pergi di jemput oleh cowok dan pulang di antar oleh cowok? Persis seperti wanita murahan! Apa itu yang diturun kan oleh DNA orang tua mu?" Sindir Sonya yang kali ini sudah
Tragedi bacot itu membuat Olivia kembali adu mulut dengan Samuel. Karena apa? karena Samuel kembali membela Sonya, sang ratu drama."Kau harus tahu Sam, aku itu bukan tanpa alasan memarahinya Sam! Coba kamu bayangkan saja, gadis baik-baik mana yang diantar oleh cowok nggak di kenal?!!" Tukas Sonya, memprovokasi Samuel."Tante Sonya aja kali yang nggak kenal, aku kenal kok. Dia teman kampus ku." Sahut Olivia, membela diri."Teman kampus?" Ulang Samuel penuh selidik."Ya!! Teman kampus. Memangnya apa salahnya kalau ada teman kampus yang bersedia mengantar dan menjemput ku?" Balas Olivia nyelekit. Seolah dia ingin menegaskan bahwa Samuel sama sekalli tidak punya hak untuk mengatur siapa saja yang berhubungan dengannya. Toh pernikahan mereka hanya pura-pura dan di dalam surat kontrak yang mereka tanda tangani, tertera jelas di larang ikut campur urusan pribadi masing-masing.Samuel terdiam. Sepertinya dia juga ingat akan hal itu. Tapi untuk membiarkan hal ini begitu saja, dia pun tidak b
"Tunggu aku. Dan jangan pulang sampai aku datang menjemput mu. Kau dengar apa yang aku katakan?" Tekan ku, aku tidak ingin Olivia pulang dengan orang lain lagi.Tapi tanpa mengucapkan ya atau tidak, Olivia meloyor pergi. Dia benar-benar tidak menganggap Samuel ada. Bahkan sepanjang perjalanan dia hanya diam dan melihat keluar jendela. Tidak ada inisiatif sedikit pun untuk mengajak Samuel bicara.Samuel masih berada di sana. Entah apa yang menahannya untuk berada lebih lama di tempat itu. Tapi yang pasti, dia pergi dengan rasa marah setelah seorang pemuda datang menghampiri Olivia. Mereka tertawa bersama bahkan berbagi sandwich bersama. Sebuah momen indah tapi terasa sangat merusak mata bagi Samuel.Setelah Samuel meninggalkan kampus itu, Olivia mengembalikan potongan Sandwich yang diterima nya tadi dari Saka."Loh kok di kembalikan?" Tanya Saka, heran."Mendadak aku kenyang. Ini makanlah, belum aku makan. Sayang kalau ini terbuang." Ujar Olivia.Saka pun terpaksa menerima kembali pot
#Samuel POVSudah dua hari Olivia menghilang, dan aku sudah mencarinya kemana-mana tapi aku tidak bisa menemukannya. Jujur saat ini aku sangat mencemaskannya. Meski aku bertingkah membencinya tapi disaat dia tidak terlihat lagi di depan mataku, aku merasa sesak. Apalagi saat ini aku sama sekali tidak tahu dimana dia berada."Apa kau tidak bisa berhenti mencarinya Samuel? Olivia itu sudah dewasa! Dia bisa menjaga dirinya sendiri. Kau tidak perlu heboh seperti ini!" repet Sonya tidak henti-henti sejak kami mulai jalan dari rumah hingga ke kampusnya Olivia.Sungguh membuat telingaku sakit!"Sam! Kau dengar aku nggak sih?" Rengeknya, menjengkelkan."Tentu saja aku mendengarkan mu, Sonya! Tapi please mengertilah! Olivia itu titipan ayah ku. Kau masih ingat, kan? Dia adalah alasan mengapa aku disuruh kembali ke Indonesia." Terangku untuk ke sekian kalinya.Aku tentu nya menyadari kalau hubungan Sonya dan Olivia tidak lah rukun. Tapi bukan lantas rasa kemanusian Sonya menghilang?! Ini Olivi
