PoV (3)Silvi naik pitam mendengar pembicaraan Heru dengan Reni. Ia pikir akan mendapatkan calon suami temannya. Tapi dugaan Silvi salah.Heru masih akan melanjutkan rencana pernikahannya dengan Reni. Bahkan mengirim sejumlah uang, membuat Silvi kembali terbakar api cemburu. Sebelum tadi sudah cemburu dengan Najwa. Silvi menganggap dirinya spesial dan berhasil menaklukan Heru. Tapi semua salah, ia juga terkecoh pria itu. Tanpa berpikir panjang. Ia bangkit dari duduk dan memutuskan untuk menyusul Heru ke ruang kerjanya. "Aku harus minta kejelasan statusku, dia pikir bisa mempermainkan aku begini!" gumamnya menahan kesal.**Mata Heru membulat melihat kehadiran Silvi di ruangannya."Mas, aku ingin minta kejelasan!" ucapnya dan duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan Heru."Kejelasan apa?" tanya Heru dan sibuk membuka beberapa berkas seperti tak menyukai kehadiran Silvi di ruangannya."Mas, kamu dengar aku gak sih!" Silvi menggebrak meja. Emosi karena acuhkan oleh pria di hadapa
PoV Aldi"Kamu tidak bisa menikahi, Najwa!" ujar Hanan kakak ipar Najwa.Aku baru saja mengantar ia pulang ke rumah, usai dari kantor. Dan sudah di hadang oleh Hanan. "Apa urusanmu?" tanyaku sambil memasukkan kunci mobil ke dalam saku celana.Tiba-tiba ia datang menghadangku dan berbicara seperti itu. Aku menoleh melihat Najwa yang berdiri di depan pintu, mengurungkan diri untuk masuk ke dalam rumah."Dia sudah aku jodohkan dengan pria bernama Doni, jadi berhenti mendekatinya!" hardik Hanan sambil menunjukku.Pria ini sama liciknya dengan adiknya, mantan istriku itu. Pasti Hanan berusaha menjauhkan aku dengan Najwa. Apakah ini suruhan Silvi. Dia akan melakukan berbagai rencana licik, untuk menghalangiku."Najwa, tidak akan menikah dengan Doni. Kamu jangan paksa dia!" Mbak Ella berujar mendekati kami. Rupanya ia menyimak kejadian ini."Ella, masuk kamu ke dalam rumah. Jangan ikut campur dengan urusanku, dengan dia!" tunjuk Hanan pada wajahku.Ia menyuruh istrinya untuk masuk ke dalam
PoV (3)Silvi mengambil ponselnya, sambil menaikkan sebelah alisnya sebelum menunjukkan foto yang diambil, ketika bersama dengan Heru. Di dalam kamar hotel, ketika mereka bertemu. Foto saat mereka tidur bersama. "Tapi, kamu jangan marah padaku ketika mengetahui tentang fakta ini!" ucap Silvi semakin mengundang penasaran."Tentang apa sebenarnya sih?" tanya Reni Yang penasaran, kenapa Silvi seperti memberi teka-teki padanya."Nanti, kamu akan tahu. Setelah aku tunjukkan foto ini!"Kemudian Silvi mengulurkan ponselnya pada Reni. Iamenunjukkan foto ketika mereka berdua, hanya polos tertutup selimut di atas kasur. Silvi mengambil foto mereka saat itu, di sebelahnya ada Heru yang sedang terlelap tidur, dengan pulasnya.Seketika Reni tercengang melihat foto calon suaminya, tidur dengan Silvi. Teman yang sudah lama tidak bertemu, dan sekarang menjadi selingkuhan Heru. "Kenapa Ren? Apakah kamu terkejut dengan foto itu, aku masih punya kejutan lain untukmu!" Silvi mengambil ponselnya dari t
PoV NajwaSetelah memastikan tak ada yang tertinggal, aku meraih tas. Ini sudah jam pulang kantor. Mas Aldi pasti sudah menungguku sedari tadi, aku telat 10 menit karena harus ke toilet dahulu.Hampir setiap hari sekarang, aku dan Mas Aldi selalu ke kantor bareng dan pulangnya juga. Awalnya aku menolak, karena takut dengan ucapan orang jika melihat kami terus bersama sebelum menikah. Tapi Mas Aldi cukup posesif. Ia bilang tidak usah mendengar omongan orang, jika tidak sesuai fakta. Toh kami hanya berangkat dan pulang kantor bersama, kadang makan sebelum pulang. Tak ada melakukan hal yang negatif. **Kenapa ramai sekali, seperti ada keributan yang terjadi. Aku melihat Mas Aldi yang berdiri ikut menyaksikan kegaduhan ini. Itu kan Reni."Dasar laki mokondo!" teriak Reni.Sebagian orang menutup mulut, dan mata terbelalak mendengar ucapan kasar Reni yang ia lontarkan pada Heru. Setahuku itu artinya kasar, dan tak pantas untuk di ucapkan. Reni sangat berang, ia kembali memaki Heru mengg
