Narendra menepati janjinya. Setelah seluruh masalah internal Widjaja Group selesai, pria itu memberikan cuti panjang untuk Bang Ucok. Hal ini juga sebagai bayaran atas kerja keras pria berbadan besar itu. Narendra tidak menutup mata atas apa yang sudah dilakukan Bang Ucok untuknya dan untuk keluarga Widjaja. Tanpa kerja keras pria itu rencananya tidak akan mungkin berjalan dengan sempurna.
Bang Ucok tentu tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dia menghabiskan satu minggu di kampung halaman sebelum bertolak ke London. Awalnya dia hanya berencana untuk menghabiskan liburnya di kampung halaman kemudian membereskan apartemen dan kontrakan petaknya. Tetapi percakapan dengan Narendra membuatnya berubah pikiran.
Dan ... di sini dia sekarang. London.
Di depan pintu apartemen Amelia.
Pria itu menarik napas panjang dan berdoa sebelum membunyikan bel apartemen gadis itu. Ketika dia berada di depan gedung, ada seorang penghuni apartemen yang keluar sehingga dia dapat
"Nggak dinginnya kau?" Bang Ucok bertanya setelah mereka menjelajah Royal Botanical Garden.Amelia yang memutuskan tujuan kencan mereka. Gadis itu sengaja memilih untuk berkunjung ke Royal Botanical Garden karena hobi Bang Ucok. Dia ingin menyenangkan pacarnya yang sudah menempuh ribuan kilometer untuk mengunjunginya."Dingin. Tapi kayaknya lebih kedinginan Abang, deh," Amelia tertawa kecil sambil memasukkan tangannya ke saku mantel Bang Ucok."Nyaman kau tinggal di sini?" Pria itu ikut memasukkan tangan ke dalam saku sebelum meremas tangan gadis itu dengan lembut."Nyaman aja, sih. Nggak yang gimana," gadis itu tersenyum, "Paling kadang ngerasa kesepian aja karena aku belum punya banyak teman di sini.""Jadi kawan dekat kau itu si James sama Angela?""Ya. Awalnya karena kita pernah satu kelompok tugas. Eh, pas ngobrol nyambung banget! Nggak sadar udah dekat dan sering ngabisin waktu bareng.""Bagus, lah. Tenang aku kalau ada yang dek
Agnia benci datang ke pesta.Terutama ketika dia seorang diri. Seperti saat ini. Keadaan itu diperburuk dengan hanya mengenal segelintir tamu undangan lainnya. Tentu dia dapat berusaha berbaur dengan menyapa beberapa wajah yang dikenalnya tetapi sebagian besar yang menyadari kehadirannya memberi tatapan bertanya-tanya mengapa dia berada di pesta ini."Seharusnya aku nggak datang," Agnia menghela napas panjang sambil mengusap bagian perut gaunnya.Malam ini dia mengenakan strapless dress berwarna hitam dengan aksen daun berwarna hijau di bagian dada. Gaun yang dikenakannya sebatas lutut dengan potongan yang klasik. Gadis itu sengaja memamerkan kaki jenjangnya dengan melengkapi penampilannya dengan heels berwarna hijau senada dengan aksen di bagian dada dan anting bebatuan alami yang dikenakannya."Awas aja Ayah! Kalau Ayah nggak mendadak ada kerjaan aku nggak bakalan segabut ini di sini," lagi-lagi gadis itu menghela napas panjang sambil berbisik kesal.
"Tante mau aku bantuin cari mereka?" Aruna menawarkan bantuan dengan tulus, "Mereka pasti lagi mingle dan aku yakin Kak Raja atau Kak Narendra pasti sekarang lagi close deal. Aku masih nggak habis pikir, kok, bisa cuma ngobrol berujung close deal?"Rheinya tertawa dengan anggun, "Boleh. Tapi itu bukan alasan kamu saja biar bisa leluasa memotret, kan?""Tante!" gadis itu tertawa, "Eh, itu Calya," dia melambai ke arah Calya yang sepertinya sedang mengobrol dengan beberapa temannya.Seakan mengerti kalau lambaian itu berarti panggilan, Calya langsung pamit ke teman-temannya dan berjalan menghampiri Aruna bersama dengan seorang pria.Ketika Calya berjalan ke arah mereka, ada perasaan lega yang memenuhi hati Agnia. Kekasihnya tidak berbohong ketika memperkenalkan Calya kepadanya. Gadis itu benar merupakan adiknya. Ini membuat keyakinan Agnia tentang keseriusan Narendra bertambah. Tidak ada lagi alasan untuk tidak mempercayai pria itu. Narendra bukan berbohong.