"Bagas? Adik mu mana?" Tanya Samuel tergesa-gesa begitu sampai di rumah Bagas. Dari rautnya, terlihat jelas saat ini dia sedang panik."Ayu? Kau mencari Ayu?" Bukannya menjawab pertanyaan Samuel, Bagas malah bertanya balik karena memang tidak pernah- pernah Samuel bertanya soal adiknya. "Iya! Mana adik mu? Aku ingin bertemu Gas, ini penting!" Desak Samuel."Ayu ada di dalam." Jawab Bagas.Bagas sebenarnya tidak ingin adiknya yang sedang sakit dia ganggu oleh siapapun, tapi karena melihat Samuel yang sepertinya punya hal penting untuk dibicarakan dengan Ayu, akhirnya Bagas mengizinkan."Ayo ikut aku. Tapi jangan lama-lama. Sebab Ayu masih belum sehat." ujar Bagas, membawa Samuel pergi ke kamar Ayu. "Memang nya Ayu sakit apa?" tanya, Samuel penasaran, sambil berjalan di samping Bagas. "Entahlah! Sudah beberapa waktu ini Ayu tidak ingin makan dan terus mengurung diri di kamar. Dan hampir tiap malam ia mimpi buruk. Dia terus berteriak-teriak tidak jelas." Jawab Bagas.Samuel hanya men
Samuel POV.Mata ku terus melihat satu persatu nomor yang tertera di depan setiap pintu kamar hotel sambil terus mengingat nomor kamar yang Ayu katakan."Kak, nomor kamarnya 307. Hotel Rosaline. Aku yakin Dario pasti membawa Olivia ke hotel itu. Tempat ia melakukan perbuatan bejatnya pada ku. Cepatlah kak! Tolong OLivia! Aku khawatir, Dario berbuat yang tidak-tidak padanya."Kata-kata Ayu terus tergiang di telinga ku, membuat ku semakin mengkhawtirkan keselamatan Olivia."302!!" Secepat mungkin aku berlari menuju kamar hotel nomor 307 yang ku yakini pastilah hanya beberapa kamar dari kamar 302."TIdaaaaak!!!!!" Langkah ku langsung terhenti saat aku mendengar teriakan Olivia dari balik pintu yang tidak tertutup rapat di kamar 307.Darah ku langsung mendidih, dan aku pun menendang pintu dengan keras, hingga pintu itu terbuka lebar. "BRukkK!!" Pintu itu terbuka dengan suara dentuman yang keras. Samuel melihat Dario yang sedang menindih Olivia di atas ranjang. Tapi sepertinya Dario tida
Arka yang tidak tahu kalau Yixin akan kembali ke inggris, tidak ada melakukan pergerakan apapun. Dia senang Yixin masuk kerja seperti biasanya.Melihat Yixin dari kejauhan merupakan kesenangan baru bagi Arka saat ini."Apa yang sebenarnya kau lihat disana? Sampai kau tidak menyadari ayah mu masuk sedari tadi sempat mengambil foto mu beberapa kali." Ujar Samuel sambil menyilangkan kaki nya setelah ia duduk di sofa yang berada di tengah ruangan kerja Arka."Daddy? Kapan datang?" tanya Arka menyembunyikan kepanikannya."Sejak perang dunia kedua,." Jawab Samuel asal.Arka mengatur mimik wajahnya setenang mungkin. Jangan sampai ayahnya tahu kalau dia tidak kerja sedari tadi. Satu-satunya hal yang dia lakukan hanya mengintip dari gorden dan melihat Yixin beraktivitas."Daddy aku sangat sibuk hari ini. Jika kedatangan daddy ke kantor hanya untuk membuat ku mendengarkan semua sarkasme daddy itu, sebaik nya aku lanjut kerja saja." Ungkap Arka, dengan wajah no ekspresinya seperti biasa sambil m
"Aku tidak bisa menjanjikan apapun. Tapi aku sangat yakin, Tian tidak akan bersedia menemui mu bila ada hubungannya dengan hal tersebut. " Jawab Tang Shuya semakin membuat perasaan Yixin semakin buruk."Baiklah. Aku paham. Aku akan kembali ke Inggris satu minggu lagi kak. Akan aku selesaikan pekerjaan ku dulu di sini. Baru setelah nya aku akan pulang ke Inggris. Kakak pulang lah lebih dulu. Jangan khawatirkan aku. Adik mu ini tidak akan bunuh dirihanya karena hal itu." Ujar Yixin kemudian berdiri dari duduknya.Dia pergi meninggalkan Tang Shuya."Aku antar." Ucap Tang Shuya yang lebih mirip dengan perintah yang wajib untuk di taati."Apa aku boleh menolak?" tanya Yixin, sambil tersenyum."Tentu saja tidak." Jawab Tang Shuya dan kemudian berjalan bersama Yixin.***Dari kejauhan Bee mengernyitkan dahinya. Dia tentunya tidak salah orang. Toh wajah gadis yang ada di ujung sana, sama persis dengan wajah gadis di foto yang di tunjukan oleh Arka. "Kenapa gadis itu bisa bersama Shuya? Apa j
