Sepuluh menit sebelum kedatangan Kenzo dan Melvin di kantornya, Colin sudah sangat kesal karena rencananya yang selama ini ia susun digagalkan oleh dua orang yang dia anggap sebagai kuman.
Colin mengincar Claudia, tapi tidak berniat untuk mencintainya.
Dia hanya mengincar tubuh indah wanita itu. Claudia berparas sangat anggun, hingga pada waktu itu ia yang baru saja menjabat sebagai CEO The Lyceum ikut terpukau.
Banyak orang menginginkan jadi pendamping Claudia, tapi semua ditolak oleh Josh, kakeknya yang sekaligus founder Josh Development, perusahaan mekanik ternama di Skotlandia. Hingga pada suatu saat, Josh memilihkan seorang lelaki untuk dinikahkan dengan Claudia.
Seorang pria tanpa asal-usul yang jelas, tidak punya pekerjaan tetap, juga miskin. Dia adalah Kenzo.
“Ah, sialan! Kenapa harus ada lelaki bernama Kenzo itu? Sudah mengambil Claudia, kini ia ingin mengambil The Lyceum? Aku tidak boleh diam!”
“Aaarggh!” Colin menggebrak meja, membuat beberapa kertas di atas meja itu melayang dan jatuh ke karpet katun berwarna merah.
“Ada masalah apa, Sayang? Kenapa sampai sekacau ini” tanya Ellen lembut, sembari membelai dagu Colin dengan punggung tangan kanannya. Wajahnya mereka berdua semakin dekat hingga Colin dapat merasakan setiap hembusan nafas Ellen. “Ceritakan padaku jika ada masalah, aku siap membantumu kapanpun.”
Colin sadar itu hanya rayuan busuk karena mereka sama-sama tipikal penjilat. Colin suka dengan wanita dan sering berganti kekasih saat berkencan, termasuk juga Ellen, teman kencannya saat berada disini, di ruangan pribadinya tepat lantai paling atas perusahaan.
Ellen pun begitu, merelakan tubuhnya dinikmati demi meraup jabatan dan harta dari Colin.
Sudah menjadi rahasia umum perusahaan jika Ellen merupakan kekasih gelap Colin sejak awal menjabat sebagai CEO.
Terbukti, dalam setahun kepemimpinan lelaki buaya itu, Ellen beberapa kali naik jabatan meskipun kinerjanya sangatlah buruk. Sangat sering bolos absen, meninggalkan tanggung jawab awalnya, laporan yang kocar-kacir, bahkan semua pegawai tidak menyukai Ellen.
Semua kebencian itu sirna ketika Ellen menyuguhkan tubuhnya pada para petinggi perusahaan –termasuk Colin –hingga ia bisa menjadi salah satu elite tertinggi The Lyceum, perusahaan theater terkemuka di Edinburgh, bahkan Skotlandia.
“Ini, rasakan dan nikmati setiap detail tubuh indahku!” Ellen membuka kancing kemeja biru dongker miliknya, menampilkan dua bulatan mungil di dadanya yang terbungkus rapi oleh kacamata khusus berwarna putih tipis sedikit transparan. “Luapkan! Benamkan wajahmu disini! Aku jamin pikiran kalutmu itu hilang.”
“Diam kau, Jalang!” Colin mendorong Ellen hingga jatuh tersungkur dari atas meja ke karpet katun merah yang melapisi kantor pribadinya. “Diam! Dasar wanita murahan! Masalah ini tidak dapat selesai hanya dengan menikmati kemolekan tubuhmu. Tidak pernah!”
“Ini masalah serius!” Colin membentak Ellen yang masih belum kunjung menautkan kembali kancing-kancing bajunya sehingga nampak sekali dua aset berharga miliknya. “Keluar dari sini dan jangan kembali lagi!”
Ingin sekali rasanya Ellen membentak Colin yang hanya memperlakukannya sebagai budak pemuas saja. Karena sadar diri, ia memilih untuk diam dan menuruti Colin.
Kalau bukan karena Colin yang menjabat sebagai kepala perusahaan The Lyceum, tidak mungkin ia akan menjadi salah satu petinggi disini.
Ellen keluar dan membanting pintu, menyisakan Colin yang menunduk; merenungi kehidupannya yang semakin rumit setelah kemunculan Kenzo.
Setelah hampir lima belas menit pengusiran Ellen, Colin mendapat telepon dari Robin, asisten sekaligus wakilnya dalam memimpin The Lyceum.
