Mereka kembali ke hotel dengan perasaan yang berbeda. Eddy merasa puas dan bahagia karena bisa kencan dengan Milla yang saat ini telah menjadi istrinya. Sementara Milla merasakan perasaan campur aduk yang tidak menentu. Ada rasa bahagia dan senang karena bisa berkencan dengan suaminya, seperti apa yang dia inginkan sejak dulu, tapi ada juga perasaan tidak enak yang menyelimuti dirinya atas pertemuan tidak terduganya dengan Andreas. Milla tadinya memutuskan akan menjelaskan yang sebenarnya kepada Andreas saat dia masuk kerja besok. Namun, tampaknya dia harus melupakan keinginan tersebut setelah mendengar apa yang dikatakan oleh suaminya. "Milla bagaimana kalau kita kembali ke Indonesia?" tanya Eddy serius. Masih banyak pekerjaan yang harus Eddy lakukan di kantor pusat, tapi tidak mungkin bagi dirinya untuk meninggalkan istrinya di sini, apalagi Eddy tahu betul kalau ada kumbang dan kupu-kupu yang memiliki ketertarikan kepada istri cantiknya ini. "Tapi ... masih ada pekerjaan yang
Keesokan harinya, Milla dan Eddy mendatangi kantor cabang dan menemui kepala cabang. Mereka juga memesan makan siang dari restoran terkenal yang ada di dekat kantor itu untuk menjamu para karyawan setelah mengumumkan pernikahan mereka. Ada yang senang, ada yang iri dan cemburu, ada juga yang sakit hati. Andreas adalah salah satu orang yang sakit hati melihat gadis yang diam-diam dicintainya sejak lama itu menikah dengan pria yang katanya telah menduakannya. Andreas tidak tahu kapan tepatnya Milla dan Eddy menikah? Apakah ketika Milla mengambil cuti kemarin? Kalau iya berarti dia telah ketinggalan selangkah dari Eddy. Milla meminta izin kepada Eddy untuk berbicara dengan Andreas. Walau ragu akhirnya Eddy mengizinkan istrinya melakukan apa yang dia inginkan. Entah apa yang ingin disampaikan dan dijelaskan oleh Milla, Eddy sama sekali tidak tahu. Mungkin soal pernikahan mereka atau soal kesalahpahaman Andreas atas pernikahan mereka. Bagi Eddy semua itu tidak penting, yang penting sekar
Eddy menatap tajam pria di hadapannya yang juga merupakan sahabat dekat istrinya. Dia sadar betul kalau Andreas saat ini ingin membuat istrinya merasa bersalah dan tidak enak kepadanya. Bermimpi lah! "Apakah karena Kamu pemilik perusahaan ini, maka Kamu bersikap superior di hadapanku? Aku bersahabat dengan Milla sejak kami di sekolah menengah, Dia tahu sekali bagaimana Aku tanpa harus Kamu ajari!" kata Andreas pada akhirnya. Awalnya dia merasa segan untuk beradu pendapat dengan Eddy karena Andreas sadar tidak ada baiknya berdebat dengan pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Namun, sikap Eddy saat ini dalam pandangan Andreas sangat sok tahu sekali dan membuatnya kesal hingga dia tidak lagi mempedulikan apakah pantas atau tidak dia berdebat dengan Eddy. "Oh? Betapa sangat percaya diri! Apakah istriku juga tahu kalau Kamu diam-dian jatuh cinta padanya?" Ejek Eddy sambil tersenyum sinis. Baik Andreas maupun Milla tidak dapat berkata apa-apa untuk menjawab semua perkataan Eddy. And
Milla bergidik mendengar ancaman Eddy. Dia baru tahu kalau Eddy memiliki rasa cemburu yang sangat tinggi. Eddy menantikan dengan sabar istri cantiknya menjawab pertanyaannya tersebut. Dia sebenarnya tidak ingin mengancam Milla dengan hukuman, tapi kecemburuan didalam hatinya telah mengalahkan kewarasannya. Eddy benar-benar tidak suka istrinya berdekatan dengan pria lain, walaupun hanya berteman ataupun bersahabat. "Aku janji tidak akan dekat lagi dengan pria lain!" kata Milla sambil mengangkat tangan kanannya lemah. Milla merasa jalan terbaik baginya memang tidak lagi berteman dengan pria manapun. Selain karena suaminya pencemburu, dia juga tidak ingin lagi merasa tidak enak kepada siapapun seperti yang dia rasakan saat ini kepada Andreas. "Pintar," puji Eddy sambil mengecup pipi istrinya puas. Milla memutar bola matanya kesal melihat bagaimana gembiranya Eddy ketika mendengar dia berjanji tidak akan dekat lagi dengan pria lain . Keesokan harinya ... Milla dan Eddy berjalan
