"Tuan," panggil Ali saat melihat David sama sekali tidak konsen saat melakukan pertemuan online.
David yang sadar jika ia benar benar tidak bisa berkonsetrasi dengan baik itu berdeham. Tanpa banyak bicara, ia menutup rapat online itu, kemudian berdiri dan meninggalkan Ali yang benar benar bingung dengan situasi saat ini.Orang orang itu pasti kebingungan dengan sikap David sekarang. sementara memaksa David untuk tetap melanjutkan rapat hanya akan membuat laki laki itu marah."Ke mana kau? Apa kau benar benar membenciku?Bahkan, kau tak membiarkan aku melihat anak kita," ujarnya mengingat jika Rachel pergi membawa anak yang bahkan tidak ia ketahui jenis kelaminnya itu.Matanya menatap taman yang persis berada di bawah tempat tinggalnya itu. Matanya menatap anak anak yang tampak berlarian di sana.Ada denyutan sakit yang tak bisa ia tahan. Membayangkan jika Rachel tidak pergi, pasti ia akan menemani anaknya bermain di taman seperti"Maaf, Mama benar benar tidak sengaja," ujar Rachel sambil menatap Amanda yang duduk di depan meja makan sambil menundukkan kepala.Amanda hanya menganggukkan kepala. Namun, hal itu sama sekali tak mengurangi rasa bersalah Rachel.Wanita itu memilih berjongkok di bawah Amanda, kemudian membawa kedua tangan Amanda ke bibirnya dan mengecupnya berulang kali."Mama benar benar minta maaf. Maaf, Mama sama sekali tidak bermaksud membuat Amanda kesakitan," pintanya dengan suara serak.Amanda yang mendengar itu perlahan menatap mamanya. Sebenarnya, ia tidak marah karena tangannya yang memerah, tapi ia sedikit marah karena mamanya malah membawanya pulang, dan tidak kembali ke taman. Selain itu, tangannya sudah tidak sakit lagi. Hanya karena kulitnya yang putih, maka warna merah itu bertahan jauh lebih lama."Mama akan mengobatimu," ujar Rachel yang langsung berdiri dan mengambil kotak p3k.Amanda yang melihat itu mengikuti ke mana arah sa
"Mama akan membawa Amanda ke taman lagi. Tapi, Mama tidak bisa membawa Amanda sekarang. Mama ada pekerjaan mendadak," ujar Rachel membujuk Amanda yang menagih janjinya untuk membawanya ke taman.Amanda yang mendengar itu mengerucutkan bibir. Matanya menatap Rachel yang tampak bersalah karena tidak bisa memenuhi janjinya itu."Tapi mama janji, besok sore mama akan membawamu ke taman. Mama juga akan mengajak Amanda makan es krim,' ujarnya dengan serius.Amanda yang mendengar itu mengangguk lemah. la tidak tahu apa pekerjaan mamanya. Tapi, yang ia tahu, setiap mamanya pamit untuk pergi, mamanya bisa meninggalkanya sampai lima hari. Bahkan, pernah sampai setengah bulan.Jangan sedih, kali ini Mama benar benar berjanji. Mama hanya bekerja sampai malam hari. Besok pagi, mama pasti sudah kembali," janjinya dengan mengangkat jari kelingkingnya di depan Amanda.Amanda yang melihat itu mengerjap. Matanya memerah. "Janji?""Ya, mama janji,"
"Nona," sapa David yang tak peduli jika wanita di depannya sama sekali tak mengenalnyaRachel yang sedang berpura pura berbincang dengan Theo itu menolehkan kepala. Matanya menyipit, pura pura bingung dengan kemunculan David di depanya."Maaf, apa anda sedang berbicara dengan saya?" tanya Rachel dengan suara yang ia buat serak.David menganggukkan kepala tanpa ragu. Entah bagaimana ia dengan beraninya mendatangi wanita asing itu. Matanya bahkan menatap tajam ke arah tangan Theo yang melingkari pinggang Rachel.Theo yang merasakan tatapan itu tanpa sadar melepaskan tangannya. Matanya menatap David dengan bingung.David sendiri yang melihat reaksi Theo tanpa sadar mengangguk puas, membuat Ali yang melihat itu benar benar dibuat tercengang.'Ya Tuhan, Tuan, paling tidak jika anda ingin mencari nyonya baru, anda harus memastikan jika wanita itu tidak memiliki pasangan, gumam Ali dalam hati."Perkenalkan, nama saya David," uj