“Tuan Kenzo tidak mau naik ke atas. Dia menyuruh Anda turun di hall utama The Lyceum.”
Satu kalimat itu membuat Colin menggertakkan giginya kuat-kuat, geram akan tingkah laku semena-mena Kenzo. Jari telunjuknya terus mengetuk-ngetuk meja cokelat sembari berpikir keras apa yang harus ia lakukan sekarang.
“Okay, aku turun sekarang. Akan kuturuti permintaan si miskin itu!”
“Dan juga, Sir, beliau minta Anda un-”
“Apalagi? Minta apalagi si gembel Kenzo satu ini?” Colin sedikit membentak, kesal ketika diperintah oleh seseorang, apalagi orang tersebut seperti Kenzo.
“Tuan Kenzo minta Anda segera mengemasi barang karena kantor Anda akan diisi barang-barang miliknya.” Robin menyampaikan apa yang diperintah Kenzo dengan cermat, tidak ada satupun permintaan yang terabaikan.
Ellen hanya bisa ternganga. Dia tidak tahu apapun tentang Kenzo dan Melvin yang baru saja datang menggunakan sedan mewah. Belum menyadari jika Kenzo telah mengakusisi seluruh saham The Lyceum, Ellen masih coba menggoda Colin, tapi niatnya gugur kala melihat mata merah Colin.
Sore tadi, tepat ketika Kenzo berjalan menyusuri Princes Street yang maha mewah, Melvin sudah berangkat menuju The Lyceum untuk mengkonfirmasi masalah penandatanganan surat balik nama pemilik perusahaan.
Colin yang kala itu sedang asyik menikmati liang hangat Ellen, memasrahkan segala urusan itu pada Robin, tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Robin hanya menyampaikan jika ada orang yang akan membeli keseluruhan saham perusahaan itu, tapi tidak menyebut nama Kenzo.
Karena tidak ingin diganggu oleh diskusi saham yang rumit, Colin langsung menandatangani surat pernyataan di atas materai jika perusahaan ini resmi akan menjadi milik Kenzo, tanpa membacanya lebih dulu.
Dari seluruh petinggi The Lyceum, hanya Robin seorang yang dikenal jujur dan bertanggung jawab pada setiap tugasnya. Dia juga selalu ramah terhadap seluruh bawahan.
Lima tahun bekerja di perusahaan ini –satu tahun sebelum Colin bekerja disini –, Robin cepat memperoleh jabatan tinggi karena kegigihannya. Jujur, dia memang pantas memegang jabatan wakil kepala, atau bahkan lebih cocok menjadi kepala perusahaan.
Kenzo menelepon Robin dan memberi beberapa permintaan lain.
“Beritahu juga Ellen, dia ikut dipecat bersama Colin. Perusahan tidak butuh gadis molek tak punya dedikasi.” Kenzo sengaja mengeraskan suaranya agar Ellen dapat mendengar kata-kata setannya.
“Juga dua satpam yang tadi sempat memandang remeh diriku.” Kenzo mengalihkan pandangnya ke arah dua lelaki sedikit kekar berbaju putih bertuliskan ‘security’ di ujung pintu masuk perusahaan.
Dua satpam itu terlihat sangat takut jika Kenzo menindak mereka seperti halnya Ellen. Tatapan nanar sudah mulai nampak, wajah sedih dengan urat memelas juga ikut dimunculkan. Tapi, apa daya, Kenzo tetaplah Kenzo. Keputusannya mutlak.
“Aku tidak ingin memecat mereka.” Kenzo diam sejenak, melirik wajah puas dua satpam The Lyceum. “Jam kerja mereka terlalu banyak. Pangkas jadi enam jam untuk satu shift. Jadi, The Lyceum punya empat shift kerja petugas keamanan.”
Robin menghela nafas. “Bukankah Tuan sendiri berhak untuk memberitahu mereka.”
“Ini urusanmu, Robin, aku tidak ingin ikut campur. Kau yang berhak mengurangi jam kerja dan memecat mereka yang tidak layak dipekerjakan di sini. Sekarang ini tanggung jawabmu. Perusahaan ini resmi dipimpin olehmu.”
“A-aku, Tuan?”
“Ya, kau sekarang menjadi Head of Officer sekaligus merangkap wakil kepala perusahaan, tepat di bawahku.”
