Tubuh Amanda menciut, matanya menatap ke arah David yang tampak menyeramkan saat mencengkram tangan Theo.
Sementara Rachel sendiri yang bingung dengan kemunculan David mau tak mau langsung memegang tubuh anaknya.Perasaan takut jika David mengetahui siapa dirinya diam diam menyusupi hatinya."Siapa kau, kenapa kau melarangku?" desis Theo yang benar benar kesal.Jujur, ia sudah kesal tepat saat pertama kali bertemu dengan David. Dan karena David juga, tim mereka gagal menyelesaikan misi.David yang mendengar itu tersenyum miring. "Kau tanya siapa aku, heh," decihnya dengan suara dalam.Theo mengerutkan kening tak suka. Sementara Ali yang berada di belakang mereka benar benar cemas. Matanya mau tak mau menatap ke arah sekeliling. Takut takut jika ada orang yang melihat atau mengenal tuannya."Ma, kenapa paman itu marah?" bisik Amanda yang benar benar takut saat melihat suasana tegang antara David dan juga Theo.Da"Apa kapten benar benar tidak mengenal laki laki itu?" tanya Theo saat mereka duduk di cafe untuk makan.Rachel yang sedang melamun itu menolehkan kepala. Matanya menatap Theo yang sedang menatapnya dengan serius.Sementara Amanda yang sudah mendapatkan bando baru itu tampak bermain di tempat khusus anak anak. la kembali menuyusun lego."Tidak, aku tidak mengenalnya," jawab Rachel dengan nada tegas tanpa ragu.Namun, ekspresi Theo benar benar berbeda. Laki laki itu tampak memiliki keraguan. Lebih lebih, saat ia melihat wajah Amanda sama dengan wajah David. Entah mengapa, ia memiliki sedikit pemikiran jika Amanda adalah putri kandung laki laki itu."Ekhm, aku tidak bisa lama lama. Oh ya katakan pada yang lain, untuk perayaan yang pernah kita sepakati, sepertinya aku tidak bisa datang. Kalian tinggal menentukan di mana tempat kalian makan, aku akan mengurus semuanya," ujar Rachel dengan senyum tipis.Theo yang mendengar itu hanya b
"Bagaimana bisa? Aku seorang intel, bukan pengawal?" ujar Rachel tak percaya saat mendapatkan telfon dari pemimpinnya itu. Sementara sang pemimpin di sebrang sana tampak muram. la tahu dengan jelas status Rachel, tapi, ia juga tidak bisa menolak permintaan seseorang untuk menjadi Rachel sebagai anggota keamanannya. [ "Ya, aku tahu. Tapi, selama kau tidak mendapatkan misi apa pun, lebih baik kau menerima pekerjaan ini. Toh, pekerjaannya sama, ] ujar pemimpin itu sedikit meringis. Rachel menggelengkan kepala. Bagaimana status intel bisa disamakan dengan seorang pengawal? la seorang detektif khusus, bukan seorang pengawal. Jika seorang pengawal memiliki keahlian bela diri yang memumpuni, maka ia sebagai intel tidak hanya memilikinya, tapi juga memiliki kelebihan seperti menyelidki suatu kasus. "Tapi ketu_" [ "Rachel, karena kau tahu aku seorang ketua, maka kau tidak bisa menolak perintahku. Kau ak
"Mama, ayo cepat," teriak Amanda ang sudah memakai seragam sekolahnya dengan bando berwarna merah muda.Di belakang punggung gadis kecil itu, terlihat tas yang dipilihnya. Sementara wajahnya, terus terusan menunjukan senyum penuh semangat.Rachel yang baru saja keluar dari kamar itu hanya menggelengkan kepala. Matanya menatap putrinya yang benar benar bersemangat itu."Sarapan dulu, ini masih jam tujuh," ujar Rachel yang berjalan ke arah dapur dan mengambil piring yang berisi sarapan untuk Amanda dan dirinya.Amanda yang mendengar itu menganggukkan kepala. la tanpa ragu beralan ke arah Rachel, kemudian mengambil piring itu, dan memakannya dengan lahap.Rachel yang melihatnya hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepala. "Pelan pelan, tidak ada yang akan mengambil makananmu itu, ujarnya yang melihat tingkah putrinya itu.Amanda menganggukkan kepala. Namun, anak itu sama sekali tak mengurangi kecepatannya dalam mengunyah dan menga
