Nah loh ... gimana jadinya kalau Nilam tahu. Penasaran apa yang terjadi besok??? Kasih spoiler gak ya??? Yang pasti akan terjadi hujan badai menerpa rumah tangga Nilam dan Dandy. Penasaran mereka bakal bisa bertahan atau tidak??? Kepoin kelanjutannya besok, ya!!! Makasih juga yang sudah kasih review dan diamond.
“Seline ... mengapa Seline tidur di sini?” desis Dandy.Ia sangat terkejut mendapati Seline yang tertidur dalam pelukannya. Bukankah semalam dia tidur bersama David. Mengapa kini jadi Seline? Dandy masih mencoba membuat dirinya tersadar seratus persen.Matanya terus mengerjap sambil mengedarkan pandangan. Ia bahkan melirik ke kasur sebelah Seline dan dia tidak mendapati David di sana. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa dia salah kamar? Atau berjalan saat tidur?Perlahan Dandy mengangkat tangannya hendak mengurai pelukan, tapi ternyata gerakannya membuat Seline membuka mata. Hal yang sama terjadi pada Seline. Dia sangat terkejut saat melihat sedang tertidur dalam pelukan Dandy. Seline gegas bangun dan duduk di atas kasur. Dia terlihat gugup sekaligus bingung.Dandy ikut bangun, duduk di atas kasur dan menilik Seline dengan sudut matanya.“David ke mana?” Seline malah bersuara lebih dulu bertanya ke Dandy.Dandy tidak men
“Pak, nanti malam ada undangan launching di hotel Nirmala,” ucap sekretaris Dandy.Pagi itu sekretaris Dandy sudah memberitahu mengenai jadwalnya hari ini. Hampir satu minggu berselang sejak Dandy menginap di rumah Seline. Sejak saat itu, Dandy tidak pernah menginap di sana lagi. Dia hanya membacakan dongeng untuk David kemudian gegas pulang begitu David terlelap.Dandy tidak mau kejadian saat Seline tidur dalam pelukannya terjadi lagi. Selain itu, dia tidak mau mengkhianati kepercayaan Nilam padanya. Dia juga tidak mau terus merasa bersalah karena sudah menyakiti Nilam.“Iya. Jam berapa acaranya?”“Jam tujuh malam, Pak. Kebetulan Bu Seline mendapat undangan juga. Apa perlu saya buat janji untuk berangkat bareng, Pak?”Seketika Dandy mengangkat kepala dan melihat ke arah sekretarisnya. Ada apa dengan sekretarisnya? Kenapa dia suka sekali menyamakan jadwalnya dengan Seline.“Gak usah. Kami bertemu di
Beberapa jam sebelumnya ...“Ada apa, David?” tanya Nilam.David menghubungi Nilam saat Dandy dan Seline berada di pesta launching malam ini.[“Tante, apa Tante mau menemaniku? Bi Lastri harus mengantar orang tuanya ke rumah sakit. Aku sudah menelepon Mommy, tapi tidak diangkat. Bisa jadi Mommy sibuk saat ini,”] jawab David.Nilam tersenyum sambil melirik jam di tangannya. Masih pukul delapan malam, tadi Dandy sudah memberitahu kalau akan mendatangi acara launching sebuah produk malam ini. Bisa jadi Seline juga ikut datang, itu sebabnya mereka tidak bisa dihubungi.“Ya sudah kalau begitu tunggu, ya!! Tante akan ke sana. Apa David ingin dibawakan sesuatu?”David di seberang sana menggeleng dengan cepat. [“Enggak, Tante. Aku sudah makan. Aku hanya ingin ditemani saja.”]“Oke, Tante akan ke sana. Tunggu, ya!!!”Nilam mengakhiri panggilannya. Kini dia mencoba menghubungi D
“NILAM!!! NILAM!!!” seru Dandy.Begitu masuk rumah, Dandy sudah memanggil Nilam. Tentu saja asisten rumah tangga mereka tergopoh keluar dan terlihat bingung.“Nyonya tadi keluar, Tuan. Katanya ke rumah Den David,” jawab wanita paruh baya itu.Dandy melirik sekilas ke arah asisten rumah tangganya. “Iya, aku tahu. Lalu apa dia sudah pulang? Aku dari sana dan dia tidak ada di sana tadi.”Wanita paruh baya itu terlihat menggeleng sambil menunduk dengan lesu. Dandy hanya menghela napas panjang kemudian sudah berjalan menuju kamar. Ia berharap menemukan Nilam di sana. Namun, tidak ada siapa pun di sana.Dandy makin kacau. Ia tidak tahu harus mencari Nilam di mana. Ini adalah kebodohan terbesarnya. Kenapa juga dia termakan hawa napsu hingga mencium Seline seintim itu bahkan mereka hampir saja melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan.“Aku harus nyari dia di mana sekarang?” Dandy terduduk lesu di