"Kapten, awas!" teriak Theo saat melihat laki laki dengan tubuh berotot tampak ingin menendang Rachel dari belakang.Rachel yang mendengar teriakan itu dengan cepat menghindar. Matanya tampak menggelap saat melihat laki laki dengan setengah wajahnya yang ditutupi tatto itu tampak menatapnya bengis."Wanita cantik sepertimu benar benar tidak cocok membawa tembak seperti itu. Lebih cocok, kau membawa cambuk berbulu," ujarnya dengan seringai menjijikan.Rachel yang mendengar itu menggertakkan gigi. Dengan cepat ia melabuhkan tembakan ke arah laki laki itu. Hanya saja, laki laki itu bukan lawan yang mudah.la dengan gesit menghindar, membuat peluru menancap ke tembok dan mengundang tawa mengejek di wajah laki laki itu."Sudah aku bilang, kau lebih cocok membawa cambuk berbulu," cibirnya sambil mendekat.Rachel menggertakkan gigi. la menatap sekeliling, beberapa lawannya tampak tumbang. Sementara Theo dengan cepat meringkus mereka.
"Lihat! Apa yang kau lakukan? bagaimana kau bisa membiarkan satu satunya kunci untuk mendapatkan akses meninggal!" teriak pemimpin di depan Rachel.Rachel yang mendengar itu hanya menunduk. Meskipun ia berhasil menyelamatkan dan mengamankan beberapa peyusup, tapi ia mengalami kegagalan besar karena tidak bisa menangkap satu satunya kunci yang bisa mengungkap kasus yang selama ini mereka selidiki."Masuk lewat jalur dalam, dan tiba tiba bisa menjadi kapten. Ck ck, apa yang bisa diandalkan," cibir salah satu dari ketua tim lain yang kebetulan sangat membencinya dan menganggap dia tidak pantas menjadi seorang kapten."Kasus ini akan diberikan pada tim A. Kau bisa istirahat dengan timmu, putus pemimpin yang mencoba menekan emosinya.Rachel yang mendengar itu menatap pemimpin tak percaya. Meskipun ia mendengar tim lain menggunjingnya, ia sama sekali tak peduli.la mendapatkan posisi ini bukan tanpa usaha. la benar benar berjuang mendapatkannya
"Mama," teriak Amanda saat melihat mamanya benar benar muncul saat ia bangun di pagi hari.Rachel yang memang sengaja tidak tidur dan menunggu Amanda bangun itu tersenyum. la rentangkan kedua tangannya ke arah putrinya itu."Mama sudah kembali?" tanya Amanda yang sudah berada di pelukan Rachel.Rachel yang mendengar itu menganggukkan kepala. Matanya menatap putrinya yang tampak sudah kembali ceria."Ya, Mama sudah kembali. Seperti janji mama, ujarnya dengan melabuhkan satu kecupan di kening Amanda.Amanda yang mendapatkan kecupan itu terkikik. Matanya menatap Rachel penuh kepuasan. "Bagus, berarti nanti sore kita akan ke taman?" tanyanya penuh semangat.Rachel yang mendengar itu menganggukkan kepala. Meskiun tubuhnya sedikit lelah. Lebih lebih ia merasakan nyeri di beberapa tubuhnya akibat tendangan lawannya malam itu, ia benar benar tidak bisa menolak permintaan putrinya itu."Ya, kita akan ke taman nanti sore, tapi seb