Telepon ditutup.
Robin penasaran. Rencana apa yang akan disusun Kenzo. Menjadikannya sebagai kepala para petinggi? Pasti semua ada alasannya. Dan, di lobby The Lyceum, Kenzo menyunggingkan senyum penuh misteri.
Ellen yang khawatir dengan keadannya, buru-buru turun mengikuti langkah Robin. Dia langsung menatap Kenzo, tentu dengan pakaian yang sedikit terbuka. Disusul Colin, mereka bertiga turun melalui lift khusus petinggi.Harap-harap cemas Ellen mendekati Kenzo, siapa tahu laki-laki itu akan tergiur dengan kemolekan tubuhnya. Dia hanya bisa pasrah. Kini, dinasti Colin di perusahaan runtuh. Kaisarnya sekarang adalah Kenzo Daidalos.Sebaliknya, Kenzo tidak tergoda sama sekali. Dia menoleh ke arah Melvin, lantas kembali mengalihkan pandangannya ke mata Ellen.“Dan kamu, Nona cantik,” Kenzo menunjuk ke arah Ellen yang kemeja biru dongkernya masih sedikit terbuka di bagian atas, kira-kira dua kancingnya tidak terkait satu sama lain. “Kamu bisa tetap berada di sini.”Colin mengerang pelan, menumpahkan amarahnya yang tidak bisa terungkap dengan kata-kata. Meskipun dapat uang puluhan juta dollar setelah proses akusisi The Lyceum, dia tetap tidak menyukai Kenzo karena telah merebut Claudia.“Nona El
Kenzo tahu, Rika adalah pemimpin Keluarga Latusia sekaligus mantan suami Josh. Mereka bercerai ketika Josh memilih Kenzo jadi suami. Rika sama sekali tidak setuju akan keputusan itu.Apa yang diucapkan Rika sudah seperti titah bagi orang-orang di keluarga Latusia. Dan, baru saja titah itu keluar: dia harus menceraikan Claudia.“Maaf, Nek, tapi aku tak akan menceraikan Claudia,” ucap Kenzo, akhirnya.Ruangan seketika begitu hening. Kenzo baru saja menentang sang pemimpin Keluarga Latusia.“APA KATAMU!?” bentak Rika, sambil memelototi Kenzo.Naik pitam, wanita tua itu melempar sebuah piring kaca di dekatnya ke arah Kenzo. Potongan kue di piring itu mendarat di wajah Kenzo, membuat wajahnya itu tertutup selai cokelat dan foam vanilla kue.Dan bukan hanya itu, piring kecil itu pun menghantam pipi Kenzo, meninggalkan luka gores di sana. Pecahan piring itu kemudian terserak di lantai.“Kamu pikir kamu siapa, hah? Berani-beraninya kamu membantahku!” bentak Rika lagi.Kenzo tak membalas. Dia
Kenzo sempat akan membalas pesan-pesan itu, menanyakan dari mana Melvin mendapatkan nomornya. Tapi dia urungkan niatnya.Dia masih belum bisa memercayai wanita itu. Menurutnya lebih baik pesan-pesan itu dia abaikan saja.Selesai membersihkan luka-lukanya, Kenzo keluar dari toilet.Baru saja membuka pintu toilet, langkahnya langsung terhenti. Hampir saja dia bertabrakan dengan seorang gadis cantik.“Ah, kamu…,” ucap Kenzo, menyadari kalau si gadis cantik yang hampir bertabrakan dengannya itu adalah Liani.Tanpa sepengetahuan Kenzo, Liani memang mengikutinya sampai ke toilet.Pandangan mereka bertemu. Perbedaan tinggi membuat Kenzo harus menunduk agar bisa bertatap langsung dengan gadis itu.Mata Kenzo menyusuri paras cantik Liani, bergerak ke bawah, hingga dia melihat belahan dada Liani. Malam itu Liani memang mengenakan gaun yang menunjukkan belahan dadanya yang tampak indah itu.“Eh, ma-maafkan aku. Aku tidak sengaja melihatnya,” lirih Kenzo, lantas memalingkan muka.Pipi Liani berse