“Memangnya kamu tidak tahu Nilam pergi ke mana, Dandy?” tanya Pak Ridwan.Pria paruh baya itu baru saja datang usai ditelepon Dandy tadi dan kini sudah berada di rumah Dandy. Dandy hanya diam, menundukkan kepala sambil terus menggeleng. Hari ini sengaja Dandy izin tidak masuk kerja. Pikirannya kalut dan dia tidak mungkin ke kantor dengan keadaan seperti ini.“Dia tidak punya teman di kota ini, Yah. Temannya hanya ibu-ibu perumahan ini. Selain itu dia tidak membawa ponsel dan dompetnya. Aku takut terjadi sesuatu padanya.”Pak Ridwan menghela napas panjang sambil menggelengkan kepala.“Lalu, kamu sudah lapor polisi?”Dandy mendongak. “Sudah, tapi polisi menyarankan untuk menunggu dulu. Siapa tahu nanti malam Nilam pulang. Aku benar-benar bingung.”Pak Ridwan hanya diam sambil melihat Dandy dengan sudut matanya. Pria paruh baya itu kini duduk di sebelah Dandy.“Memangnya apa yang sebe
“Ke—kenapa kamu menanyakannya, Dandy?” tanya Seline.Wanita cantik bermata sipit itu terkejut saat Dandy tiba-tiba bertanya tentang perasaannya. Dandy hanya diam, melihat Seline dengan tajam seakan sedang menelanjanginya. Seline buru-buru memalingkan wajah, menghindar dari tatapan Dandy.“Aku rasa ini bukan saat yang tepat untuk membicarakan itu. Kamu sedang sedih dan kehilangan Nilam. Aku tidak seharusnya memanfaatkan hal seperti ini.”Seline kembali bersuara dan nada suaranya terlihat gugup. Dandy hanya diam sambil terus menatap tajam ke arah Seline. Seline merasa risih diperlakukan seperti itu dan kini pura-pura memainkan ponselnya.Dandy menarik napas panjang sambil mengalihkan pandangannya. Ia kini melihat ke arah taman samping, tempat Pak Ridwan dan David bermain.“Dari awal sudah aku katakan, kalau aku mencintai Nilam dan tidak mau menyakitinya. Jadi jangan anggap yang aku lakukan semalam adalah perasaanku
“Mas Dandy ... ,” decit Nilam lirih.Nilam sangat terkejut saat melihat Dandy tiba-tiba datang dan langsung marah berdiri di depannya. Fabian yang duduk di depan Nilam hanya bengong menatap ke arah Nilam dan Dandy bergantian. Dia baru pertama kali bertemu Dandy dan wajar jika dia terkejut.“Jadi kamu gak pulang semalam ke rumah, tapi malah menghabiskan waktu dengan pria ini!!!” Dandy kembali bersuara kini sambil menuding Fabian.Fabian hanya diam dan terlihat bingung. Dia ingin menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Namun, Nilam sudah bersuara lebih dulu.“Kalau iya, kenapa? Memangnya hanya kamu yang boleh berselingkuh?”Dandy terbelalak kaget mendengar ucapan Nilam. Ia menarik napas dan menghembuskannya dengan kasar.“Kamu salah paham, Sayang. Antara aku dan Seline semalam ---““CUKUP!!!” Nilam mengangkat tangannya ke udara menghentikan penjelasan Dandy, “aku bosan m
“Aku tidak keberatan, Dandy. Aku memang sengaja melakukannya. Aku ... aku hanya ingin menunjukkan kalau ... aku ... aku masih mencintaimu,” ujar Seline dengan terbata.Mendengar itu, Dandy hanya diam dan menundukkan kepala. Seline kini yang melihat tajam ke pria manis di depannya ini. Perlahan tangan Seline menyentuh tangan Dandy dan menggenggamnya erat.“Tadi siang kamu bertanya tentang hal itu, bukan? Sekarang ... sekarang aku berani menjawabnya. Aku memang masih mencintaimu dan masih mengharapkanmu. Kejadian semalam mungkin menurutmu karena aku di bawah pengaruh alkohol. Namun, kalau mau jujur aku memang menginginkannya, Dandy.”Dandy masih terdiam dan sama sekali tidak berkomentar dengan penjelasan Seline. Seline masih menjeda kalimatnya, dadanya naik turun mengolah udara sementara matanya menatap dengan penuh cinta ke arah Dandy.“Andai kamu mau ... aku ... aku bersedia menjadi wanita keduamu. Aku bersedia menyembunyikan