"Masuklah, nanti siang Mama akan menjemputmu, ujarnya yang langsung diangguki oleh Amanda.Gadis kecil itu sama sekali tak melirik ke arah David.Bahkan, tas yang berisi mainan di tangan David ia abaikan, membuat laki laki itu hanya bisa menatap punggung kecilnya yang menjauh.Rachel sendiri yang tak bisa berlama lama dengan David saat ia tidak dalam penyamaran itu memilih membalikkan badan dan masuk ke dalam mobil.Hanya saja, ia tak menyangka, David dengan cepat mencekal lengannya, membuat langkahnya terhenti."Lepaskan aku" desis Rachel dengan nada dingin.Sementara mata David tak kalah dingin. la marah, benar benar marah melihat bagaimana sikap putrinya padanya. Jika Rachel tidak memilih pergi, situasinya tidak akan seperti ini.la bisa leluasa memanjakan putrinya, leluasa mendengar rengekan putrinya, dan leluasa memeluk putrinya seperti ayah pada umumnya.Tapi nyatanya, jangankan memeluknya. Menatap putriny
"Tuan," panggil Ali ragu ragu.David yang masih menunduk dan mengotak atik laptopnya itu mendongak. Matanya terlihat jauh dari kata ramah.Ali yang melihat itu dengan cepat menutup mulutnya lagi. Namun, mengingat wajah Amanda, mau tak mau ia mencoba memberanikan diri."Di negara kita, anak haram tidak bisa menjadi pewaris," ujarnya berusaha ingin menjelaskan pada David situasinya saat ini.David yang mendengar itu mengerutkan kening. Matanya menatap Ali dengan tatapan dingin. Menurutnya, asistennya itu semakin hari semakin terlihat bodoh.Ali sendiri yang melihat tatapan acuh tak acuh dan sedikit kernyitan jijik di wajah David hanya bisa menggigit bibirnya kuat. Matanya menatap David serius."Kalau ... kalau anda ingin memberikan kehidupan yang layak untuk Nona muda, anda harus memutuskan hubungan anda terlebih dahulu dengan nyonya," ujarnya dengan tangan mengepal, berharap dengan kepalan tangannya itu ia bisa memiliki kekuatan.
"Kak David," panggil Clarisa saat tak sengaja bertemu David di cafe.David yang sedang mengawasi taman kanak kanak itu menolehkan kepala. Wajahnya terlihat dingin saat melihat Clarisa yang mendekatinya.Ali yang tahu adanya Clarisa pasti tidak akan berakhir baik itu dengan cepat bangkit. la mencegah Clarisa untuk mendekati tuannya."Nona, mohon jaga jarak," ujar Ali datar.Clarisa yang awalnya senang karena pertemuan tak sengaja nya dengan David itu menolehkan kepala dan menatap Ali dingin."Apa maksudmu?""Anda pasti jauh lebih paham dari pada saya, ujar Ali masih dengan nada datar.Clarisa yang mendengar itu menggelengkan kepala. "Aku benar benar tidak paham. Aku hanya ingin bertemu dengan kakakku. Apa aku salah?" tanyanya masih dengan ekspresi polos.Ali tersenyum tipis. la tatap Clarisa yang semakin hari terlihat seperti wanita munafik. Siapa pun tahu jika antara Clarisa dan David sedang digunjing skandal. J
