Tidak lama setelah Milla kembali ke bilik meja kerjanya, atasannya ke luar kantor dan memberikan pengumuman bahwa pemilik perusahaan mereka akan datang untuk melihat-lihat hasil pekerjaan mereka di sini. Jadi dia meminta agar anak buahnya bisa menjaga kinerjanya selama pemilik perusahaan berada di perusahaan anak cabang ini. Semua karyawan menyetujui permintaan atasan mereka. Pemilik perusahaan sangat jarang mengunjungi kantor cabang jadi mereka merasa berkewajiban untuk menunjukkan hasil kerja yang maksimal. Milla sendiri juga sibuk dengan pekerjaannya dan tampak tidak begitu peduli dengan percakapan di antara rekan-rekan kerja wanitanya yang mengatakan kalau pemilik perusahaan itu adalah seorang pria tampan yang masih lajang. "Alangkah bagusnya kalau Aku terpilih menjadi pasangannya." "Jangan mimpi!" "Mengapa tidak? Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, bahkan semua pencapaian itu kebanyakan awalnya dari mimpi!" Milla hanya tersenyum ketika mendengar semangat rekan kerjany
Eddy yang sudah masuk ke ruang kepala kantor cabang langsung meminta berkas karyawan yang ada di kantor tersebut. Dia merasa perlu untuk mengecek karyawan yang ada di kantor cabangnya karena tadi dia melihat Milla juga ada di antara mereka. Eddy ingin tahu di mana Milla tinggal saat ini karena dia ingin langsung menemui gadis itu di tempat tinggalnya sekarang. Dia tidak berencana untuk mengganggu Milla di kantor karena tidak ingin dirinya dan gadis itu menjadi pusat perhatian karyawan lain. Tatapan Eddy berhenti pada data milik Milla dan menulis alamat kekasihnya itu secara detil. Kepala cabang merasa heran dengan apa yang dilakukan oleh pimpinan perusahaan pada alamat karyawannya yang bernama Mila. Namun, dia tidak memiliki keberanian untuk bertanya apa yang akan dilakukan Eddy pada alamat anak buahnya tersebut. Kepala cabang mulai bertanya-tanya apakah bosnya ini tertarik kepada Milla? Mengapa dari sekian banyak karyawan hanya alamat Milla yang dia masukan ke dalam catatan?
Malam hari di kantor cabang hanya ada beberapa karyawan yang bertahan untuk lembur termasuk Milla. Milla membenahi hasil pekerjaannya dan memasukan ke dalam laci meja kerja, rencananya berkas itu akan dia serahkan besok kepada kepala cabang. Gadis itu beranjak dari duduknya dan mencoba untuk merenggangkan otot-otot nya yang kaku karena seharian duduk di depan komputer. Dia mengambil tasnya lalu melangkah ke luar kantor. Milla berdiri di depan kantor dan menunggu taxi yang lewat. Dari arah belakang Andreas menghampirinya dengan membawa sepeda motor. "Ayo Aku antar!" ajaknya tanpa basa-basi. Dia dan Milla memang sudah lama dekat, tepatnya sejak mereka sama-sama duduk di bangku kuliah. Bahkan Milla bekerja di Amerika pun atas rekomendasinya kepada kepala cabang. Sebenarnya Andreas sudah lama menaruh hati kepada Milla, tapi melihat gadis pujaannya saat itu sudah memiliki kekasih, dia mundur teratur dan memilih untuk berteman saja lalu meneruskan pendidikan di luar negeri sambil be
"Siapa yang memintamu untuk menjadi yang kedua? Tentu saja, Kamu akan selalu menjadi istriku yang pertama dan terakhir!" janji Eddy sungguh-sungguh. Setelah merasakan perasaan luar biasa bersama Milla tadi, bagaimana mungkin Eddy mau melepaskan wanita yang ternyata sangat di cintanya itu. "Lalu bagaimana dengan Nining?" tanya Milla sambil mengerutkan bibirnya. Walau semua sudah terlanjur seperti ini, Milla tetap tidak ingin dijadikan orang ke tiga. Dia tahu apa yang dia lakukan bersama Eddy tadi tidak benar dan telah melanggar prinsip hidupnya sendiri. Namun, dia juga tidak ingin menjadi orang munafik yang menikmati suatu hubungan intim lalu menyesalinya dan bersikap seolah-olah dia adalah korban dan Eddy adalah penjahatnya. Mereka berdua melakukan hubungan tadi secara sukarela tanpa paksaan. "Aku sudah lama putus dengannya, tepatnya sejak Kamu pergi," jelas Eddy. "Setelah Kamu pergi, Aku baru tahu kalau ternyata Kamu yang Aku cintai, bukan Nining atau gadis manapun, hanya Kamu y
