"Dra, kamu di mana?" Agnia yang baru saja selesai mandi keluar dari kamarnya dengan hanya mengenakan jubah kamar mandi. Gadis itu terlihat sibuk mengeringkan rambut dengan menggunakan handuk.
Tadi malam selesai dari Festival Film Cannes, gadis itu memutuskan untuk kembali bersama Narendra. Dia ingin merayakan pencapaiannya dengan sang kekasih. Bukan karena dia tidak menghargai sang ayah tetapi karena sangat sulit bagi Agnia dan Narendra untuk menghabiskan waktu bersama. Mereka ingin menggunakan waktu yang mereka miliki saat ini sebaik mungkin.
"Aku di sini," Narendra berteriak dari beranda kamar suite yang disewanya.
"Kamu ngapa ..."
Agnia tidak mampu menyelesaikan kalimatnya ketika dia sampai di beranda. Seingatnya tadi malam beranda mereka tidak seindah ini. Pagi ini, entah apa yang dilakukan oleh Narendra, beranda kamar mereka penuh dengan bunga kesukaan Agnia. Tidak hanya itu, ada meja kayu yanh penuh dengan menu sarapan tertata seindah mungkin. Tidak
"Looks like flexing is your middle name, ya," Agnia memeluk lengan kekasihnya sepanjang mereka menyusuri jalan-jalan kecil di Vieux Nice.Kejutan yang diberikan Narendra kepada Agnia tidak berhenti hanya dengan menghias balkon kamar hotel mereka dengan bunga dan berbagai detail lain untuk merayakan pencapaian kekasihnya. Selesai sarapan dan bersiap untuk menikmati hari, sebuah helikopter sudah menunggu di helipad hotel mewah tempat mereka menginap. Agnia tidak tahu ke mana tujuan mereka. Dia sudah mencoba bertanya tetapi dia hanya mendapatkan senyuman sebaai jawaban. Tahu kalau Narendra tidak akan memberitahu, akhirnya Agnia memilih untuk menikmati perjalanan mereka.Agnia hampir menjerit ketika akhirnya dia dapat menebak tujuan mereka. Nice. Tidak hanya mengunjungi Nice tetapi mereka akan menghabiskan hari ini di Vieux Nice atau Old Nice. Bagian tua dari kota Nice yang disesaki dengan gedung-gedung berwarna cerah, jalan sempit dari cobblestone juga toko-toko
Kenny sedang menikmati malam ditemani segelas wine dan lantunan lagu klasik yang menjadi favoirtnya dan Gayatri. Hampir setiap malam ketika sedang tidak berada di lokasi syuting atau di studio, Kenny selalu melakukan hal yang sama. Mengenang kekasihnya sambil membayang situasi yang berbeda seandainya saja dia sedikit lebih peka. Mungkin. Sayangnya, ritual malam ini terganggu oleh dentang bel yang tiba-tiba berbunyi."Siapa," pria yang tidak lagi muda itu segera meletakkan gelas wine sebelum bangkit dan berjalan menuju pintu rumahnya. Seingatnya dia tidak memiliki janji dengan siapa pun malam ini. Teman-temannya juga sudah jarang berkunjung ke rumah. Kalau pun ada yang berkunjung tidak pernah selarut ini.Bel kembali berdentang. Siapapun yang berdiri di balik pintu rumahnya jelas tidak memiliki kesabaran yang cukup."Ya, ya," Kenny bersungut sambil membuka pintu rumahnya, "Lho, kamu ...?""Maaf aku berkunjung selarut ini," Narendra memamerkan senyum terbai
"Jawaban kamu?"Sehabis menikmati makan malam di kediaman orang tuanya, Narendra menemani sang Ayah bermain Go di ruang kerja. Di sela permainan Asija kembali mengutarakan keinginannya untuk pensiun. Dia merasa sudah tidak lagi memiliki cukup tenaga berhadapan dengan berbagai strategi dan intrik dunia bisnis. Dia sudah tidak lagi muda dan di sisa usia rasanya dia hanya ingin bersantai dan menikmati dunia sambil dikeliling keluarga."Tidak sekarang, Pa," Narendra menjalankan keping Go-nya."Lalu kapan?" Asija menatap papan Go sambil mengerutkan kening. Entah sejak kapan kemampuan bermain Go anak laki-laki bungsunya itu sudah setinggi ini hingga dia semakin sulit untuk dikalahkan."Lima tahun lagi."Keyakinan dalam suara Narendra membuatnya terkejut hingga Asija refleks mengangkat pandangan dan menatap sang anak."Kamu yakin?" Asija bertanya dengan penuh semangat. Sebelum ini Narendra selalu menolak. Dia selalu mengatakan kalau dia tidak terta
"Mbak Agnia sama Pak Sabda itu bukan gosip, kan?" Sari yang sedang membantu Agnia berganti pakaian tiba-tiba bertanya.Berbulan setelah perhelatan Festival Cannes tapi publik masih semangat menebak-nebak tentang kelanjutan hubungan Agnia dan Narendra. Di mata publik mereka adalah pasangan yang sempurna. Menawan dan sukses di usia muda. Sejak foto kebersamaan mereka serta rumor tentang Agnia yang memilih kembali bersama Narendra, publik tidak berhenti menebak tentang hubungan mereka. Media juga ikut andil dalam keriuhan itu dengan tentu membahas tentang Agnia dan Narendra.Entah dari mana media berhasil mendapatkan foto ketika Agnia memasuki private jet milik Widjaja Group saat akan kembali ke ibukota. Tidak hanya itu, media juga beberapa kali mendapatkan foto ketika Agnia bertemu dengan Narendra. Meski begitu sampai detik ini tidak seorangpun dari mereka atau orang terdekat mereka yang bersuara."Kenapa kamu tiba-tiba nanya gitu?" Gadis itu melepas gaun dari rumah mode Italia yang dik