"Bagaimana? Apa Amanda suka?" tanya Rachel saat membawa Amanda di salah satu sekolah elite di kawasan dekat dengan tempat tinggalnya itu.Amanda yang melihat seluncuran dan beberapa tempat bermain yang cukup lengkap itu menganggukkan kepala. Matanya menatap banyak anak anak yang tampak bermain di sana."Ya, Amanda suka," jawabnya penuh keantusiesan.Rachel tersenyum. la sudah menanyakan tentang kurikulum di sekolah ini. Selain kurikulumnya yang bagus, tempat ini juga cocok untuk anak seperti Amanda."Bagus, berarti, mulai besok Amanda akan sekolah di sini," ujar Rachel dengan semangat.Amanda yang mendengar itu jauh lebih semangat. Bibirnya terus terusan terbuka, dengan seringai kenakan kanakannya yang akan membuat siapa pun yang melihatnya merasa lucu."Ya, Mama," jawabnya penuh semangat.Rachel tersenyum. la menggandeng tangan Amanda, kemudian membawa anak itu untuk masuk ke dalam mobil."Kalau begitu, ayo kit
Tubuh Amanda menciut, matanya menatap ke arah David yang tampak menyeramkan saat mencengkram tangan Theo.Sementara Rachel sendiri yang bingung dengan kemunculan David mau tak mau langsung memegang tubuh anaknya.Perasaan takut jika David mengetahui siapa dirinya diam diam menyusupi hatinya."Siapa kau, kenapa kau melarangku?" desis Theo yang benar benar kesal.Jujur, ia sudah kesal tepat saat pertama kali bertemu dengan David. Dan karena David juga, tim mereka gagal menyelesaikan misi.David yang mendengar itu tersenyum miring. "Kau tanya siapa aku, heh," decihnya dengan suara dalam.Theo mengerutkan kening tak suka. Sementara Ali yang berada di belakang mereka benar benar cemas. Matanya mau tak mau menatap ke arah sekeliling. Takut takut jika ada orang yang melihat atau mengenal tuannya."Ma, kenapa paman itu marah?" bisik Amanda yang benar benar takut saat melihat suasana tegang antara David dan juga Theo.Da
"Kak David," panggil Clarisa saat tak sengaja bertemu David di cafe.David yang sedang mengawasi taman kanak kanak itu menolehkan kepala. Wajahnya terlihat dingin saat melihat Clarisa yang mendekatinya.Ali yang tahu adanya Clarisa pasti tidak akan berakhir baik itu dengan cepat bangkit. la mencegah Clarisa untuk mendekati tuannya."Nona, mohon jaga jarak," ujar Ali datar.Clarisa yang awalnya senang karena pertemuan tak sengaja nya dengan David itu menolehkan kepala dan menatap Ali dingin."Apa maksudmu?""Anda pasti jauh lebih paham dari pada saya, ujar Ali masih dengan nada datar.Clarisa yang mendengar itu menggelengkan kepala. "Aku benar benar tidak paham. Aku hanya ingin bertemu dengan kakakku. Apa aku salah?" tanyanya masih dengan ekspresi polos.Ali tersenyum tipis. la tatap Clarisa yang semakin hari terlihat seperti wanita munafik. Siapa pun tahu jika antara Clarisa dan David sedang digunjing skandal. J
"Tuan," panggil Ali ragu ragu.David yang masih menunduk dan mengotak atik laptopnya itu mendongak. Matanya terlihat jauh dari kata ramah.Ali yang melihat itu dengan cepat menutup mulutnya lagi. Namun, mengingat wajah Amanda, mau tak mau ia mencoba memberanikan diri."Di negara kita, anak haram tidak bisa menjadi pewaris," ujarnya berusaha ingin menjelaskan pada David situasinya saat ini.David yang mendengar itu mengerutkan kening. Matanya menatap Ali dengan tatapan dingin. Menurutnya, asistennya itu semakin hari semakin terlihat bodoh.Ali sendiri yang melihat tatapan acuh tak acuh dan sedikit kernyitan jijik di wajah David hanya bisa menggigit bibirnya kuat. Matanya menatap David serius."Kalau ... kalau anda ingin memberikan kehidupan yang layak untuk Nona muda, anda harus memutuskan hubungan anda terlebih dahulu dengan nyonya," ujarnya dengan tangan mengepal, berharap dengan kepalan tangannya itu ia bisa memiliki kekuatan.
