"Kita break dulu!" Kenny berteriak sambil melempar papan slate ke kursi yang didudukinya selama proses syuting berlangsung.
"Tapi Bang ..."
"Aku bilang break. Kita break satu jam," dia berjalan meninggalkan asisten yang sudah menemaninya selama bertahun-tahun. Saat ini dia membutuhkan bantuan nikotin.
Setelah menemukan ruang terbuka yang cukup jauh dari keramaian, Kenny bersandar ke pohon besar sebelum mengeluarkan rokok dan pematik api. Dengan cepat dia sudah menyulut rokok dan menghisapnya dalam. Dia melakukan itu berulang kali sampai merasa kalau akal sehatnya sudah kembali.
Sejak Agnia meninggalkan lokasi syuting untuk beristirahat di hotel yang menjadi kediaman mereka selama syuting di kota ini, Kenny gelisah. Bayangan ekspresi wajah Agnia malam itu terus bergantung dalam pikirannya. Dan itu membebani hatinya. Sebuah beban yang sangat besar.
Kenny kalut. Dia masih belum memutuskan apakah dia harus mengaku kalau dia merupakan ayah kand
"Agnia," panggilan itu terdengar bersama suara ketukan, "Gue tahu lo di dalam."Agnia yang sedang berbaring di tempat tidur langsung bangkit. Dia langsung mengenali suara itu. Reizi."Agnia, buka. Ini gue dititipin pesan sama Bang Kenny," pria itu masih belum menyerah.Dengan malas Agnia beringsut turun dari tempat tidurnya. Dia merapikan penampilannya yang agak berantakan akibat berbaring di tempat tidur. Gadis itu tidak dapat memejamkan mata hingga dia hanya berguling-guling saja."Apa, sih? Aku udah minta break ke Bang Kenny," dia membuka pintu kamar dengan bersungut-sungut. Sama sekali tidak bermaksud menutupi ekspresinya. Agnia ingin Reizi tahu kalau kehadirannya di sini sama sekali tidak diharapkan."Gue tahu," Reizi tersenyum tanpa merasa bersalah, "Kan, gue juga kena imbasnya. Lumayan, sih, bisa istirahat. Udah capek banget gue karena jadwal syuting kita super padat.""Terus ngapain kamu ganggu aku?" Agnia pura-pura menguap, "Aku nga
"Ja-jangan!" Agnia berteriak sambil terus berusaha melawan.Dia tidak berhenti menggerakkan lengan dan kakinya. Tidak peduli mereka menahannya seperti apa, dia terus berusaha untuk bergerak. Agnia tahu kalau cepat atau lambat dia akan kehabisan energi. Gadis itu tahu kalau energinya tidak ada arti dibandingkan energi ketiga pria yang saat ini sibuk menggeranyangi tubuhnya. Tapi dia tidak ingin menyerah."Ugh!" Gadis itu berusaha untuk menggerakkan kaki dan menendang ke arah alat vital Reizi yang saat ini berada di atas tubuhnya."Tahan yang bener, Goblok!" Reizi memaki kedua temannya sambil berusaha menahan dan melebarkan kaki Agnia."Brengsek!!" Agnia berusaha untuk menjerit sebelum salah seorang teman Reizi membekap mulutnya. Tidak kehilangan akal, gadis itu langsung mengigit tangan yang membekap mulutnya. Dia mengigit sekuat mungkin dengan seluruh tenaganya."AARGGHHH!" Pria itu berteriak dan langsung refleks melepaskan bekapannya. Tidak hanya i
"Nggak maauu!! Toloooong!!!"Agnia terbangun dan langsung berteriak histeris. Dia refleks meremas bagian depan kemeja yang dikenakannya dengan satu tangan sementara tangannya yang lain meremas selimut begitu kuat hingga buku tanganny amemutih."Agnia, Agnia," Kenny yang duduk di samping tempat tidur langsung menepuk punggung tangan gadis itu meremas seprai,"Tenang. Hei ... tenang, kamu udah aman.""A-aman ...?" Suaranya terdengar begitu lirih dan ketakutan."Ya, kamu udah aman," pria paruh baya itu kembali berujar lembut, "Nggak ada yang perlu kamu takutin lagi. Aku yakin bajingan itu udah jera. Kamu aman, Agnia."Gadis itu langsung menghela napas panjang. Sulit untuk menjelaskan apa yang dirasakannya saat ini. Yang jelas dia sangat lega. Walau masih jauh dari merasa aman."Apa yang terjadi? Aku cuma ingat ada yang nolongin terus ... blank," Agnia kembali memejamkan mata. Tidak lama karena kenangan menakutkan itu segera kembali hingga dia la