"Malam, Ma," Narendra menghampiri Rheinya bersama dengan Calya. Walau dengan bersungut-sungut gadis itu akhirnya tetap saja menuruti permintaan ibunya untuk memanggil Narendra, "Maaf, Narendra terlambat. Ada yang harus diselesaikan.""Kamu ini bagaimana, sih? Abimana itu sepupu terdekatmu, lho! Mama nggak mau tahu kamu harus minta maaf, ya?""Ma, aku hanya terlambat sebentar. Yang terpenting aku hadir saat prosesi pernikahan dan juga resepsi keluarga. Pesta malam ini bukan untuk kita."Prosesi penikahan juga resepsi privat sudah dilaksanakan kemarin. Ini permintaan Rhania. Gadis itu ingin pernikahannya sakral dan intim. Abimana juga setuju sehingga mereka mengadakan beberapa kali resepsi. Malam ini merupakan resepsi terakhir yang diperuntukkan bagi kenalan dan kolega mereka."Walau begitu tetap saja, ya. Terlambat berarti tidak menghargai yang mengadakan acara.""Iya, Ma," Narendra memilih untuk mengalah, "Setelah acara selesai aku akan langsung mi
"Kita ke mana?" Agnia bertanya ketika menyadari kalau bukannya mendekat ke pelaminan mereka malah semakin menjauh.Bukannya menjawab pertanyaan Agnia, pria itu terus melangkah dengan yakin sambil sesekali membalas sapaan ramah beberapa tamu yang cukup mengenalnya atau cukup memiliki keberanian. Akhirnya Agnia memilih untuk mengikuti kekasihnya tanpa bertanya atau mengeluarkan protes. Dia mempercayai Narendra untuk hal-hal besar, sudah terlambat mempertanyakan kepercayaannya saat ini."Di dalam terlalu ramai dan berisik," Narendra baru buka suara ketika mereka sudah berada di lift. Tidak hanya itu, dia langsung menarik pinggul Agnia kemudian memeluk kekasihnya dari belakang, "Terlalu banyak mata berujung pada terlalu banyak pertanyaan.""Ya," Agnia menjawab singkat, "Kamu tahu, waktu aku datang semua tamu kayak ngasih tatapan bingung dan ... entahlah, seakan aku belum cukup pantas berada di sini.""Benarkah?" Narendra meletakann
"Pagi, Bos," Badi memasuki ruangan Narendra dengan membawa berkas milik pria itu yang tertinggal di mobil, "Kelupaan.""Terima kasih," Narendra mengambil berkas yang diberikan oleh bodyguard-nya, "Untung Abi masih honeymoon. Kalau tidak aku akan diceramahi sepanjang hari karena teledor. terkadang dia bisa lebih parah dari Mama."Badi tertawa mendengar ucapan majikannya. Apa yang diucapkan oleh Narendra benar. Jika berurusan dengan Narendra, Abimana dapat berubah menjadi seorang kakak bahkan orang tua yang protektif sekaligus menginginkan anaknya mandiri. Badi sudah menyaksikan itu berulang kali selama menjadi bodyguar pria itu."Ada lagi?" Pria itu bertanya karena bukannya keluar dari ruang kerjanya, Badi masih berdiri dengan kikuk di hadapannya."Bos," Badi berdeham sambil mengusap tengkuknya beberapa kali. Dia terlihat ingin mengucapkan sesuatu tetapi cukup ragu."Ada apa? Katakan saja," Narendra terkekeh, "Aneh melihat kamu seperti sekarang."
"Kereta!" Antari menduduki kursi sesuai dengan yang tertera di tiket sambil tertawa. Sejak mereka tiba di stasiun gadis itu memang tidak berhenti tersenyum dan wajahnya berseri-seri. Dia sangat jarang berpergian ke luar kota dengan menggunakan kereta api. Kampung halaman kedua orang tuanya masih dapat ditempuh dengan menggunakan mobil. Selain itu dia hampir tidak pernah keluar kota.Beberapa hari yang lalu ketika Badi mengatakan akan mengunjungi ibu dan adiknya, Antari sama sekali tidak memiliki dugaan kalau pria itu akan mengajaknya. Ketika dia tahu tentu gadis itu langsung mengiyakan walau dia mengingatkan pacarnya kalau dia harus meminta izin dari kedua orang tuanya. Di luar dugaan, Badi langsung mengajukan diri agar dia yang berbicara dengan kedua orang tua Antari. Menurut Badi karena dia yang mengajak maka itu artinya dia yang bertanggung jawab terhadap Antari selama perjalanan mereka.Tentu saja proses meminta izin itu tidak mudah. Orang tua Antari masih cukup ko
"Sudah siap menghadapi quarter-life-crisis?" Narendra melemparkan tatapan serius ke arah Calya yang sedang bersantai di sofa sambil menonton serial TV kesukaannya."Oh, please, aku belum setua itu, ya!" Gadis itu langsung memberengutkan pipi dan melemparkan tatapan kesal ke arah kakaknya yang sedang terbahak karena mendengar jawaban yang diberikan oleh adiknya."Tapi beberapa hari lagi kamu akan wisuda," Narendra menyeringai, "Sudah tahu apa yang ingin kamu lakukan?""Memangnya aku harus langsung tahu?" Calya balik bertanya."Tentu saja! Malah seharusnya kamu sudah tahu jauh sebelum dinyatakan lulus kuliah.""Aku belum tahu," Calya kembali memberengut, "Mungkin mau langsung ambil master aja.""Kamu mau ambil master karena kamu tidak tahu ingin melakukan apa?" Narendra mengernyitkan dahi, "Ajaib.""Yaa ... dari pada aku nggak ngapa-ngapain, kan?" Calya berujar kesal, "Nanti kalau aku nggak ngapa-ngapain dibilang aku b