"Memangnya kita ngerayain sesuatu?"Bukan tanpa alasan Agnia bertanya. Ketika mereka berhenti di layanan valet salah satu restoran milik perusahaan yang terkenal dengan resort dan hotel mewahnya, Agnia berpikir kalau mereka akan makan malam di restoran itu. Ternyata dia salah. Narendra tidak membawanya ke dalam restoran yang terletak di tengah hutan kota. Pria itu terus berjalan melewati jalan setapak menuju danau buatan yang berada di bagian belakang restoran itu.Di tepi danau sudah terhampar alas duduk yang dikelilingi keranjang dan kotak kayu berbagai bentuk dan ukuran untuk meletakkan hidangan. Mulai dari hidangan pembuka sampai cake dan puding sebagai hidangan penutup. Tidak hanya itu, beberapa botol wine dengan gelasnya sudah tersaji sempurna di samping minuman lain. Termasuk air mineral yang selalu menjadi pilihan Agnia.Dekorasinya juga dipilih dengan hati-hati. Bunga segar berpadu dengan bunga kering untuk menghadirkan kesan rustic tapi tetap romantis. Suasana romantis juga
Agnia mengusap pinggang flase midi skirt yang dikenakannya malam ini untuk kesekian kali. Setelah itu tangannya tanpa sadar mengusap simpul pita di sisi kiri. Memastikan kalau pita masih tersimpul rapi. Dia menarik napas panjang sambil memperhatikan ujung stiletto berwarna gradasi hitam ke merah dengan sol merah yang menjadi ciri khas salah satu brand sepatu high end. Gadis itu tahu kalau dia sedang tidak baik-baik saja.Bagaimana mungkin dia dapat baik-baik saja kalau beberapa menit lagi dia akan bertemu dengan hampir seluruh keluarga besar kekasihnya. Keluarga Widjaja. Malam ketika Agnia menerima lamaran Narendra, hidupnya seketika berubah. Dia terbangun dengan seluruh media membahas tentang hubungannya dan Narendra. Situasi semakin memanas ketika keluarga Widjaja merilis berita tentang pertunangan antara Agnia dan Narenda yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat. Ketika pertama kali mendengar kabar itu, Agnia sontak menghubungi kekasihnya karena mereka tidak pernah membicarakan
"Wow," tanpa sadar komentar itu keluar dari mulut Agnia.Bagaimana tidak, ketika Narendra mengatakan kalau pertemuan keluarga malam ini diadakan di kediaman orang tuanya, gadis itu membayangkan sebuah pertemuan sederhana. Walau dia tahu keluarga besar kekasihnya akan berkumpul tapi apa yang dilihatnya saat ini sangat jauh dari bayangannya.Beberapa meja panjang ditata mengelilingi satu meja utama dengan sembilan kursi. Sepertinya itu meja yang akan ditempati oleh keluarga utama. Setiap meja juga terlihat indah dengan dekorasi bunga segar dalam pot kristal berbagai ukuran, candlelier mewah yang tergantung di tengah halaman, dan lilin-lilin panjang yang menyala dengan api yang bergoyang pelan menambah kesan romantis. Dalam sekali pandang Agnia tahu kalau membutuhkan waktu panjang menyiapkan ini semua.Bagaimana tidak, selain meja-meja yang tertawa sempurna, halaman belakang juga semakin indah dengan lampu-lampu yang tergantung serta hiasan lain seperti pilar denganGrande. Itu yang ada
"Kamu pasti lelah," Rheinya bertanya tepat ketika asisten rumah tangga meletakkan secangkir marmalade tea di hadapan Agnia, "Menghadapi keluarga Widjaja memang tidak mudah."Selesai makan malam dan pertemuan keluarga, Rheinya tidak memperbolehkan Agnia untuk langsung pulang. Wanita itu mengundang Agnia ke ruang kerjanya untuk menikmati teh dan berbincang. Tentu saja Agnia langsung mengiyakannya. Dia selalu senang menghabiskan waktu bersama sang calon mertua. Rheinya tidak pernah menghakimi atau mengintimidasi. Wanita itu juga begitu cerdas dengan relasi yang luar biasa. Selama ini, Rheinya sudah banyak membantunya dengan menjadi teman bertukar pikiran jika Narendra sedang sibuk."Aku tidak selelah itu, Ma," Agnia tersenyum sambil meletakkan sebuah bantal ke pangkuannya.Rheinya tertawa kecil, "Aku yang sudah bertahun-tahun jadi menantu di keluarga ini masih belum terbiasa. Apa lagi kamu.""Tidak akan pernah menjadi mudah," Rheinya tersenyum penuh simpati, "Menjadi anggota keluarga Wid