"Bagas? Adik mu mana?" Tanya Samuel tergesa-gesa begitu sampai di rumah Bagas. Dari rautnya, terlihat jelas saat ini dia sedang panik."Ayu? Kau mencari Ayu?" Bukannya menjawab pertanyaan Samuel, Bagas malah bertanya balik karena memang tidak pernah- pernah Samuel bertanya soal adiknya. "Iya! Mana adik mu? Aku ingin bertemu Gas, ini penting!" Desak Samuel."Ayu ada di dalam." Jawab Bagas.Bagas sebenarnya tidak ingin adiknya yang sedang sakit dia ganggu oleh siapapun, tapi karena melihat Samuel yang sepertinya punya hal penting untuk dibicarakan dengan Ayu, akhirnya Bagas mengizinkan."Ayo ikut aku. Tapi jangan lama-lama. Sebab Ayu masih belum sehat." ujar Bagas, membawa Samuel pergi ke kamar Ayu. "Memang nya Ayu sakit apa?" tanya, Samuel penasaran, sambil berjalan di samping Bagas. "Entahlah! Sudah beberapa waktu ini Ayu tidak ingin makan dan terus mengurung diri di kamar. Dan hampir tiap malam ia mimpi buruk. Dia terus berteriak-teriak tidak jelas." Jawab Bagas.Samuel hanya men
Samuel POV.Mata ku terus melihat satu persatu nomor yang tertera di depan setiap pintu kamar hotel sambil terus mengingat nomor kamar yang Ayu katakan."Kak, nomor kamarnya 307. Hotel Rosaline. Aku yakin Dario pasti membawa Olivia ke hotel itu. Tempat ia melakukan perbuatan bejatnya pada ku. Cepatlah kak! Tolong OLivia! Aku khawatir, Dario berbuat yang tidak-tidak padanya."Kata-kata Ayu terus tergiang di telinga ku, membuat ku semakin mengkhawtirkan keselamatan Olivia."302!!" Secepat mungkin aku berlari menuju kamar hotel nomor 307 yang ku yakini pastilah hanya beberapa kamar dari kamar 302."TIdaaaaak!!!!!" Langkah ku langsung terhenti saat aku mendengar teriakan Olivia dari balik pintu yang tidak tertutup rapat di kamar 307.Darah ku langsung mendidih, dan aku pun menendang pintu dengan keras, hingga pintu itu terbuka lebar. "BRukkK!!" Pintu itu terbuka dengan suara dentuman yang keras. Samuel melihat Dario yang sedang menindih Olivia di atas ranjang. Tapi sepertinya Dario tida
Samuel menghujami tubuh Olivia, seakan dia tengah menghapus jejak pria bejat itu dari tubuh Olivia. Olivia hanya diam sambil sesekali sesegukan. Dia nya terlalu shock atas semua yang terjadi. "Berhenti lah menangis, aku tidak suka melihat air mata membasahi pipi mu." Samuel mengecup lembut pipi Olivia. "Mengapa kau melakukan ini? kau tidak ada bedanya dengan Dario. Kalian sama-sama hanya menginginkan tubuh ku." lirih Olivia. "Aku tidak hanya menginginkan tubuh mu, aku juga menginginkan cinta mu. Aku mencintaimu Olivia Turner." balas Samuel, lalu membalikkan tubuh Olivia agar dia bisa menatap ke dalam mata Olivia. "Lihat aku Liv, dan katakan kalau kau tidak bisa menemukan cinta di dalam sana." Paksa Samuel. Tapi Olivia langsung membuang pandangan. "Liv..! Aku mencintaimu. Aku menginginkan mu!""Sudah terlambat. Aku kotor. Pria lain telah menyentuh ku." Tangis Olivia kembali pecah. "Akan ku hapus semua jejaknya." Samuel langsung mengendong Olivia dan membawa nya masuk ke kamar m
Samuel menjilat paha Olivia hingga ke titik inti tubuh Olivia. Membuat Olivia mendesah tidak karuan."Aaakh!! Sam! Ough!! Uhmm..." Jeritnya manja sambik meremas rambut Samuel untuk menyalurkan desiran rasa geli namun nikmat yang saat ini ia rasakan di sekijur tubuhnya."Ough! Uhmm,.. Sam! Ah!" lenguhan Olivia, menggigit bibir bawahnya, menikmati setiap sensasi aneh yang bawah sana. "Oh Shit! Vagina mu sudah sangat basah, Liv! I Like it!" gumam Samuel, kemudian kembali meraup dengan rakus bibir tembem yang merah merekah di hadapannya."Sam! Kyaaa! Ah!" jerit Olivia, terkejut dengan lumatan Samuel di bawah sana."Sial! Dia memang sangat nikmat!" batin Samuel, yang semakin tagih menjilati inti milik Olivia.Melihat Olivia yang sangat menikmati akan jilatannya dan hisapannya, Samuel berpikir untuk membuat Olivia lebih fly lagi.Dengan sigap, Samuel memasukan dua jarinya ke dalam liang Olivia. Dan seketika itu pula, teriakan penuh kenikmatan meluncur dari mulut Olivia."Aaaaaahk!! Aaahk!