"Masuklah, nanti siang Mama akan menjemputmu, ujarnya yang langsung diangguki oleh Amanda.Gadis kecil itu sama sekali tak melirik ke arah David.Bahkan, tas yang berisi mainan di tangan David ia abaikan, membuat laki laki itu hanya bisa menatap punggung kecilnya yang menjauh.Rachel sendiri yang tak bisa berlama lama dengan David saat ia tidak dalam penyamaran itu memilih membalikkan badan dan masuk ke dalam mobil.Hanya saja, ia tak menyangka, David dengan cepat mencekal lengannya, membuat langkahnya terhenti."Lepaskan aku" desis Rachel dengan nada dingin.Sementara mata David tak kalah dingin. la marah, benar benar marah melihat bagaimana sikap putrinya padanya. Jika Rachel tidak memilih pergi, situasinya tidak akan seperti ini.la bisa leluasa memanjakan putrinya, leluasa mendengar rengekan putrinya, dan leluasa memeluk putrinya seperti ayah pada umumnya.Tapi nyatanya, jangankan memeluknya. Menatap putriny
"Mama, ayo cepat," teriak Amanda ang sudah memakai seragam sekolahnya dengan bando berwarna merah muda.Di belakang punggung gadis kecil itu, terlihat tas yang dipilihnya. Sementara wajahnya, terus terusan menunjukan senyum penuh semangat.Rachel yang baru saja keluar dari kamar itu hanya menggelengkan kepala. Matanya menatap putrinya yang benar benar bersemangat itu."Sarapan dulu, ini masih jam tujuh," ujar Rachel yang berjalan ke arah dapur dan mengambil piring yang berisi sarapan untuk Amanda dan dirinya.Amanda yang mendengar itu menganggukkan kepala. la tanpa ragu beralan ke arah Rachel, kemudian mengambil piring itu, dan memakannya dengan lahap.Rachel yang melihatnya hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepala. "Pelan pelan, tidak ada yang akan mengambil makananmu itu, ujarnya yang melihat tingkah putrinya itu.Amanda menganggukkan kepala. Namun, anak itu sama sekali tak mengurangi kecepatannya dalam mengunyah dan menga
"Bagaimana bisa? Aku seorang intel, bukan pengawal?" ujar Rachel tak percaya saat mendapatkan telfon dari pemimpinnya itu. Sementara sang pemimpin di sebrang sana tampak muram. la tahu dengan jelas status Rachel, tapi, ia juga tidak bisa menolak permintaan seseorang untuk menjadi Rachel sebagai anggota keamanannya. [ "Ya, aku tahu. Tapi, selama kau tidak mendapatkan misi apa pun, lebih baik kau menerima pekerjaan ini. Toh, pekerjaannya sama, ] ujar pemimpin itu sedikit meringis. Rachel menggelengkan kepala. Bagaimana status intel bisa disamakan dengan seorang pengawal? la seorang detektif khusus, bukan seorang pengawal. Jika seorang pengawal memiliki keahlian bela diri yang memumpuni, maka ia sebagai intel tidak hanya memilikinya, tapi juga memiliki kelebihan seperti menyelidki suatu kasus. "Tapi ketu_" [ "Rachel, karena kau tahu aku seorang ketua, maka kau tidak bisa menolak perintahku. Kau ak