PoV Najwa (2)Mas Hanan melepaskan tangannya pada leherku. Mbak Ella menghantam kedua kalinya kepala Mas Hanan dengan keras. Hingga ia meringis kesakitan dan menjerit.Mas Hanan memegangi kepalanya. Kini sasaran berpindah. Mbak Ella menghantam kan teflon pada tubuh mas Hanan berkali-kali tanpa ampun.Kali ini terlihat jelas Kakakku sangat murka dengan suaminya. Aku mengusap leherku. Terasa sakit, dan tercekat. Cekikan Mas Hanan kuat, seakan ingin membunuhku saat tadi juga. Aku tidak menyangka, Kakak iparku tega melakukan hal yang keji demi adiknya. Mas Hanan memang akan melakukan apa saja untuk keluarganya. Sekalipun membahayakan dan mengorbankan orang lain."Aku yang akan menghabisi kamu, beraninya kamu main tangan dan mencekik adikku!" teriak Mbak Ella dengan amarah yang meluap. "Berhenti, La! Sakit badanku!" pinta Mas Hanan. Namun Mbak Ella tak menggubris terus melakukan aksinya."Tak ada ampun bagimu! Rasakan ini!" Mbak Ella terus memumul suaminya menggunakan teflon itu, berul
PoV Najwa Ella, apa kamu budek!? Cepat buka pintu!" terdengar suara perempuan berteriak memanggil nama Mbak Ella.Aku sangat kenal dengan suara itu. Bukankah itu suara Mama mertua, Mbak Ella. Yaitu Tante Irma.Pintu di buka, benar dugaanku Tante Irma yang datang. "Kamu ngapain aja, sengaja lama buka pintu!" hardiknya pada Kakakku. Tante Irma memang seperti itu. Dia kasar jika bicara dan sama dengan anak-anaknya."Tau tuh, lelet banget kayak siput!" timpal Nadia putrinya."Ada apa, Mama datang kemari? kenapa membawa koper dan juga tas?" tanya Mbak Ella. Mereka membawa 2 koper dan juga 3 tas. Seperti orang mau pindahan saja. "Heh Najwa, bawa itu koper dan tas!" titah tante Irma mengabaikan pertanyaan menantunya.Tante Irma masuk ke dalam rumah dan menabrak bahu Mbak Ella ketika ia akan masuk.Aku tidak suka dengan sikap mereka. Biarkan saja koper itu ada di sana. Mereka datang kemari. Bukankah putrinya Nadia satu bulan yang lalu sudah menikah, harusnya dia tinggal di rumah suamin
PoV SilviMas Aldi sama sekali tidak menaruh rasa kasihan padaku. Setelah mendapatkan pukulan dan di hajar oleh Reni. Aku berlari keluar kantor. Bingung mau pergi kemana, karena aku juga di pecat hari ini. Bertubi-tubi kesialan yang aku alami. Sekarang posisiku serba salah, dan sangat menderita. Tak ada kerjaan, seorang janda yang di permainkan oleh pria seperti Heru.Aku menaruh harapan besar padanya. Jika gagal mendekati Mas Aldi kembali, bisa meminta untuk di nikahi olehnya. Aku pikir dengan menyerahkan tubuh ini dan semua kemauan Heru. Bisa membuatku, memisahkan ia dengan Reni.Akan tetapi dugaan-ku salah. Dan inilah akibatnya, semua orang akan tahu perbuatanku. Sungguh, aku malu di buatnya. Mas Aldi bisa membantu, aku pikir dia akan memberi uluran tangan karena kasihan padaku. Bagaimana pun kami pernah bersama dan saling menyukai.Tapi yang kudapatkan sama saja. Mas Aldi hanya menambah luka di hati ini, ia tak peduli padaku. Bahkan dengan penampilan yang sudah kusut ini, tak c
PoV Silvi"Kenapa denganmu, kenapa kamu masih saja kusut. Bahkan lebih kacau dari penampilan tadi sore?" Najwa bertanya padaku.Perempuan satu ini, selalu ingin tahu. Jika dia tahu apa yang sebenarnya terjadi, pasti dia akan bersorak senang karena aku mengalami musibah. "Apalagi ini Mas, Kenapa kamu membawa Silvi datang ke rumah ini. Semua keluargamu berkumpul di sini! Apakah mereka akan tinggal di rumahku?" ucap Mbak Ella bertanya dengan nada yang sengit. Kenapa Mbak Ella sangat sinis, wanita ini mentang-mentang Kakakku tinggal di rumahnya dia seperti tidak mempunyai sopan pada suaminya sendiri, ketika bertanya. "Ella, kamu jangan banyak bertanya. Dekarang bantu Silvi, pinjamkan dia pakaian Najwa!" titah Mas Hanan. "Aku tidak akan diam saja, ketika kamu membawa keluargamu datang kemari. Apakah kamu akan mengajak mereka tinggal di sini, jawab Mas!" hardiknya.Ingin aku menampar mulut Mbak Ella."Adikku mengalami musibah, dan kamu sama sekali tidak mempunyai rasa empati untuk menol