Satu minggu lamanya, Samuel dan Olivia menghilang dari radar semuanya. Mereka memutuskan untuk menikmati masa-masa indah penuh cinta mereka berdua. Dan hari ini adalah hari terakhir mereka bersama menikmati cinta mereka."Apa kau yakin ingin mengatakan semuanya pada Sonya? Aku tidak keberatan jika-" Kata-kata Olivia terputus karena Samuel langsung menutup mulut Olivia dengan mulutnya."Jangan mengulang pertanyaan yang sama berkali-kali sayang. AKu sudah putuskan untuk mengakhiri hubungan ku dengan Olivia. Bukan salah ku jika dia melakukan hal-hal yang aneh setelah kami putus nantinya." Tegas Samuel untuk kesekian kalinya."Tapi bukan kah itu bisa membahayakan nyawanya? Bagaimana kalau dia bunuh diri -" lagi-lagi Olivia tidak bisa menyelesaikan perkataan nya karena Samuel lagi-lagi meraup rakus bibirnya."Jangan hanya pikirkan tentang orang lain. Saat ini yang terpenting adalah cinta kita. Aku yakin Deri pasti bisa mengurus adiknya. Aku sudah membantunya sangat lama, dan menurut ku itu
"Apa kau tidak masalah dengan ini?" Tanya Samuel, menatap Olivia dengan perasaan yang tidak enak. Samuel yakin saat ini Olivia pasti sulit untuk memutuskan. Karena baru saja mereka merasakan kebahagian, kini mereka diminta untuk berkorban demi keselamatan Sonya. "Tidak masalah. Jika memang hanya itu yang bisa membuat Sonya kembali seperti semula, aku rasa tidak apa-apa." Akhirnya dengan berat hari Olivia menyetujui permintaan Deri. "Aku sangat berterima kasih pada mu, Olivia. Kau sungguh gadis yang baik. Wajar saja jika Samuel akhir melabuhkan hati nya pada." Ujar Deri yang menatap Olivia dan Samuel dengan penuh rasa terima kasih. Deri sungguh tidak menyangka Samuel dan Olivia bersedia melakukan ini, mengingat Samuel telah mengatakan kalau dia sudah tidak bisa menolong Sonya lagi. Dia sungguh tidak menyangka, permintaan nya untuk bertemu dengan Samuel dan Olivia secara langsung di kabulkan oleh Samuel. "Lalu bagaimana keadaan Olivia saat ini?" Tanya Olivia. "Kondisi nya tidak dapa
Sepanjang malam Olivia tidak bisa tidur tenang. Entah mengapa semua keikhlasannya teras menguap ke angkasa raya karena melihat Samuel pergi bersama Sonya ke kamar Sonya. Jujur!! Hanya dengan membayangkan Samuel berada satu kamar dengan Sonya, sudah berhasil membuat Olivia terbakar cemburu. Dia sampai kesulitan untuk memejamkan matanya menyentuh dunia mimpi saking dasyatnya rasa cemburu membakar dirinya. "Tenang lah Olivia. Tidak akan terjadi apapun antara Samuel dan Sonya. Samuel itu hanya milikmu." Bagaikan orang bodoh Olivia berusaha untuk menenangkan dirinya, meminta dirinya percaya dengan sang suami. "Tidak! Aku tidak boleh cemburu. Aku harus percaya pada Samuel! Lagi pula, tidak ada yang aneh-aneh!" Olivia kembali meyakinkan dirinya. Meski harus melewatkan beberapa jam dengan perasaan yang gundah, akhirnya, Olivia bisa memejamkan matanya dan jatuh ke dalam dunia mimpi. Karena Olivia tahu, meski dia mikir hingga goblok sekalipun, situasi tidak akan berubah. So, Meski masih me