Eddy menggenggam tangan Milla erat. Seolah ingin menguatkan istrinya atas penerimaan Nining yang jauh dari kata ramah. "Kalian pulang duluan saja, Aku dan istriku akan langsung pulang ke villa," kata Eddy kepada Guntur, memecah keheningan dan suasana tidak menyenangkan yang terjadi saat ini. "Bukannya Kamu bilang akan pulang ke apartemen?" tanya Guntur heran. Sebelumnya Eddy meminta dijemput Guntur karena akan pulang ke apartemennya yang tereletak tidak jauh dari apartemen milik sahabatnya itu. "Tidak jadi, kami akan pulang ke vila saja," kata Eddy tegas. "Kami pergi dulu!" kata Eddy lagi sambil menarik koper dan menggandeng tangan istrinya dengan tangan yang lain, berlalu dari hadapan Guntur dan Nining tanpa banyak kata. "Ck!" Guntur berdecak, sambil menggaruk kepalanya tidak gatal. Dia merasa bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya saat ini. Tidak mungkin dia memaksa Eddy untuk tetap bersama mereka atau menawarkan untuk mengantarkannya ke vila. Dia sadar kalau si
Milla yang kekurangan kasih sayang keluarga merasa hidupnya kini sangat penuh dan bahagia karena Eddy pria yang dicintainya, ternyata sangat mencintainya juga. Sekarang mereka telah menikah, salahkah jika Milla masih belum ingin berbagi kasih sayang suaminya dengan yang namanya anak? Sekalipun itu adalah anak kandungnya sendiri. Dia ingin ketika dia hamil dan melahirkan nanti, dirinya sudah benar-benar siap untuk menjadi seorang ibu yang baik bagi anak-anaknya. Untuk saat ini dia hanya ingin menikmati kebersamaannya dengan Eddy tanpa gangguan siapa pun. Jika mereka memiliki anak, pasti perhatian dan kasih sayang mereka akan terpecah menjadi dua, antara pasangan dan anak-anak mereka. "Bolehkah jika Aku ingin menunda untuk memiliki anak?" tanya Milla kepada Eddy. "Mengapa?" tanya Eddy tidak mengerti. Bukankah setiap perempuan biasanya setelah menikah ingin cepat-cepat memiliki anak? Mengapa Milla malah ingin menundanya? Eddy benar-benar tidak mengerti mengapa istrinya ini ingi
Tidak lama kemudian dari arah kamar mandi terdengar suara-suara yang membuat telinga siapapun memerah. Milla merasa hampir pingsan karena harus merasakan serangan suaminya dengan berbagai posisi yang membuat wajahnya memerah karena malu. Milla sampai ke puncak dengan tubuhnya yang bergetar hebat sementara Eddy masih dengan telaten membersihkannya. Malam ini terasa sangat melelahkan bagi Milla dan terasa sangat panjang karena suaminya sama sekali tidak ingin melepaskannya sedikitpun. Setelah dari kamar mandi, Eddy bukannya berhenti malah melanjutkan kembali kegiatan musim semi mereka di atas tempat tidur hingga membuat Milla mengeluh dan memprotes karena tidak tahan lagi terus menerus diombang ambingkan oleh suaminya. "Sudah cukup ...," keluh mila tanpa daya. "Sekali lagi ...." "Kamu pendusta!" kata Milla mengeratkan gigi grahamnya kesal karena Eddy terus berkata sekali lagi dan lagi. Eddy baru benar-benar melepaskan Milla setelah dirinya merasa puas. Dia menatap istrinya yang p
Milla rasanya ingin memukul Eddy untuk keinginan yang tidak pernah ada habisnya itu. Namun, selalu saja dia menjadi luluh ketika suaminya mengeluh pusing jika tidak dapat melepaskan seluruh hasratnya kepada Milla. Beberapa jam kemudian pondok itu kembali dipenuhi suara-suara ambigu dari pergulatan musim semi Milla dan Eddy. Milla rasanya ingin pingsan saja dari pada terus merasakan kegembiraan suaminya yang tidak pernah ada puasnya. Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu pondok, Milla mengambil kesempatan itu untuk melepaskan diri dari cengkraman suaminya. "Ada orang!" kata Milla sambil mendorong Eddy. "Biarkan!" kata Eddy tidak peduli dan meneruskan kegiatannya memegangi Milla. "Tidak! Bagaimana kalau itu penting? ... Ahh!" kata Milla terbata-bata di sela serangan Eddy pada titik-titik sensitifnya. "Bu Milla, Pak Eddy! Permisi ... apakah kalian ada di dalam? Di vila utama ada kerabat Bu Milla yang ingin bertemu!" kata tukang taman dari luar pondok. Eddy dan Milla menghenti