Orang-orang yang terganggu dengan dering ponsel jadul Kenzo ini mulai mencacinya, memClaudiaya segera mengangkat panggilan. Kenzo keluar, ternyata itu telepon dari Melvin yang mengabari kalau Tuan Besar Juta akan membiayai pengobatan operasi Suci, salah satu orang yang paling berjasa di hidup Kenzo selama dia meninggalkan Daidalos.Kenzo selama ini dirawat oleh Suci sebelum dia bertemu dengan Josh. Bisa dibilang, Suci adalah ibu angkat Kenzo dan karena Suci pula dia bisa bertemu dengan Josh. Suci bagai malaikat penolong kala Kenzo sedang resah dan butuh tempat cerita.Namun, kabar tidak mengenakkan terdengar tiga tahun lalu, setahun sebelum Kenzo menikah dengan Claudia.Kenzo mendapat kabar bahwa ibundanya harus menjalani terapi bulanan. Terlebih, biaya yang dikeluarkan juga tidak sedikit. Operasi ibu angkatnya itu butuh uang miliaran sehingga, mau tidak mau, Kenzo harus berusaha menjalani hal tersebut.Dibantu biaya dari Josh, Kenzo tidak melanggar sumpahnya untuk tidak menggunakan s
“Oh, berani melawan? Lihat saja, seluruh bodyguardku akan membuatmu cacat permanen! Setelah ibumu mati, kamu akan menyusulnya. Bukan ke rumah sakit, tapi ke liang lahat!?”Bukannya ciut diancam Steve, dengan percaya dirinya, Kenzo balik menantang mereka. Dia sungguh tak terima Steve bicara soal ibunya dengan cara seperti itu.“Majulah, aku tidak takut! Aku bisa melawan kalian, tanpa senjata sekalipun!”Teringat ucapan Melvin, sepertinya Kenzo mulai percaya kalau dia memang Tuan Muda, sesuai yang diungkap Melvin siang tadi. Lebih-lebih setelah kartu hitam itu bisa digunakan untuk transaksi apapun.Belum lagi, tentang insting liarnya, reflek cepat, serta kemampuan beladiri yang dia miliki.Semua itu tidak mungkin didapat secara instan. Dia yakin, di masa lalunya dia banyak berhadapan dengan aksi-aksi yang memacu adrenalin.“Kamu bisa menghinaku, Steve! Tapi, jangan sekali-kali, menghina ibuku!?”“Cih, malah nantang maut? Oke. Aku beri apa yang kamu minta. Tapi, jangan salahkan aku misal
Kenzo tidak tahu harus pergi ke mana setelah ini. Tidak ada mobil, tidak ada jemputan, tidak pula punya teman yang bisa ditumpangi. Dia ingin menghubungi Tuan Besar, tapi dia tidak boleh menggantungkan diri hanya karena janji dan komitmennya sudah tuntas.Saat tengah berjalan menyusuri jalanan ibukota, Kenzo merogoh sakunya. Dia ingat jika Melvin menyuruhnya datang ke suatu tempat untuk melihat file berkas Daidalos; tempat rahasia yang hanya diketahui orang-orang penting Daidalos.Baru saja dia melangkahkan kaki pergi ke titik koordinat yang dikirim Melvin kemarin, Martha kembali menelepon. Kali ini, dia minta Kenzo datang ke villa untuk menyelesaikan urusan yang tadi belum tuntas di hotel Lunar.Kenzo pun kembali ke villa Keluarga Latusia. Setibanya di villa, pandangan dua penjaga gerbang membuat Kenzo mengernyitkan dahi.“Tumben mereka sinis, biasanya mereka menyambutku sebagai menantu Keluarga Latusia, walau hanya menantu sampah.”Kenzo melangkah ke pintu depan villa.Setiap orang
Jika Kenzo menyelesaikan ini dengan emosi, yang hancur bukan lagi fisiknya, tapi mental dan harga dirinya. Sebagai Tuan Muda, harusnya dia mengayomi, bukan menyakiti. Meski dilukai berkali-kali, Kenzo tetaplah Kenzo, dia pantang menyakiti wanita, apalagi menyakiti secara fisik. Dan, sialnya lagi, penghuni rumah Keluarga Latusia, semuanya wanita.“Maaf,” kata singkat yang terlontar dari mulut Kenzo.“Tidak ada maaf bagimu!? Kamu, kamu, kamu sudah lancang nyakitin Mama! Tuh, lihat, lengan tangan Mama sampai merah kayak gitu!? Dasar brengsek, aku nggak sudi punya kakak ipar macam kamu ... cuih!”Kenzo makin naik pitam, tangannya mengepal dan matanya mulai merah.Tapi, separah apapun hinaan dan cerca fisik yang dia dapat, dia tetap tak bisa membalas.“Makan tuh, ludah! Laki-laki brengsek nggak pantas buat dihormati. Udah brengsek, nyakitin perempuan pula!”“Diam kamu!” Kenzo coba mengancam.“Apa? Mau nantang aku? Mau nampar, atau pukul? Sini, aku siap menerima semuanya. Jangankan tampar