Keesokan harinya Milla dan Eddy telah mendapatkan surat nikah mereka dan merayakan pernikahan mereka hanya berdua saja. Eddy sengaja memintakan izin cuti untuk Milla kepada kepala cabang dan langsung di ACC olehnya tanpa banyak bicara. Kepala cabang diam-diam merasa beruntung karena tidak pernah berselisih dengan Milla. Dia tidak tahu apa yang akan dilakukan Eddy kepadanya jika seandainya dia pernah berselisih paham dengan Milla. Eddy menyewa kamar vip di sebuah hotel untuk merayakan pernikahannya dengan Milla. Dia juga mengajak istrinya tersebut jalan-jalan ke pusat hiburan dan melakukan apapun yang belum pernah dilakukannya bersama Milla sejak mereka menjalin kasih. Sebelumnya mereka terlalu sibuk dengan urusan renovasi vila hingga tidak sempat main ke luar walaupun hanya sebentar. Milla merasa bahagia sekali dapat berjalan-jalan dan menonton bersama Eddy yang saat ini telah menjadi suaminya. Namun, di saat dia sedang bahagia dan berjalan bergandengan tangan dengan Eddy, Andrea
Mereka kembali ke hotel dengan perasaan yang berbeda. Eddy merasa puas dan bahagia karena bisa kencan dengan Milla yang saat ini telah menjadi istrinya. Sementara Milla merasakan perasaan campur aduk yang tidak menentu. Ada rasa bahagia dan senang karena bisa berkencan dengan suaminya, seperti apa yang dia inginkan sejak dulu, tapi ada juga perasaan tidak enak yang menyelimuti dirinya atas pertemuan tidak terduganya dengan Andreas. Milla tadinya memutuskan akan menjelaskan yang sebenarnya kepada Andreas saat dia masuk kerja besok. Namun, tampaknya dia harus melupakan keinginan tersebut setelah mendengar apa yang dikatakan oleh suaminya. "Milla bagaimana kalau kita kembali ke Indonesia?" tanya Eddy serius. Masih banyak pekerjaan yang harus Eddy lakukan di kantor pusat, tapi tidak mungkin bagi dirinya untuk meninggalkan istrinya di sini, apalagi Eddy tahu betul kalau ada kumbang dan kupu-kupu yang memiliki ketertarikan kepada istri cantiknya ini. "Tapi ... masih ada pekerjaan yang
Keesokan harinya, Milla dan Eddy mendatangi kantor cabang dan menemui kepala cabang. Mereka juga memesan makan siang dari restoran terkenal yang ada di dekat kantor itu untuk menjamu para karyawan setelah mengumumkan pernikahan mereka. Ada yang senang, ada yang iri dan cemburu, ada juga yang sakit hati. Andreas adalah salah satu orang yang sakit hati melihat gadis yang diam-diam dicintainya sejak lama itu menikah dengan pria yang katanya telah menduakannya. Andreas tidak tahu kapan tepatnya Milla dan Eddy menikah? Apakah ketika Milla mengambil cuti kemarin? Kalau iya berarti dia telah ketinggalan selangkah dari Eddy. Milla meminta izin kepada Eddy untuk berbicara dengan Andreas. Walau ragu akhirnya Eddy mengizinkan istrinya melakukan apa yang dia inginkan. Entah apa yang ingin disampaikan dan dijelaskan oleh Milla, Eddy sama sekali tidak tahu. Mungkin soal pernikahan mereka atau soal kesalahpahaman Andreas atas pernikahan mereka. Bagi Eddy semua itu tidak penting, yang penting sekar
Eddy menatap tajam pria di hadapannya yang juga merupakan sahabat dekat istrinya. Dia sadar betul kalau Andreas saat ini ingin membuat istrinya merasa bersalah dan tidak enak kepadanya. Bermimpi lah! "Apakah karena Kamu pemilik perusahaan ini, maka Kamu bersikap superior di hadapanku? Aku bersahabat dengan Milla sejak kami di sekolah menengah, Dia tahu sekali bagaimana Aku tanpa harus Kamu ajari!" kata Andreas pada akhirnya. Awalnya dia merasa segan untuk beradu pendapat dengan Eddy karena Andreas sadar tidak ada baiknya berdebat dengan pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Namun, sikap Eddy saat ini dalam pandangan Andreas sangat sok tahu sekali dan membuatnya kesal hingga dia tidak lagi mempedulikan apakah pantas atau tidak dia berdebat dengan Eddy. "Oh? Betapa sangat percaya diri! Apakah istriku juga tahu kalau Kamu diam-dian jatuh cinta padanya?" Ejek Eddy sambil tersenyum sinis. Baik Andreas maupun Milla tidak dapat berkata apa-apa untuk menjawab semua perkataan Eddy. And