"Kita mau pergi, Ma?" tanya Amanda sedikit bingung saat melihat mamanya yang mengemasi koper.Rachel yang mendengar itu menolehkan kepala. la menganggukkan kepala, kemudian melanjutkan mengemas barang barang yang akan ia gunakan selama berada di negara Jerm.Amanda sendiri yang mendengar itu tiba tiba merasa cemas. la sudah memberitahukan alamat rumahnya pada David, dan ia menunggu kedatangan perosotan yang dijanjikan laki laki itu.Tapi, jika ia pergi, apa perosotan yang diberikan olah David itu tidak akan menjadi miliknya lagi."Apa ada sesuatu?" tanya Rachel yang melihat Amanda diam tidak seperti biasanya.Amanda yang mendengar itu menolehkan kepala. Matanya menatap Rachel sedikit cemas. la masih ingat, David mengatakan jika mamanya tidak boleh mengetahui tentang dia lah yang membelikannya perosotan."Tidak, tidak ada apa apa.""Benarkah?" mata Rachel menatap Amanda dengan sedikit picingan.Amanda yang meliha
"Tuan, apa anda yakin ini alamatnya?" tanya Ali saat melihat rumah yang mereka kunjungi terlihat sepi.David sendiri yang melihat rumah yang ia ketahui sebagai tempat tinggal Rachel tampak sepi itu mengepalkan tangan. Otaknya langsung berputar, berpikir jika Rachel memutuskan kabur darinya lagi setelah mengetahui jika penyamarannya terbongkar."Tekan bel nya lagi," perintah David dingin.Ali yang mendengar itu hanya bisa mengangguk. Tangannya menekan bel lagi. Dan masih tetap sama, tak ada sahutan atau pun tanggapan dari dalam.Sementara pihak dari toko yang siap memasangkan perosotan di dalam rumah Rachel itu tampak saling tatap. Mereka bingung, sebenarnya rumah siapa yang mereka kunjungi kali ini."Tuan, sepertinya di dalam benar benar tidak ada orang, ujar Ali hati hati.Mata David tampak menggelap. Tangannya mengambil ponsel, kemudian menghubungi agennya untuk segera melacak CCTV di tempat Rachel saat ini.Tak butuh
"Apa apa kau yakin, dia cucu kita?""Aku yakin, sangat yakin. Tapi, kita tetap harus menunggu hasil penyelidikan. Setelah semuanya sudah memiliki titik terang, kita akan menemuinya, dan melakukan tes DNA, agar semuanya jauh lebih jelas lagi," jawab Maximo yakin.Kareena terdiam. Air matanya kembali mengalir. "Tuhan benar benar baik. Dia ... dia mengambil putri kita, dan Tuhan menggantinya dengan memberi kita cucu," ujarnya di sela sela tangisnya yang menggugu."Ya, Tuhan benar benar baik," timpal Maximo yang ikut menangis juga.Dua pasangan baya yang sudah bertahun tahun menunggu kepulangan putrinya, dan harus dikecewakan dengan berita kematian putri semata wayang mereka akhirnya bisa bernafas lega saat ini."Percepat penyelidikan, aku ingin bertemu dengan cucu kita. Aku ingin secepatnya melihatnya," ujar Kareena dengan suara bergetar."Ya, kita akan segera bertemu dengannya. Tapi sebelum itu, kau harus sehat terlebih dahulu. Kau
"Bagaimana? Apa Amanda masih menangis?" tanya Rachel saat masuk ke dalam ruang rawat Amanda.Violet yang duduk di sebrang Amanda itu mendongak. Matanya menatap Rachel yang tampak kelelahan."Dokter baru saja menyuntikan obat untuknya. Sekarang dia tidur," ujar Violet lemah.Rachel menghembuskan nafas kasar. la berjalan mendekat, menatap wajah putrinya yang kian hari kian terlihat lemah.Tangannya dengan hati hati mengelus pelipisnya."Maafkan Mama, Mama tidak ada saat Amanda mencari Mama, bisiknya penuh permohonan maaf.Namun, tak ada sahutan. Amanda benar benar terlelap. Violet yang melihat penampilan Rachel yang berbeda itu mengerutkan kening."Apa kau benar benar menggantikan David di perusahaan?" tanya Violet penasaran.Rachel menolehkan kepala. la menganguk. Namun, sebelum ia menjawab lebih jauh, terdengar suara ketukan pintu."Ada apa?" tanya Rachel saat melihat Ali lah yang muncul di sana.