Narendra menekan pedal gas sedalam mungkin. Entah sudah berapa kali dia membunyikan klakson mobilnya setiap ada kendaraan di depannya. Dia tidak peduli kalau tindakannya mengundang sumpah serapah dari pengguna jalan lain. Tidak ada yang dipedulikannya saat ini kecuali satu hal, secepat mungkin tiba di rumah keluarga Widjaja.Beberapa saat lalu ketika Narendra baru kembali ke kantor dari makan siang, Asija menghubunginya. Dari nomor ponsel yang hanya diketahui oleh para anggota keluarga. Detik itu juga dia tahu kalau ada sesuatu yang terjadi. Keyakinannya semakin membesar ketika mendengar suara Asija bergetar. Sepanjang usianya dia tidak pernah mendengar suara ayahnya separau ini.Ada apa?Sayangnya ketika Narendra bertanya, sang ayah hanya memintanya untuk segera ke rumah keluarga Widjaja. Informasi lain akan disampaikan nanti setelah pria itu tiba di sana. Perasaan Narendra semakin tidak tenang. Dia langsung menyambar jas dan bergegas turun menuju lobi tempat m
"Mbak, aku minta maaf," Narendra berdiri di ambang pintu kamar Rajasena yang ada di kediaman keluarga Widjaja.Sejak Rajasena dan Bimasakti menikah, orang tua mereka mengubah kamar mereka agar lebih nyaman digunakan saat menginap. Sebenarnya itu tindakan yang sia-sia. Mereka masih tinggal sekota sehingga jarang sekali menginap hingga kedua kamar itu menganggur. Begitu juga dengan kamar Narendra sejak pria itu lebih sering tinggal di penthouse-nya. Tetapi orang tua mereka selalu memastikan anak-anak mereka nyaman setiap berkunjung karena memiliki kamar masing-masing."Bukan salah kamu," Masyha berpaling ke arah Narendra sambil terus menepuk lembut paha Elena yang sudah tertidur."Ini salahku," pria itu berjalan masuk kemudian berhenti di kaki tempat tidur. Dia memperhatikan wajah keponakannya yang begitu tenang. Perasaannya kembali campur aduk, "Ini rencanaku.""Bukan, Dra," Masyha masih tersenyum walau tatapannya berkata lain, "Ini rencana kalian. Mas Raj
"Apa lagi?"Itu yang keluar dari mulut Narendra ketika dia mendengar suara pintu penthouse-nya terbuka. Tidak mungkin Badi karena pria itu sudah berada di kamarnya sejak beberapa jam lalu. Hanya ada satu kemungkinan, Abimana. Kunjungan sepupunya di jam seperti ini berarti kabar buruk."Sorry, Dra," Abimana duduk di sampingnya. Tanpa meminta izin dia langsung meneguk habis apapun yang sedang diminum oleh Narendra, "Tapi ini nggak bisa nunggu sampai besok.Narendra menghela napas panjang, "Spill it out."Abimana berdeham sebelum buka suara, "Ini tentang Agnia.""Agnia? Ada apa?" Pengaruh alkoholl yang sempat dirasakannya seketika menghilang ketika mendengar nama kekasihnya disebutkan, "Proses syutingnya ada kendala?""Bisa dikatakan seperti itu," Abimana berhati-hati memilih kata dan cara untuk menyampaikannya.Sebagai tangan kanan Narendra juga sebagai sepupunya, tentu dia sudah mendengar k
"Masih berani berani kamu hubungin saya?"Narendra terkejut mendengar ucapan Kenny ketika sutradara itu menerima panggilan teleponnya. Dia sama sekali tidak menduga ini. Seingatnya dia tidak memiliki masalah dengan Kenny."Apa kita punya masalah?" Seperti kebiasaannya, daripada berspekulasi dengan pikirannya, pria itu memilih untuk mendapatkan jawaban langsung dengan bertanya."Kita? Nggak ada. Tapi saya tahu kalau kamu udah nggak ngehubungin Agnia sejak dia di sini. Agnia juga bilang kalau dia nggak bisa ngehubungin kamu. Seharusnya kamu ...""Hubungannya dengan pertanyaan Anda sebelumnya?" Narendra melihat ke luar jendela mobil.Saat ini pria itu sedang dalam perjalanan menuju gedung Widjaja Group. Biasanya dia menggunakan waktu dalam perjalanan untuk memeriksa email atau membuat daftaran pekerjaan. Kali ini dia memutuskan untuk menghubungi Kenny dan membicarakan masalah terkait foto yang dikirimkan seseorang ke email media. Mobil adalah tempat p
SALAH SEORANG PEWARIS WIDJAJA GROUP DIKABARKAN MENGHILANG!Walau belum dikonfirmasi oleh seorangpun dari keluarga Widjaja tetapi sejak kemarin beredar kabar kalau pewaris utama Widjaja Group, Rajasena Widjaja menghilang dari lokasi kecelakaan di mana mobilnya menjadi salah satu korban dari kecelakaan beruntut. Sampai berita ini diturunkan berita ini masih belum dapat ... <Klik Untuk Membaca Lebih Lanjut>DICULIK ATAU MELARIKAN DIRI?! RAJASENA WIDJAJA MENGHILANG BEGITU SAJASejak kemarin beredar kabar mengenai Rajasena Widjaja yang menghilang dari lokasi kecelakaan mobil beruntut. Keluarga Widjaja masih bungkam dan ini menimbulkan beberapa spekulasi. Sebagian orang percaya kalau Rajasena Widjaja turun menjadi korban dan saat ini terbaring koma di salah satu rumah sakit dengan pengamanan ekstra ketat. Sementara yang lain percaya kalau pewaris utama Widjaja Group itu me