Eddy terdiam mendengar apa yang dikatakan Nining di sela Isak tangisnya. Tiba-tiba saja dia merasa sangat menyesal mengapa sebelumnya dia mau dijodohkan dengan Nining oleh kakeknya. Seandainya dulu dia tidak pernah menerima perjodohan itu, mungkin dia tidak akan bingung seperti sekarang ini. Ada juga yang membuat Eddy sangat linglung saat ini. Mengapa ketika melihat Milla menangis hatinya seperti tersayat-sayat sementara saat ini ketika dia melihat Nining menangis dirinya hanya sekedar merasa iba? Mengapa bisa berbeda? "Aku salah, seharusnya Aku memang tidak menerima perjodohan itu ... maaf," kata Eddy penuh penyesalan. "Apakah Kamu menyesali perjodohan ini?" tanya Nining membelalakkan matanya tidak percaya. Hanya beberapa bulan Milla masuk ke dalam hubungan mereka dan itu langsung merubah pendirian Eddy. Pria di hadapannya ini sampai merasa bahwa keputusannya untuk menerima pertunangan diantara mereka itu adalah sebuah kesalahan. Ini benar-benar membuat Nining tercengang. "
Eddy telah meninggalkan vila dan sibuk berkeliling mencari dan melacak keberadaan Milla saat ini. Dia benar-benar merasa putus asa karena sudah sekian lama mencari, tapi tidak ada satu pun kabar tentang gadis yang telah mencuri hatinya itu. "Apa yang harus Aku lakukan untuk bisa menemukanmu, Milla,"gumam Eddy kalut. Dia menepikan mobilnya ke bahu jalan dan mematikan mesin lalu duduk bersandar di kursi kemudi dengan wajah letih dan lelah. Ini adalah hari ke tujuh dirinya mencari Milla. Namun, hingga saat ini Eddy masih juga belum dapat menemukan gadis tersebut. Eddy juga telah mengerahkan orang-orang kepercayaannya dan menyewa beberapa kantor detektif swasta untuk membantunya melacak keberadaan Milla, tapi gadis itu seperti hilang di telan bumi. Kemana Mila sebenarnya? Pertanyaan itu terus menghantui benak Eddy. Ada rasa khawatir gadis itu menemui berbagai macam kesulitan setelah keluar dari vilanya. Tiba-tiba terdengar suara dering ponsel memecah keheningan .... Eddy tidak menye
"Eddy menyuruhku untuk menemuinya di apartemennya, ada masalah pekerjaan yang ingin dia bicarakan," jawab Guntur sambil mengecup pipi istrinya. Semenjak Nining menerima cintanya, Guntur langsung menikahinya dan mengajaknya tinggal di apartemen miliknya agar lebih dekat dari tempatnya bekerja. Dia benar-benar merasa bahagia bisa menikahi wanita idamannya sejak kecil. Dalam hati dia juga merasa berterima kasih karena Eddy mau melepaskan Nining. Jika tidak mungkin dia selamanya hanya bisa menyaksikan kedekatan mereka dengan perasaan sakit. "Apakah Dia masih belum menemukan keberadaan Milla?" tanya Nining ingin tahu. "Sepertinya belum, kenapa? Jangan bilang Kamu masih memikirkannya," goda Guntur sambil menggelitik titik sensitif istrinya membuat Nining terpekik karena merasa geli. "Kamu bercanda, bagaimana mungkin Aku masih mengharapkannya, jelas-jelas suamiku lebih perkasa," canda Nining sambil tertawa lucu. "Jangan mengundang sayang, Aku sedang terburu-buru kalau tidak Aku akan mem