"Mau sampai kapan kau menunggunya di sini Tang Yixin?" Panggil Tang Shuya pada adik nya, yang sedang duduk bermenung di sebuah taman."Sampai dia datang kak." Jawab Yixin, pelan dan sangat kental dengan rasa harapan yang memudar."Christian tidak akan datang. Sudah! Sudahi saja semua ini Yixin. Pulanglah ke Inggris. Tidak ada gunanya lagi kau mengejar Tian hingga kemari." Bujuk Tang Shuya.Selama ini Tang Shuya memang terlihat tidak peduli pada adik perempuan satu-satunya itu. Tapi jauh di dalam hatinya, dia sangat menyayangi Yixin. Selain itu, tanpa Yixin ketahui, Tang Shuya acap kali membantu Yixin. Yixin tersenyum mendengar apa yang dikatakan oleh kakaknya. Dia tahu benar, bahwa setiap kata yang kakaknya katakan, tidak ada yang salah. Tapi Christian adalah crush landing cintanya. TIdak ada pria lain yang mampu menghapus nama Christian Cook itu hingga saat ini. TIdak ada.Lalu, bagaimana bisa kakak nya memintanya untuk berhenti? Disaat dirinya tahu persis dia tidak tahu bagaimana c
“Kau ini benar-benar…” Arka menghela napas panjang, mencoba menahan amarahnya. “Baiklah, lakukan apa yang kau mau. Tapi ingat, jangan sampai berita ini sampai ke telinga orang tua kita.”Bee tertawa kecil, menunjukkan ekspresi kemenangan di wajahnya. “Tenang saja kak, aku tahu apa yang harus aku lakukan. Lagipula, ini kan demi kebaikanmu juga. Siapa tahu gadis ini bisa membuatmu lebih manusiawi.”Arka hanya bisa mendengus kesal mendengar ucapan adiknya. Dia tahu Bee hanya bercanda, tapi entah kenapa, kali ini leluconnya terasa begitu menyakitkan. Mungkin karena objek leluconnya adalah perasaannya, atau mungkin karena objek leluconnya adalah Yixin, gadis yang entah kenapa berhasil membuatnya merasa tidak nyaman dan nyaman dalam waktu yang sama.“Baiklah, aku akan pergi sekarang. Jangan khawatir, aku akan menyelesaikan tugas ini secepat mungkin.” Bee berdiri dari kursinya, mempersiapkan diri untuk pergi.“Dan satu lagi,” tambah Bee sebelum benar-benar meninggalkan ruangan. “Jangan terla
"Ini, selidiki semua tentang nya." Arka melempar foto Yixin ke atas meja. Gayanya yang bossy sama sekali tidak pilih pilih orang. Bahkan pada adiknya Bee sekalipun dia tidak mengecualikannya. "Apa ini?" tanya Bee penasaran, kemudian mengambil foto Yixin. "Seorang gadis?" Serunya diikuti dengan tatapan mata penuh kecurigaan. "Apa dia adalah gadis yang dari pagi hingga malam mommy selalu cerita kan di rumah? Kau tahu, topik tentang seorang gadis yang mandi berdua dengan mu tenang malam sedang hangat di mansion ayah dan ibu. Jangan bilang ini dia orang nya." Ujar Bee panjang kali lebar dengan nada menggoda. "Siapa pun dia kau tidak perlu tahu. Kau cukup mencari tahu tentang dirinya dan latar belakangnya. Serta kemana dia saat ini. Dia sudah beberapa hari tidak masuk kerja. Dan tidak ada kabar sama sekali darinya." Jelas Arka. "Nah! Nah! Nah! Benar kan? Dia adalah gadis yang buat kan mengusir mommy dan daddy tengah malam. Wah kau sungguh seorang anak yang durhaka Arka Ruiz. Tapi tida