Sonya menatap Olivia dengan senyum misterius yang menggantung di bibirnya. Dia sengaja membiarkan kalimatnya terbata-bata, seolah-olah ada rahasia besar yang belum terungkap. “Semalam Samuel…” katanya dengan nada menggoda, lalu berhenti sejenak.Olivia merasakan denyut nadinya meningkat tajam. Apa yang dimaksud Sonya dengan semalam Samuel? Apakah ada sesuatu yang terjadi di antara mereka? Hatinya berdebar-debar, mencoba untuk menahan emosinya.Seiring dengan senyum Sonya yang semakin mencurigakan, Olivia mencoba menjawab dengan wajah datar, “Baiklah, aku akan membuatnya.”Olivia bergegas ke dapur, mencoba menenangkan dirinya sekaligus memproses semua pikiran buruk yang menguasai hati dan pikirannya.Tapi semakin Olivia pikirankan, pikirannya semakin berkecamuk, mencoba memilah antara rasa cemburu, rasa ingin menolong, dan juga rasa percaya yang mulai terkikis.Meskipun Olivia tahu bahwa situasi ini hanya pura-pura, tetapi setiap kata Sonya menggoyahkan keyakinannya.Lagi pula, untuk a
Arka yang tidak tahu kalau Yixin akan kembali ke inggris, tidak ada melakukan pergerakan apapun. Dia senang Yixin masuk kerja seperti biasanya.Melihat Yixin dari kejauhan merupakan kesenangan baru bagi Arka saat ini."Apa yang sebenarnya kau lihat disana? Sampai kau tidak menyadari ayah mu masuk sedari tadi sempat mengambil foto mu beberapa kali." Ujar Samuel sambil menyilangkan kaki nya setelah ia duduk di sofa yang berada di tengah ruangan kerja Arka."Daddy? Kapan datang?" tanya Arka menyembunyikan kepanikannya."Sejak perang dunia kedua,." Jawab Samuel asal.Arka mengatur mimik wajahnya setenang mungkin. Jangan sampai ayahnya tahu kalau dia tidak kerja sedari tadi. Satu-satunya hal yang dia lakukan hanya mengintip dari gorden dan melihat Yixin beraktivitas."Daddy aku sangat sibuk hari ini. Jika kedatangan daddy ke kantor hanya untuk membuat ku mendengarkan semua sarkasme daddy itu, sebaik nya aku lanjut kerja saja." Ungkap Arka, dengan wajah no ekspresinya seperti biasa sambil m
"Aku tidak bisa menjanjikan apapun. Tapi aku sangat yakin, Tian tidak akan bersedia menemui mu bila ada hubungannya dengan hal tersebut. " Jawab Tang Shuya semakin membuat perasaan Yixin semakin buruk."Baiklah. Aku paham. Aku akan kembali ke Inggris satu minggu lagi kak. Akan aku selesaikan pekerjaan ku dulu di sini. Baru setelah nya aku akan pulang ke Inggris. Kakak pulang lah lebih dulu. Jangan khawatirkan aku. Adik mu ini tidak akan bunuh dirihanya karena hal itu." Ujar Yixin kemudian berdiri dari duduknya.Dia pergi meninggalkan Tang Shuya."Aku antar." Ucap Tang Shuya yang lebih mirip dengan perintah yang wajib untuk di taati."Apa aku boleh menolak?" tanya Yixin, sambil tersenyum."Tentu saja tidak." Jawab Tang Shuya dan kemudian berjalan bersama Yixin.***Dari kejauhan Bee mengernyitkan dahinya. Dia tentunya tidak salah orang. Toh wajah gadis yang ada di ujung sana, sama persis dengan wajah gadis di foto yang di tunjukan oleh Arka. "Kenapa gadis itu bisa bersama Shuya? Apa j
"Mau sampai kapan kau menunggunya di sini Tang Yixin?" Panggil Tang Shuya pada adik nya, yang sedang duduk bermenung di sebuah taman."Sampai dia datang kak." Jawab Yixin, pelan dan sangat kental dengan rasa harapan yang memudar."Christian tidak akan datang. Sudah! Sudahi saja semua ini Yixin. Pulanglah ke Inggris. Tidak ada gunanya lagi kau mengejar Tian hingga kemari." Bujuk Tang Shuya.Selama ini Tang Shuya memang terlihat tidak peduli pada adik perempuan satu-satunya itu. Tapi jauh di