Tidak lama setelah Milla kembali ke bilik meja kerjanya, atasannya ke luar kantor dan memberikan pengumuman bahwa pemilik perusahaan mereka akan datang untuk melihat-lihat hasil pekerjaan mereka di sini. Jadi dia meminta agar anak buahnya bisa menjaga kinerjanya selama pemilik perusahaan berada di perusahaan anak cabang ini. Semua karyawan menyetujui permintaan atasan mereka. Pemilik perusahaan sangat jarang mengunjungi kantor cabang jadi mereka merasa berkewajiban untuk menunjukkan hasil kerja yang maksimal. Milla sendiri juga sibuk dengan pekerjaannya dan tampak tidak begitu peduli dengan percakapan di antara rekan-rekan kerja wanitanya yang mengatakan kalau pemilik perusahaan itu adalah seorang pria tampan yang masih lajang. "Alangkah bagusnya kalau Aku terpilih menjadi pasangannya." "Jangan mimpi!" "Mengapa tidak? Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, bahkan semua pencapaian itu kebanyakan awalnya dari mimpi!" Milla hanya tersenyum ketika mendengar semangat rekan kerjany
Eddy yang sudah masuk ke ruang kepala kantor cabang langsung meminta berkas karyawan yang ada di kantor tersebut. Dia merasa perlu untuk mengecek karyawan yang ada di kantor cabangnya karena tadi dia melihat Milla juga ada di antara mereka. Eddy ingin tahu di mana Milla tinggal saat ini karena dia ingin langsung menemui gadis itu di tempat tinggalnya sekarang. Dia tidak berencana untuk mengganggu Milla di kantor karena tidak ingin dirinya dan gadis itu menjadi pusat perhatian karyawan lain. Tatapan Eddy berhenti pada data milik Milla dan menulis alamat kekasihnya itu secara detil. Kepala cabang merasa heran dengan apa yang dilakukan oleh pimpinan perusahaan pada alamat karyawannya yang bernama Mila. Namun, dia tidak memiliki keberanian untuk bertanya apa yang akan dilakukan Eddy pada alamat anak buahnya tersebut. Kepala cabang mulai bertanya-tanya apakah bosnya ini tertarik kepada Milla? Mengapa dari sekian banyak karyawan hanya alamat Milla yang dia masukan ke dalam catatan?
Malam hari di kantor cabang hanya ada beberapa karyawan yang bertahan untuk lembur termasuk Milla. Milla membenahi hasil pekerjaannya dan memasukan ke dalam laci meja kerja, rencananya berkas itu akan dia serahkan besok kepada kepala cabang. Gadis itu beranjak dari duduknya dan mencoba untuk merenggangkan otot-otot nya yang kaku karena seharian duduk di depan komputer. Dia mengambil tasnya lalu melangkah ke luar kantor. Milla berdiri di depan kantor dan menunggu taxi yang lewat. Dari arah belakang Andreas menghampirinya dengan membawa sepeda motor. "Ayo Aku antar!" ajaknya tanpa basa-basi. Dia dan Milla memang sudah lama dekat, tepatnya sejak mereka sama-sama duduk di bangku kuliah. Bahkan Milla bekerja di Amerika pun atas rekomendasinya kepada kepala cabang. Sebenarnya Andreas sudah lama menaruh hati kepada Milla, tapi melihat gadis pujaannya saat itu sudah memiliki kekasih, dia mundur teratur dan memilih untuk berteman saja lalu meneruskan pendidikan di luar negeri sambil be
"Siapa yang memintamu untuk menjadi yang kedua? Tentu saja, Kamu akan selalu menjadi istriku yang pertama dan terakhir!" janji Eddy sungguh-sungguh. Setelah merasakan perasaan luar biasa bersama Milla tadi, bagaimana mungkin Eddy mau melepaskan wanita yang ternyata sangat di cintanya itu. "Lalu bagaimana dengan Nining?" tanya Milla sambil mengerutkan bibirnya. Walau semua sudah terlanjur seperti ini, Milla tetap tidak ingin dijadikan orang ke tiga. Dia tahu apa yang dia lakukan bersama Eddy tadi tidak benar dan telah melanggar prinsip hidupnya sendiri. Namun, dia juga tidak ingin menjadi orang munafik yang menikmati suatu hubungan intim lalu menyesalinya dan bersikap seolah-olah dia adalah korban dan Eddy adalah penjahatnya. Mereka berdua melakukan hubungan tadi secara sukarela tanpa paksaan. "Aku sudah lama putus dengannya, tepatnya sejak Kamu pergi," jelas Eddy. "Setelah Kamu pergi, Aku baru tahu kalau ternyata Kamu yang Aku cintai, bukan Nining atau gadis manapun, hanya Kamu y