“Fiuh ... syukurlah, kotaknya masih utuh. Hanya saja, sedikit berdebu.”Kenzo bisa bernapas lega setelah menemukan kotak itu dan mendapati isinya masih utuh.Begitu keluar dari kamarnya yang menyerupai gudang, Kenzo mendengar suara pintu dibuka. Dia menoleh ke arah kamar mandi, dan melihat Claudia dengan balutan handuk putih tebal.Claudia, yang terkejut melihat Kenzo, seketika berteriak. Suaranya melengking.“Aaaaa...”Tanpa terasa, handuk yang melilit tubuh Claudia, langsung jatuh karena Claudia tidak memegangi ujung handuk itu.Setelah hampir beberapa bulan menjadi suami sah, baru kali ini, dia bisa melihat tubuh Claudia secara utuh. Telanjang, tanpa dibalut sehelai kain pun.Kenzo juga laki-laki normal, nafsunya membara. Dia menatap sekujur tubuh Claudia, tanpa berkedip sekalipun. Gairahnya bangkit.Claudia sadar, percuma dia teriak, lorong kamar mandi posisinya agak jauh dari ruang tengah, apalagi jika Martha dan Nana ada di lantai dua.Maklum, rumah orang kaya, ukurannya sangat
Kenzo berpura-pura tidak mengenal Red Rose. Dia pun berkata dengan antusias, “Kota JC memiliki banyak tempat menarik yang banyak dikunjungi turis. Kalau kamu ke kota JC, maka harus pergi ke ….” Kenzo menyebutkan berbagai tempat.Setelah mengobrol sebentar, Red Rose tiba-tiba berkata, “Kamu tahu banyak juga! Kalau tidak, kamu jadi tour guide-ku saja!” Dia tersenyum lebar. “Kamu tidak boleh menolaknya!”Alis Kenzo bergerak sedikit, dan dia melihat ke arah Red Rose. “Tour guide?” Dia terdiam sebentar. “Apa ada bayarannya?”Red Rose membeku sesaat. Dia kira meminta Kenzo jadi pemandunya akan sangat mudah. Biasanya, orang akan langsung setuju tanpa syarat. Namun, Kenzo malah meminta bayaran!Red Rose tersenyum. “Kalau mau uang, bisa saja. Tapi, bukannya ada kompensasi lebih baik?”Kenzo membeku di tempat. Tak perlu orang cerdas untuk tahu apa maksud Red Rose. Hal itu membuat Kenzo sedikit kaget.Namun, di otak Kenzo, dia menganggap ini adalah kesempatan terbaik untuk dapatkan informasi men
Saat masih menjadi mahasiswa, karena Gladis dan Kenzo dekat, Diska tak pernah suka dengan Kenzo.Bahkan ketika kuliah, dia terus menemukan seseorang untuk menindas Kenzo. Saat itu, Kenzo belum diangkat jadi Zero Daidalos, jadi dia tidak ada seni bela diri. Ketika Diska menyuruh orang untuk menindasnya, Kenzo hanya bisa menerima dengan lapang dada.Saat itu, Gladis tidak tertarik dengan Diska. Lucu bagaimana sembilan tahun kemudian, keduanya benar-benar muncul bersama di Kota JC.Dulu, Gladis adalah wanita pujaan Kenzo juga. Lagi pula, gadis itu memang sangat cantik dan menawan. Keduanya juga sudah saling kenal sejak SMP, tapi Kenzo tidak pernah mengungkapkan perasaannya.Latar belakang Gladis sangat bagus. Ditambah dengan sifatnya yang dingin dan sombong, sungguh berkah dari langit karena Kenzo sempat dekat dengannya.Ekspresi Kenzo kembali tenang setelah keheranan singkat. Namun, Wendy masih ingin tahu lebih banyak.“Terkenal bagaimana?” tanya Wendy.“Keluarga Ardiansyah adalah kelua