"Joy? Yixin kemana?" tanya Arka pada salah satu managernya yang merupakan sahabatnya Yixin. Semenjak pulang dari rumah Arka waktu itu, Yixin tidak kelihatan batang hidungnya sama sekali. Dia tidak masuk kantor tiga hari, termasuk hari ini. Tidak mungkin dia sakit kan? Arka cukup terganggu akan hal itu."Yixin? Dia-.." Joy yang tadinya ingin menjelaskan kemana pergi nya si makhluk ajaib bernama Tang Yixin itu, malah tidak meneruskan kalimatnya. Dia memandang Arka dengan pandangan penuh curiga. Seingat Joy, hubungan Arka tidak lah seharmonis itu sehingga Arka sampai bersusah payah menanyakn yixin di mana pada dirinya."Ada bos mencari si biang onar?" Tembaknya tanpa basa basi."Ehm! Dia kan adalah salah satu karyawab ku. Aku rasa bukan hal yang aneh bila aku menanyakan keadaannya." Jawab Arka gelagapan. Dia mau jawab apa lagi coba kalau bukan jawaban diplomatis seperti itu."Ooh.." Bukan nya melanjutkan kalimat nya yang tadi, Joya malah hanya ber- Oo ria saja, seolah sengaja menungg
Pandangan mereka beradu. Detak suara jantung saling menabuh di dalam dada mereka masing-masing seolah sedang berpacu satu dengan lainnya. "Aku lupa. Sepertinya aku lupa mematikan kompor." Ujar Yixin beralasan agar bisa kabur. Tapi tentunya Arka sudah tahu kalau itu tidak lebih dari sebuah alasan belaka. Lagian mana mungkin Yixin lupa mematikan kompor. Kalau itu benar maka sudah pasti terbakar rumah Arka sedari tadi. "Apa kau mau kabur?" Tanya Arka, menatap dalam mata Yixin. "Kabur? Kabur kemana? Aku tidak berniat kabur kemana pun. Lagi pula untuk apa aku kabur, sudah jelas pekerjaan ku masih banyak di sini." Ocehnya tidak tentu arah alias asal jawab saja. "Kalau kau memang benar tidak ingin kabur, kenapa kau buru-buru untuk pergi? Apa kau tidak nyaman duduk di atas pangkuan ku?" Tanya Arka penuh jebakan. Bagaimana mungkin ini bukan pertanyaan jebakan. Karena apapun jawaban yang Yixin berikan sudah pasti membuat nya salah. Jika dia katakan dia nyaman, maka apa kabar dunia. Nam
"Ayo buka mulut mu. Ini tidak mudah membuatnya. Aku harus mencuci beras berkali-kali, dan memasaknya sepenuh hati agar tidak gosong." Bak sudah berteman akrab, Yixin memerintah Arka sesukanya. Arka menuruti Yixin. Dia membuka mulutnya dan menerima suapan pertama yang Yixin arahakan ke mulut Arka. Tapi tentu saja bubur itu tidak bisa melewati kerongkongan Arka. Baru masuk ke dalam mulut saja, Arka langsung melepehnya karena terlalu panas. "Kau ingin membunuh ku?" Teriak Arka menyala sepanas bubur yang Yixin masukan ke dalam mulut Arka. "Tentu saja tidak. Kau saja yang bereaksi berlebihan tuan Arka Ruiz. Baru kena senggol bubur hangat saja lebaynya membumi dan melangit." Celoteh Yixin mengejek. Sebenarnya Yixin mengetahui kalau dirinya memang salah langsung memberikan suapan itu begitu saja. Hanya saja dia pikir Arka lah yang akan menghembus bubur itu sendiri, bukan langsung melahap saja. "Sudah-sudah. Aku ingin tidur. Kau pulang lah. Aku sudah tidak ingin makan lagi." Lagi da
"Menjauh dari ku." Perintah Arka, menghindari Yixin. Tapi bukan Tang Yixin nama nya kalau dia akan menuruti perintah seseorang begitu saja. Perintah ayahnya saja dia lawan, apatah lagi hanya perintah seorang Arka Ruiz.“Arka, kau harus mau dibantu. Aku tidak akan meninggalkanmu dalam keadaan seperti ini. Aku akan mencari handuk atau selimut untukmu. Kau harus mengeringkan badanmu dan beristirahat.” Kata Yixin dengan nada bersahabat.“Kau tidak perlu repot-repot. Aku baik-baik saja. Aku hanya perlu tidur sebentar. Kau bisa pergi saja. Aku tidak butuh bantuanmu.” Jawab Arka dengan suara dingin.“Apa kau marah padaku? Aku tahu, semalam kau yang telah menyelamatkan ku. Meski kau juga yang telah menyebabkan aku terjatuh ke kolam. Aku tetap menganggap aku berhutang budi padamu. At least pada akhirnya, kau telah menyelamatkanku dari tenggelam di kolam renang. Dan ini, lihatlah baju ku! ini perbuatan mu juga kan> Sementara kau membiarkan diri mu kedinginan sepanjang malam.” Ucap Yixin dengan