Keesokan harinya Milla dan Eddy telah mendapatkan surat nikah mereka dan merayakan pernikahan mereka hanya berdua saja. Eddy sengaja memintakan izin cuti untuk Milla kepada kepala cabang dan langsung di ACC olehnya tanpa banyak bicara. Kepala cabang diam-diam merasa beruntung karena tidak pernah berselisih dengan Milla. Dia tidak tahu apa yang akan dilakukan Eddy kepadanya jika seandainya dia pernah berselisih paham dengan Milla. Eddy menyewa kamar vip di sebuah hotel untuk merayakan pernikahannya dengan Milla. Dia juga mengajak istrinya tersebut jalan-jalan ke pusat hiburan dan melakukan apapun yang belum pernah dilakukannya bersama Milla sejak mereka menjalin kasih. Sebelumnya mereka terlalu sibuk dengan urusan renovasi vila hingga tidak sempat main ke luar walaupun hanya sebentar. Milla merasa bahagia sekali dapat berjalan-jalan dan menonton bersama Eddy yang saat ini telah menjadi suaminya. Namun, di saat dia sedang bahagia dan berjalan bergandengan tangan dengan Eddy, Andrea
Namun, semua itu berusaha ditepis olehnya karena rasanya tidak mungkin kalau salah satu di antara mereka mandul ... baik dirinya dan Eddy, mereka berdua benar-benar sehat dan bugar."Para tetua di keluarga suamiku mengatakan kalau kita kebanyakan melakukan hubungan suami istri kabarnya bisa membatalkan pembuahan," kata Nining seolah bisa membaca pikiran Milla."Ah! Benarkah?" tanya Milla membelalakkan matanya terkejut.Apakah dia lama tidak hamil karena dirinya dan Eddy terlalu banyak berhubungan? 'Jika benar seperti itu, Aku harus mengingatkan Eddy agar lebih menahan diri,' tekad Milla dalam hati.Mungkin mereka harus puasa selama beberapa hari dulu untuk mendapatkan hasil yang maksimal.Nining tidak tahu kalau informasi yang dia katakan kepada Milla itu pada akhirnya akan membuat Milla menyiksa suaminya sendiri dengan menyuruhnya menahan.Sikap Milla yang selalu menghindar ketika diajak berhubungan suami istri benar-benar membuat Eddy kacau.Semua orang di kantor terkena imbasnya t
"Tante?" potong Eddy bertanya heran.Dia cemberut mengingat Sinta. Apakah wanita itu yang melaporkan dirinya dan Milla?"Iya, Dia mengaku sebagai Tante dari Nona Milla, Dia bilang Dia adik dari papanya Nona Milla.""Ck! Wanita itu hampir ditangkap polisi karena mengaku-ngaku sebagai kerabat istriku sementara istriku sama sekali tidak mengenalnya dan Dia juga tidak memilki bukti yang menunjukkan kalau Dia benar-benar adik dari almarhum papa mertuaku.""Jadi Dia penipu?" "Iya, istriku tinggal di sini sejak lahir dan orang yang mengaku kerabat itu sama sekali tidak pernah muncul bahkan di hari pemakaman kedua orang tua istriku ... Entah apa ide yang ada di dalam pikiran wanita itu hingga tiba-tiba datang ke sini dan mengaku sebagai Tante istriku.""Maaf, Kami benar-benar tidak tahu kalau wanita itu adalah seorang penipu.""Tidak apa, Aku dan istriku memang baru saja menikah dan belum sempat membuat acara pesta ... kejadian ini mengingatkan kami untuk segera menggelar acara pesta agar ti