"Kumpulkan semua dokumen dokumen tentang proyek di negara Ital dan Jerm," perintah Rachel tepat saat ia masuk ke dalam ruang kerja David.Ali yang masih terpesona dengan tindakan Rachel yang menurutnya benar benar seperti rubah licik, yang mampu membungkam orang orang munafik itu mengerjap."Ah, dokumen?" tanyanya sedikit bingung."Ya, dokumen. Berikan semua dokumen padaku. Aku akan mempelajari semuanya," ujar Rachel yang membuat Ali terdiam."Nyonya, saya tahu anda ingin membuktikan kemampuan anda di depan mereka. Tapi, di depan saya, anda tidak perlu melakukan semua ini. Saya benar benar berterimakasih atas tindakan anda tadi. Tindakan anda benar benar membuat mereka tak akan pernah berani melirik, atau memiliki keinginan untuk menggeser tuan David dari posisinya," ujar Ali sungguh sungguh.Rachel yang mendengar itu mendatarkan wajahnya. Matanya menatap Ali dingin."Apa kau pikir apa yang aku bicarakan tadi hanya bercanda?" tan
Drt ... Drt .... Suara getaran ponsel Ali membuat Rachel yang melihat pantulan David dari kaca pintu itu menolehkan kepala. Ali sendiri yang melihat jika pihak perusahaan yang menghubunginya dengan cepat menjauh. Wajahnya terlihat benar benar kusut, lebih lebih, ia mendengar kata kata timnya di sana. Rachel yang merasa ada yang tidak beres itu menatap Ali yang tampak mengatakan beberapa kata kasar sebelum menutup panggilan itu. "Apa terjadi sesuatu dengan perusahaan David?" tanyanya dengan nada lelah. Ali yang mendengar pertanyaan itu menatap Rachel dengan pandangan dalam. la dengan lemah menganggukkan kepala. "Ya, beberapa pemegang saham mengetahui keadaan tuan saat ini. Rachel terdiam. Matanya menatap Ali, menunggu Ali menyelesaikan kata katanya. "Mereka meminta kita untuk segera melakukan rapat besar besaran untuk memilih ketua yang baru," tambahnya dengan wajah
Namun, kata kata yang dikeluarkan Rachel saat ini sama saja ingin menantang mereka yang membenci Rachel. "Oh ya, apa anda tahu, perusahaan sedang menjalankan proyek besar. Proyek ini menyangkut negara Ital dan negara Jerm. Apa anda yakin bisa menyelesaikannya? Anda tahu, jika proyek ini gagal, maka perusahaan akan mengalami kerugian besar," komentar satu satunya wanita yang menjadi pemegang saham di perusahaan ini. Rachel yang mendengar itu tersenyum. la tak mempedulikan kecemasan Ali. Yang ia pedulikan hanya satu, bagaimana cara membungkam mereka semua yang meremehkannya. "Saya tahu, saya juga akan berusaha agar proyek itu tetap berlanjut tanpa adanya kendala," jawabnya tenang. Tak ada ekspresi takut sama sekali di wajahnya, dan hal itu membat pemegang saham lainnya itu mendengus, merasa kesal, dan menganggap jika Rachel hanya lah wanita yang pandai berbicara. "Nyonya, apa yang anda katakan, tidak akan sama
"Nyonya," panggil pelayan saat melihat Rachel tertidur.Rachel yang tertidur sambil menunggu Amanda itu mengerjap. la menegakkan tubuh. Matanya menatap pelayan itu dengan bingung."Hmm?" Rachel mengerjap bingung.Pelayan itu tersenyum penuh simpati. "Di luar, ada teman teman nyonya, jelas pelayan itu.Rachel yang mendengar itu mengerutkan kening. "Teman teman?" gumamnya bingung. Hingga wajah Theo, lev dan Nuh memenuhi otaknya."Oh, iya," ujarnya sambil menganggukkan kepalala segera keluar, tak mempedulikan penampilannya yang acak acakan. la membutuhkan Lev saat ini."Kepten_""Lev, apa kau bisa meminta kakekmu untuk mengoperasi David?" tanya Rachel yang tak mempedulikan kata kata Theo yang disela.Semua orang yang mendengar itu terdiam. Ya,mereka tahu apa yang terjadi dengan David. Tapi, mereka tidak berpikir jika keadaan David akan separah itu sampai mengharuskan kakek Lev yang sudah pensiun dari peke