Pada pukul empat sore, Wendy meninggalkan kantor lebih awal untuk pergi dengan Kenzo. Mengenai pulang lebih awal dari kantor, dia tak peduli sama sekali. Bagaimanapun, kantor tempatnya bekerja adalah perusahaannya sendiri.Entah kenapa, Wendy membawa Kenzo ke bandara. Sesampainya di pintu kedatangan bandara, Wendy terlihat sedang menunggu dengan bersemangat.Wendy tertawa ke arah Kenzo yang terlihat malas dan bosan. “Jangan khawatir, kamu tidak akan kecewa ikut denganku hari ini. Yang kita jemput sekarang adalah kakak senior di kuliahku dulu. Kami berdua disebut sebagai dua wanita tercantik sekolah, loh!”Kenzo mengabaikan kalimat terakhir Wendy dan berkata, “Kamu belajar di Universitas LH?”“Hmm?” Wendy merasa aneh dengan pertanyaan Kenzo. “Jangan bilang, kamu juga begitu?” Namun, dia menggelengkan kepalanya. “Tidak, kalau kamu lulus dari sana, tak mungkin kamu berakhir jadi pekerja konstruksi.”Sudut mulut Kenzo berkedut, merasa gemas dengan iblis kecil di hadapannya itu. Namun, dia
Di lobi kantor, Barry memandang keduanya dan berkata, “Ehem, aku tidak menyangka kalian begitu cepat menjalin hubungan. Aku kira, prosesnya sedikit lama. Tapi ternyata...”Mendengar hal ini wajah Wendy sedikit memerah. Antara malu, senang, atau bahkan segan karena papanya tahu dia mengucapkan hal seperti itu tadi pada Kenzo.Baru akan menjelaskan, Barry berkata lagi, “Kenzo, jangan khawatir. Aku jelas menerimamu. Kalau tidak, aku masabodoh dengan Erlangga dan tidak mengajak kalian naik. Berhubung sekarang kalian sedang duduk berdampingan, aku harap, kalian segera cari waktu untuk tentukan hari pernikahan!”Mulut Kenzo berkedut, pria tua ini sudah jelas kehilangan kewarasannya! Betapa besar keinginan Barry untuk menikahkan putrinya?!“Ayah!” Wendy memerah, dan dengan cepat melepaskan lengan Kenzo.“Apa yang Ayah bicarakan? Hanya karena Erlangga datang untuk menggangguku barulah aku minta Kenzo membantu sedikit. Aku belum siap menikah. Aku juga belum sepenuhnya kenal sama Kenzo. Ayolah,
Semenjak Kenzo minta tolong pada Clara untuk menyelesaikan beberapa masalah seputar bisnis dan perekonomian Daidalos, mereka berdua mulai akrab.Sampai pada akhirnya, Clara meminta Kenzo datang ke apartemennya, lalu ganti pakaian bagus karena mereka berdua akan menghadiri sebuah pesta yang juga dihadiri beberapa miliarder terkemuka negeri ini.Zachery yakin, Kenzo melakukan ini semua bukan tanpa sebab. Mengingat, Kenzo bukan orang sembarangan yang mau begitu saja diajak keluar oleh seorang gadis cantik.Lalu, matanya berbinar. “Ya, dia orang yang diakui Clara sebagai pacarnya, baru beberapa hari lalu saat mereka berdua nampak mesra di sebuah pesta. Kenapa sekarang dia jadi pacar Wendy Kang?! Apa hubungannya dengan Barry Kang?!”Banyak pertanyaan muncul di benak Zachery, tapi dia tidak mengatakan apa pun. Kebetulan dalam hal ini, lawan utama Kenzo bukanlah dirinya, melainkan Erlangga Dirga!Di sisi lain, Kenzo sedang berusaha membebaskan diri, tetapi Wendy menggenggamnya erat-erat. Pad
Terlihat wajah Wendy sedikit merah saat ini. Terlihat sekali bahwa gadis itu malu diperhatikan begitu banyak orang. Lebih-lebih, ketika dia akan dilamar di hadapan publik.Ekspresi di wajah Wendy begitu dingin, tidak ramah seperti ketika dirinya bertemu dengan Kenzo. Ini jelas adalah Wendy yang dulu pertama kali Kenzo lihat di Hotel Marriot, angkuh dan dingin.Terlihat Wendy melirik ke kanan dan ke kiri, mencari seseorang.Alih-alih tersadar bahwa orang yang Wendy cari adalah dirinya, Kenzo malah terkekeh.“Wah, menarik, menarik! Aku bantu rekam video untuknya saja!” batin Kenzo sembari mengeluarkan ponselnya.Kenzo kemudian berusaha untuk maju ke barisan paling depan. Lalu, dia ikut berseru mengikuti orang-orang lainnya sembari merekam video.Karena dirinya sekarang di barisan depan, Kenzo dapat dengan mudah terlihat oleh Wendy. Gadis itu segera memutar bola matanya ketika dia melihat wajah antusias Kenzo saat merekam dengan ponselnya.Pada saat ini, pintu mobil tiba-tiba terbuka. Se