"Maaf ini hanya kesalahpahaman semata, kami mengakui orang yang salah ... kami akan pergi dari sini sekarang juga," katanya sambil memegang tangan Sinta dan Leni, bersiap untuk berlalu dari tempat itu."Apakah anda ingin meneruskan kasus ini?" tanya polisi kepada Eddy."Kalau mereka tetap bersikeras, Aku akan meneruskan masalah ini hingga ke meja hijau," kata Eddy mendominasi."Tidak! ... kami tidak akan lama-lama di sini, sekarang juga kami akan pamit," kata Romy tegas. "Jaga dirimu baik-baik," katanya lagi kepada Milla.Eddy dan Milla hanya memutar bola matanya bosan. Apakah sudah tidak terlambat untuk mengkhawatirkan Milla? Kemana saja mereka selama ini?"Jangan mengkhawatirkan istriku, Aku lebih tau cara menjaganya ketimbang orang-orang yang mengaku sebagai kerabatnya seperti kalian!" kata Eddy sinis.Romy mengakui kebenaran kata-kata Eddy, tanpa banyak kata dia meninggalkan tempat tersebut dengan membawa istri dan anaknya di kedua tangannya."Apakah ada yang lain yang bisa kami
"Ck! Sepertinya mereka tidak akan mau pergi secara sukarela," kata Eddy kepada Milla tidak bisa menyembunyikan nada sinis dalam suaranya."Sepertinya begitu, apakah Kamu punya ide?" tanya Milla serius."Aku akan menelepon polisi untuk mengeluarkan mereka dari sini."Eddy mengambil ponselnya dari kantong."Stop! Jangan menelepon polisi, kami akan keluar sekarang juga," kata Romy berusaha mencegah Eddy menghubungi polisi.Jika Meraka sampai di usir dengan menggunakan aparat itu pasti akan sangat memalukan sekali.Walaupun dirinya hanya pengusaha kecil tapi ini semua menyangkut nama baiknya, apa kata klien dan koleganya jika dia bersama keluarganya sampai diusir dengan tidak hormat dari vila keponakannya sendiri?"Pa!"Sinta dan Leni memprotes kata-kata Romy dengan nada tidak puas."Apa? Apa kalian ingin diangkut oleh pihak kepolisian karena tidak mau keluar dari sini?" tanya Romy melotot kesal."Dia tidak akan berani, itu hanya ancaman, bagaimanapun Aku tante kandungnya, apa kata tetang
Leni yang terlalu yakin pada kemampuannya sendiri sama sekali tidak menyadari kalau dia benar-benar tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk merebut Eddy dari Milla karena sepupunya itu tidak akan pernah membiarkan dia tinggal di vila miliknya.Eddy sendiri sebagai targetnya merasa sangat muak dan jijik mendapati tatapan Leni kepada dirinya. Selain Milla di mata Eddy semua perempuan tidak ada bedanya dengan laki-laki.Dia benar-benar tidak menyukai wanita yang mengaku sebagai sepupu istrinya ini."Milla sayang, bolehkah kami menginap di sini barang seminggu dua Minggu? Tante tahu Kamu tidak mengingat kami tapi siapa tahu dengan menginapnya kami di sini Kamu akan kembali mengingat kami," bujuk Sinta tanpa malu-malu.Eddy cemberut mendengar keluarga istrinya yang entah datang dari mana ini meminta tinggal di vila yang telah diberikannya kepada Milla.Dia menoleh ke arah istrinya untuk melihat keputusan apa yang akan diambil olehnya saat ini. Walaupun dirinya tidak menyukai keluarga
Milla dan Eddy kembali ke vila dan menemui orang-orang yang mengaku sebagai keluarga Milla."Ah! Milla ... syukurlah Nak, Kamu sehat-sehat saja ...."Milla mengerutkan kening ketika wanita setengah baya yang datang ke rumahnya dengan penuh semangat memeluk dirinya.Eddy melepaskan Milla dari pelukan wanita tersebut dan membiarkannya berada di belakang dirinya."Siapa Kamu?" tanya Eddy tanpa membunyikan rasa tidak sukanya."Aku tantenya ... Milla ini Tante sayang, masa Kamu lupa sama Tante Sinta," kata wanita setengah baya itu dengan nada mengeluh sedih."Tante?" tanya Eddy sambil mengangkat sebelah alisnya.Eddy menoleh ke arah istrinya dan melihat Milla tampak tidak bergeming ataupun mengakui kalau dia mengenal wanita yang mengaku bernama Sinta tersebut."Iya, Aku adik Papa Milla ... lalu siapa Kamu?" tanya Sinta sambil menatap Eddy serius.Sinta merasa pria muda yang berbicara dengannya ini sepertinya bukan pria biasa-biasa saja. Auranya benar-benar membuat Sinta harus berpikir ber