Tok ... TokSuara ketukan pintu membuat Rachel yang menangis itu dengan cepat menegakkan punggung. Matanya lagi lagi harus melihat wajahnya yang kuyu."Nyonya, apa anda masih lama?" tanya pelayan dari luar.Rachel yang mendengar itu mencoba menormalkan suaranya. Hanya saja, suara yang keluar dari bibirnya tetap terdengar serak."Ya, aku baik baik saja. Tunggu sebentar, aku akan segera keluar," jawa Rachel dari dalam.Pelayan itu mengangguk. Hampir lima menit ia berdiri di depan pintu menunggu Rachel keluar.Rachel yang hanya membasuh wajahnya sekedarnya, dan mengganti pakaiannya cepat cepat itu langsung keluar. la bisa melihat wajah panik pelayan itu."Ada apa?" tanya Rachel."Nyonya, nona muda sedari tadi hanya diam, nona muda tak mau menjawab apa pun pertanyaan kami," jelas pelayan itu yang embuat Rachel tertegun."Apa maksudmu?""Nona muda sepertinya trauma, ujarnya hati hati.Wajah
"Tuan David sekarat. la tak bisa melakukan apa pun, dan anda tahu, tidak ada satu pun orang yang tahu dengan keadaan tuan. Untuk ayah nona Clarisa yang bisa menyalah gunakan kekuasaan tuan David, semua itu murni karena ketidak tahuan dan ketidakmampuan tuan David saat itu.""Dengan kondisi tuan David yang bahkan tak bisa bergerak sama sekali, dan harus melakukan operasi berulang, tuan David harus mempercayakan perusahaan itu pada orang lain. Dan saat itu, hanya ayah nona Clarisa yang dekat dengan tuan," jelasnya dengan nafas berat."Anda menyalahkan tuan David karena ayah nona Clarisa menggunakan kekuasaannya? Anda tahu, tuan David tidak tahu apa pun menyangkut pembunuhan yang dilakukan nona Clarisa. Tuan David harus fokus dengan kesehatannya, dan yang paling penting, tuan David juga harus terfokus pada pencarian anda," jelasnya masih ingat dengan jelas hari hari berat David saat itu."Jika anda merasa terkhianati, tuan David juga seperti itu," tambahnya d
"Anda harusnya tahu, tuan David tidak sama degan laki laki pada umumnya. Tuan David bukanlah laki laki romantis. Tuan David juga bukan laki laki yang mudah mengumbar kata kata manis. Tapi ... bisakah anda mengerti sedikit saja tentang tuan David?""Apa aku selama ini kurang mengertinya?" Rachel menatap Ali dingin. Matanya memerah.Ali tersenyum. "Apa dengan meninggalkan tuan David itu disebut pengertian?""Apa hanya karena skandal itu? atau, karena sikap para pelayan? Atau, karena sikap para wanita wanita sosialita di luar sana anda memilih untuk meniggalkan tuan David?""Nyonya, harusnya anda lebih mengenal tuan David dibanding orang lain. Saya dengar, anda teman kecil tuan David dulu."Rachel memejamkan mata. Ada sedikit perasaan sakit saat Ali mengatakan kata kata itu."Untuk skandal itu, harusnya anda tahu, berapa banyak oknum yang ingin menghancurkan tuan David? Saat mereka tahu tuan David memiliki kelemahan, apa anda pikir