dalam hatinya, dia sangat menyayangi Yixin. Selain itu, tanpa Yixin ketahui, Tang Shuya acap kali membantu Yixin. Yixin tersenyum mendengar apa yang dikatakan oleh kakaknya. Dia tahu benar, bahwa setiap kata yang kakaknya katakan, tidak ada yang salah. Tapi Christian adalah crush landing cintanya. TIdak ada pria lain yang mampu menghapus nama Christian Cook itu hingga saat ini. TIdak ada.Lalu, bagaimana bisa kakak nya memintanya untuk berhenti? Disaat dirinya tahu persis dia tidak tahu bagaimana c
“Kau ini benar-benar…” Arka menghela napas panjang, mencoba menahan amarahnya. “Baiklah, lakukan apa yang kau mau. Tapi ingat, jangan sampai berita ini sampai ke telinga orang tua kita.”Bee tertawa kecil, menunjukkan ekspresi kemenangan di wajahnya. “Tenang saja kak, aku tahu apa yang harus aku lakukan. Lagipula, ini kan demi kebaikanmu juga. Siapa tahu gadis ini bisa membuatmu lebih manusiawi.”Arka hanya bisa mendengus kesal mendengar ucapan adiknya. Dia tahu Bee hanya bercanda, tapi entah kenapa, kali ini leluconnya terasa begitu menyakitkan. Mungkin karena objek leluconnya adalah perasaannya, atau mungkin karena objek leluconnya adalah Yixin, gadis yang entah kenapa berhasil membuatnya merasa tidak nyaman dan nyaman dalam waktu yang sama.“Baiklah, aku akan pergi sekarang. Jangan khawatir, aku akan menyelesaikan tugas ini secepat mungkin.” Bee berdiri dari kursinya, mempersiapkan diri untuk pergi.“Dan satu lagi,” tambah Bee sebelum benar-benar meninggalkan ruangan. “Jangan terla
"Ini, selidiki semua tentang nya." Arka melempar foto Yixin ke atas meja. Gayanya yang bossy sama sekali tidak pilih pilih orang. Bahkan pada adiknya Bee sekalipun dia tidak mengecualikannya. "Apa ini?" tanya Bee penasaran, kemudian mengambil foto Yixin. "Seorang gadis?" Serunya diikuti dengan tatapan mata penuh kecurigaan. "Apa dia adalah gadis yang dari pagi hingga malam mommy selalu cerita kan di rumah? Kau tahu, topik tentang seorang gadis yang mandi berdua dengan mu tenang malam sedang hangat di mansion ayah dan ibu. Jangan bilang ini dia orang nya." Ujar Bee panjang kali lebar dengan nada menggoda. "Siapa pun dia kau tidak perlu tahu. Kau cukup mencari tahu tentang dirinya dan latar belakangnya. Serta kemana dia saat ini. Dia sudah beberapa hari tidak masuk kerja. Dan tidak ada kabar sama sekali darinya." Jelas Arka. "Nah! Nah! Nah! Benar kan? Dia adalah gadis yang buat kan mengusir mommy dan daddy tengah malam. Wah kau sungguh seorang anak yang durhaka Arka Ruiz. Tapi tida
"Joy? Yixin kemana?" tanya Arka pada salah satu managernya yang merupakan sahabatnya Yixin. Semenjak pulang dari rumah Arka waktu itu, Yixin tidak kelihatan batang hidungnya sama sekali. Dia tidak masuk kantor tiga hari, termasuk hari ini. Tidak mungkin dia sakit kan? Arka cukup terganggu akan hal itu."Yixin? Dia-.." Joy yang tadinya ingin menjelaskan kemana pergi nya si makhluk ajaib bernama Tang Yixin itu, malah tidak meneruskan kalimatnya. Dia memandang Arka dengan pandangan penuh curiga. Seingat Joy, hubungan Arka tidak lah seharmonis itu sehingga Arka sampai bersusah payah menanyakn yixin di mana pada dirinya."Ada bos mencari si biang onar?" Tembaknya tanpa basa basi."Ehm! Dia kan adalah salah satu karyawab ku. Aku rasa bukan hal yang aneh bila aku menanyakan keadaannya." Jawab Arka gelagapan. Dia mau jawab apa lagi coba kalau bukan jawaban diplomatis seperti itu."Ooh.." Bukan nya melanjutkan kalimat nya yang tadi, Joya malah hanya ber- Oo ria saja, seolah sengaja menungg