Milla rasanya ingin memukul Eddy untuk keinginan yang tidak pernah ada habisnya itu. Namun, selalu saja dia menjadi luluh ketika suaminya mengeluh pusing jika tidak dapat melepaskan seluruh hasratnya kepada Milla. Beberapa jam kemudian pondok itu kembali dipenuhi suara-suara ambigu dari pergulatan musim semi Milla dan Eddy. Milla rasanya ingin pingsan saja dari pada terus merasakan kegembiraan suaminya yang tidak pernah ada puasnya. Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu pondok, Milla mengambil kesempatan itu untuk melepaskan diri dari cengkraman suaminya. "Ada orang!" kata Milla sambil mendorong Eddy. "Biarkan!" kata Eddy tidak peduli dan meneruskan kegiatannya memegangi Milla. "Tidak! Bagaimana kalau itu penting? ... Ahh!" kata Milla terbata-bata di sela serangan Eddy pada titik-titik sensitifnya. "Bu Milla, Pak Eddy! Permisi ... apakah kalian ada di dalam? Di vila utama ada kerabat Bu Milla yang ingin bertemu!" kata tukang taman dari luar pondok. Eddy dan Milla menghenti
Tidak lama kemudian dari arah kamar mandi terdengar suara-suara yang membuat telinga siapapun memerah. Milla merasa hampir pingsan karena harus merasakan serangan suaminya dengan berbagai posisi yang membuat wajahnya memerah karena malu. Milla sampai ke puncak dengan tubuhnya yang bergetar hebat sementara Eddy masih dengan telaten membersihkannya. Malam ini terasa sangat melelahkan bagi Milla dan terasa sangat panjang karena suaminya sama sekali tidak ingin melepaskannya sedikitpun. Setelah dari kamar mandi, Eddy bukannya berhenti malah melanjutkan kembali kegiatan musim semi mereka di atas tempat tidur hingga membuat Milla mengeluh dan memprotes karena tidak tahan lagi terus menerus diombang ambingkan oleh suaminya. "Sudah cukup ...," keluh mila tanpa daya. "Sekali lagi ...." "Kamu pendusta!" kata Milla mengeratkan gigi grahamnya kesal karena Eddy terus berkata sekali lagi dan lagi. Eddy baru benar-benar melepaskan Milla setelah dirinya merasa puas. Dia menatap istrinya yang p
Milla yang kekurangan kasih sayang keluarga merasa hidupnya kini sangat penuh dan bahagia karena Eddy pria yang dicintainya, ternyata sangat mencintainya juga. Sekarang mereka telah menikah, salahkah jika Milla masih belum ingin berbagi kasih sayang suaminya dengan yang namanya anak? Sekalipun itu adalah anak kandungnya sendiri. Dia ingin ketika dia hamil dan melahirkan nanti, dirinya sudah benar-benar siap untuk menjadi seorang ibu yang baik bagi anak-anaknya. Untuk saat ini dia hanya ingin menikmati kebersamaannya dengan Eddy tanpa gangguan siapa pun. Jika mereka memiliki anak, pasti perhatian dan kasih sayang mereka akan terpecah menjadi dua, antara pasangan dan anak-anak mereka. "Bolehkah jika Aku ingin menunda untuk memiliki anak?" tanya Milla kepada Eddy. "Mengapa?" tanya Eddy tidak mengerti. Bukankah setiap perempuan biasanya setelah menikah ingin cepat-cepat memiliki anak? Mengapa Milla malah ingin menundanya? Eddy benar-benar tidak mengerti mengapa istrinya ini ingi