Kenzo lanjut berbaris menunggu busnya datang. Dia tidak terlalu peduli. Kalau kedua orang itu berani macam-macam, tidak sulit baginya untuk menangani keduanya.Sampai di tujuannya, Kenzo sedikit terkejut. Sebuah gedung perkantoran yang menjulang tinggi berdiri di hadapannya. Di depan gedung tersebut, terlihat palang yang menunjukkan nama perusahaan itu.“Grup Panorama,” ucap Kenzo sembari membaca. “Hah ….” Kenzo menghela napas.Grup Panorama adalah salah satu perusahaan Barry. Ternyata, Wendy, gadis kecil itu, menyuruhnya bermain ke perusahaan mereka!“Apa aku boleh membatalkan pertemuan ini?” gumam Kenzo dalam hati.Pada akhirnya, Kenzo melangkahkan kakinya maju untuk menghampiri pintu masuk kantor. Tak berapa lama, dia sadar bahwa di depan pintu masuk gedung, terdapat sekelompok orang yang sedang menyiapkan sesuatu. Di luar area perusahaan, ada begitu banyak orang yang juga menonton.“Oh?! Pengakuan cinta?!” Kenzo menyeringai, sedikit tertawa.Terlihat di depan lobi terdapat sebuah
Kenzo merasa sangat senang setelah berhasil membungkam seluruh anggota keluarga Latusia.Kemenangan sudah ada di tangannya. Dia tidak lagi takut jika berhadapan dengan mereka. Rasa percaya dirinya perlahan bangkit, apalagi ketika melihat Stella mengemis agar Lithon Group mau bekerja sama dengan perusahaan logistik milik Heri.Perlahan, Dia merasa beban di hatinya terangkat dan tubuhnya terasa ringan, bahkan udara yang dia hirup terasa lebih baik!Tiba-tiba, Kenzo terbatuk. “Lupakan, udara masih saja buruk. Banyak polusi,” batinnya.Dari awal sampai akhir, Kenzo tidak pernah menyebutkan dari mana uangnya berasal. Dia sama sekali tidak peduli mengenai apa yang dipikirkan keluarga Claudia. Selagi Kenzo punya uang, keluarga wanita itu hanya bisa menyesalinya!Seperti yang dipikirkan Kenzo, saat ini di rumah Claudia, semua orang sedang terdiam. Terlihat sosok Martha memegangi wajahnya, ekspresinya sangat jelek.“Dia benar-benar berani memukulku! Aku tak akan melupakan dendam ini!” Martha m
“Kamu—!”“Hampir sebelas bulan terakhir, aku selalu pergi pagi pulang malam membanting tulang untuk bekerja. Memang, penghasilanku tak banyak, tapi paling tidak cukup untuk menghidupi kalian! Mobil, cicilan rumah dan villa, perhiasan, kurang apalagi?”Kenzo menumpahkan emosinya. “Setiap bulan aku bawa pulang kurang lebih dua puluh lima juta, kalian kira itu mudah dengan hanya bekerja di konstruksi saja?” Dia tertawa mengejek. “Lalu, kalian melakukan apa? Merendahkanku saja! Kalian pernah kerja sedikit pun? Tidak!”“Selama Hampir sebelas bulan kalian menghinaku selagi aku menafkahi kalian, tapi aku tak pernah mengatakan apa pun. Segala kerja kerasku tak pernah mendapatkan satu pun kalimat terima kasih. Kamu anggap Claudia cantik dan harusnya dapat orang kaya, bukan seorang pekerja kasar. Hampir sebelas bulan ini, apa kebaikan yang kalian berikan padaku?!” teriak Kenzo.Selagi Kenzo meluapkan kebenciannya, semua orang terdiam dan membeku di tempat. Namun, Kenzo sama sekali belum selesai