"Apa kapten benar benar tidak mengenal laki laki itu?" tanya Theo saat mereka duduk di cafe untuk makan.Rachel yang sedang melamun itu menolehkan kepala. Matanya menatap Theo yang sedang menatapnya dengan serius.Sementara Amanda yang sudah mendapatkan bando baru itu tampak bermain di tempat khusus anak anak. la kembali menuyusun lego."Tidak, aku tidak mengenalnya," jawab Rachel dengan nada tegas tanpa ragu.Namun, ekspresi Theo benar benar berbeda. Laki laki itu tampak memiliki keraguan. Lebih lebih, saat ia melihat wajah Amanda sama dengan wajah David. Entah mengapa, ia memiliki sedikit pemikiran jika Amanda adalah putri kandung laki laki itu."Ekhm, aku tidak bisa lama lama. Oh ya katakan pada yang lain, untuk perayaan yang pernah kita sepakati, sepertinya aku tidak bisa datang. Kalian tinggal menentukan di mana tempat kalian makan, aku akan mengurus semuanya," ujar Rachel dengan senyum tipis.Theo yang mendengar itu hanya b
Tubuh Amanda menciut, matanya menatap ke arah David yang tampak menyeramkan saat mencengkram tangan Theo.Sementara Rachel sendiri yang bingung dengan kemunculan David mau tak mau langsung memegang tubuh anaknya.Perasaan takut jika David mengetahui siapa dirinya diam diam menyusupi hatinya."Siapa kau, kenapa kau melarangku?" desis Theo yang benar benar kesal.Jujur, ia sudah kesal tepat saat pertama kali bertemu dengan David. Dan karena David juga, tim mereka gagal menyelesaikan misi.David yang mendengar itu tersenyum miring. "Kau tanya siapa aku, heh," decihnya dengan suara dalam.Theo mengerutkan kening tak suka. Sementara Ali yang berada di belakang mereka benar benar cemas. Matanya mau tak mau menatap ke arah sekeliling. Takut takut jika ada orang yang melihat atau mengenal tuannya."Ma, kenapa paman itu marah?" bisik Amanda yang benar benar takut saat melihat suasana tegang antara David dan juga Theo.Da
"Bagaimana? Apa Amanda suka?" tanya Rachel saat membawa Amanda di salah satu sekolah elite di kawasan dekat dengan tempat tinggalnya itu.Amanda yang melihat seluncuran dan beberapa tempat bermain yang cukup lengkap itu menganggukkan kepala. Matanya menatap banyak anak anak yang tampak bermain di sana."Ya, Amanda suka," jawabnya penuh keantusiesan.Rachel tersenyum. la sudah menanyakan tentang kurikulum di sekolah ini. Selain kurikulumnya yang bagus, tempat ini juga cocok untuk anak seperti Amanda."Bagus, berarti, mulai besok Amanda akan sekolah di sini," ujar Rachel dengan semangat.Amanda yang mendengar itu jauh lebih semangat. Bibirnya terus terusan terbuka, dengan seringai kenakan kanakannya yang akan membuat siapa pun yang melihatnya merasa lucu."Ya, Mama," jawabnya penuh semangat.Rachel tersenyum. la menggandeng tangan Amanda, kemudian membawa anak itu untuk masuk ke dalam mobil."Kalau begitu, ayo kit
"Mama," teriak Amanda saat melihat mamanya benar benar muncul saat ia bangun di pagi hari.Rachel yang memang sengaja tidak tidur dan menunggu Amanda bangun itu tersenyum. la rentangkan kedua tangannya ke arah putrinya itu."Mama sudah kembali?" tanya Amanda yang sudah berada di pelukan Rachel.Rachel yang mendengar itu menganggukkan kepala. Matanya menatap putrinya yang tampak sudah kembali ceria."Ya, Mama sudah kembali. Seperti janji mama, ujarnya dengan melabuhkan satu kecupan di kening Amanda.Amanda yang mendapatkan kecupan itu terkikik. Matanya menatap Rachel penuh kepuasan. "Bagus, berarti nanti sore kita akan ke taman?" tanyanya penuh semangat.Rachel yang mendengar itu menganggukkan kepala. Meskiun tubuhnya sedikit lelah. Lebih lebih ia merasakan nyeri di beberapa tubuhnya akibat tendangan lawannya malam itu, ia benar benar tidak bisa menolak permintaan putrinya itu."Ya, kita akan ke taman nanti sore, tapi seb