Pandangan mereka beradu. Detak suara jantung saling menabuh di dalam dada mereka masing-masing seolah sedang berpacu satu dengan lainnya. "Aku lupa. Sepertinya aku lupa mematikan kompor." Ujar Yixin beralasan agar bisa kabur. Tapi tentunya Arka sudah tahu kalau itu tidak lebih dari sebuah alasan belaka. Lagian mana mungkin Yixin lupa mematikan kompor. Kalau itu benar maka sudah pasti terbakar rumah Arka sedari tadi. "Apa kau mau kabur?" Tanya Arka, menatap dalam mata Yixin. "Kabur? Kabur kemana? Aku tidak berniat kabur kemana pun. Lagi pula untuk apa aku kabur, sudah jelas pekerjaan ku masih banyak di sini." Ocehnya tidak tentu arah alias asal jawab saja. "Kalau kau memang benar tidak ingin kabur, kenapa kau buru-buru untuk pergi? Apa kau tidak nyaman duduk di atas pangkuan ku?" Tanya Arka penuh jebakan. Bagaimana mungkin ini bukan pertanyaan jebakan. Karena apapun jawaban yang Yixin berikan sudah pasti membuat nya salah. Jika dia katakan dia nyaman, maka apa kabar dunia. Nam
"Ayo buka mulut mu. Ini tidak mudah membuatnya. Aku harus mencuci beras berkali-kali, dan memasaknya sepenuh hati agar tidak gosong." Bak sudah berteman akrab, Yixin memerintah Arka sesukanya. Arka menuruti Yixin. Dia membuka mulutnya dan menerima suapan pertama yang Yixin arahakan ke mulut Arka. Tapi tentu saja bubur itu tidak bisa melewati kerongkongan Arka. Baru masuk ke dalam mulut saja, Arka langsung melepehnya karena terlalu panas. "Kau ingin membunuh ku?" Teriak Arka menyala sepanas bubur yang Yixin masukan ke dalam mulut Arka. "Tentu saja tidak. Kau saja yang bereaksi berlebihan tuan Arka Ruiz. Baru kena senggol bubur hangat saja lebaynya membumi dan melangit." Celoteh Yixin mengejek. Sebenarnya Yixin mengetahui kalau dirinya memang salah langsung memberikan suapan itu begitu saja. Hanya saja dia pikir Arka lah yang akan menghembus bubur itu sendiri, bukan langsung melahap saja. "Sudah-sudah. Aku ingin tidur. Kau pulang lah. Aku sudah tidak ingin makan lagi." Lagi da
"Menjauh dari ku." Perintah Arka, menghindari Yixin. Tapi bukan Tang Yixin nama nya kalau dia akan menuruti perintah seseorang begitu saja. Perintah ayahnya saja dia lawan, apatah lagi hanya perintah seorang Arka Ruiz.“Arka, kau harus mau dibantu. Aku tidak akan meninggalkanmu dalam keadaan seperti ini. Aku akan mencari handuk atau selimut untukmu. Kau harus mengeringkan badanmu dan beristirahat.” Kata Yixin dengan nada bersahabat.“Kau tidak perlu repot-repot. Aku baik-baik saja. Aku hanya perlu tidur sebentar. Kau bisa pergi saja. Aku tidak butuh bantuanmu.” Jawab Arka dengan suara dingin.“Apa kau marah padaku? Aku tahu, semalam kau yang telah menyelamatkan ku. Meski kau juga yang telah menyebabkan aku terjatuh ke kolam. Aku tetap menganggap aku berhutang budi padamu. At least pada akhirnya, kau telah menyelamatkanku dari tenggelam di kolam renang. Dan ini, lihatlah baju ku! ini perbuatan mu juga kan> Sementara kau membiarkan diri mu kedinginan sepanjang malam.” Ucap Yixin dengan