“IBU!! Kok di sini?” tanya Dokter Bayu. Untung saja mereka menjeda interaksi mesra, kalau tidak pasti Nayla akan sangat malu. Nayla urung membuka jilbab dan kembali duduk dengan tenang. Sementara Dokter Bayu bangkit menghampiri Bu Narmi. “Perut ibu sakit, jadi bolak balik ke kamar mandi. Ibu pikir Rayhan sudah tidur, ternyata kamu dan Nayla malah di sini.” Dokter Bayu menghela napas panjang sambil mengacak rambutnya. “Ya … gimana gak ke sini. Rayhan tidur di kamarku, tuh.” Dokter Bayu mengatakannya dengan kesal dan wajah cemberut. Bu Narmi hanya mengulum senyum sambil melirik putra serta menantunya. “Ya udah, biar Ibu bangunin Rayhan.” Bu Narmi bersiap pergi, tapi Dokter Bayu mencegahnya. “Gak usah, Bu. Aku tidur di sini saja. Ibu dan Bapak temani Rayhan di kamar sebelah.” Bu Narmi menghela napas panjang sambil mengangguk. “Ya udah kalau gitu. Nanti biar Ibu kasih tahu bapakmu nanti takutnya main nyelonong masuk saja.” Dokter Bayu hanya tersenyum sementara Nayla sudah menunduk
“Saya … saya tidak mau bohong, Dok,” lirih Nayla.Tentu saja mendengar jawaban Nayla membuat Dokter Bayu kebingungan. Kedua alisnya terangkat dengan mata penuh tanya. Perlahan Dokter Bayu menggelengkan kepala.“Aku gak tahu maksud kalimatmu. Kamu gak mau bohong soal apa?”Nayla membisu, tidak mau menjawab malah menundukkan kepala semakin dalam. Dokter Bayu makin bingung melihat sikap Nayla. Kemudian perlahan dan sangat lirih terdengar kalimat dari bibir Nayla.“Saya … juga suka Dokter.”Seketika Dokter Bayu terkesima mendengar jawaban Nayla. Matanya tampak berkaca-kaca dengan sebuah senyum yang terukir indah di wajahnya. Ia terdiam menatap gadis manis berhijab di depannya ini. Ingin rasanya ia mendekat dan menarik Nayla dalam pelukannya, tapi tentu saja itu tidak mungkin.“TANTE!!!” tiba-tiba Rayhan datang dan berhambur memeluk Nayla.Nayla tersenyum dan balas memeluknya. D
“Kejutan? Kejutan apaan?” gumam Dokter Bayu.Ia baru saja usai membaca pesan yang dikirimkan Rayhan padanya. Dokter Bayu tidak mau banyak berpikir. Ia menyimpan ponselnya dan kembali sibuk memeriksa pasien. Hari ini kebetulan pasiennya sangat banyak sehingga membuat Rayhan menunggu sedikit lama.Pukul sembilan malam saat Dokter Bayu keluar dari ruang praktek. Ia melihat Rayhan sedang duduk di ruang tunggu sambil memainkan ponselnya.“Kamu tidak membuat ulah, kan?” tanya Dokter Bayu.Rayhan mendongak, menghentikan bermain. Matanya membola menatap Dokter Bayu yang berdiri di depannya.“Aku dari tadi duduk diam di sini, Pa. Memangnya mau bikin ulah apa?”Dokter Bayu mengendikkan bahu sambil menggelengkan kepala.“Gak tahu. Kan biasanya kamu yang suka bertingkah aneh.”Rayhan tersenyum cengengesan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.“Aku kan udah gede, Pa. Lagian
“Aku serius, Nay,” ucap Dokter Bayu.Nayla hanya diam membisu dengan mata tak berkedip menatap dokter tampan di depannya ini. Sudah kedua kali ini, Dokter Bayu mengutarakan perasaannya secara terang-terangan ke Nayla. Tentu saja semua yang pria ganteng itu lakukan membuat Nayla kebingungan.Perlahan Nayla memalingkan wajah dan menunduk. Lagi-lagi dia dihadapkan pada situasi yang sulit. Bahunya naik turun mengikuti ritme aliran udara di dadanya. Entah apa yang ada di benaknya, yang pasti semua ucapan yang baru saja keluar dari bibir pria di depannya ini benar-benar membuat Nayla kelimpungan sendiri.“Nay … kamu gak mau menjawab pertanyaanku?” Kembali Dokter Bayu bersuara.Nayla menghela napas pelan kemudian mendongak membuat mata mereka saling bertemu untuk beberapa saat.“Saya … saya harus menjawab apa, Dok?” lirih Nayla bersuara.Dokter Bayu tersenyum, matanya sayu menatap gadis manis di depannya ini.“Inginku kamu jawab ‘iya’, tapi tentu saja aku tidak bisa memaksamu. Semua tergantun
“Tunangan? Jadi kamu sudah bisa move on, Nay?” seru Fery.Nayla langsung tersenyum dan mengangguk dengan mantap. Ia bahkan kini menoleh ke Dokter Bayu yang berdiri di sebelahnya. Menatap pria tampan itu dengan lembut kemudian membalas senyumannya.“Iya. Bukannya masa lalu memang harus dilupakan. Benar kan, Sayang?” Nayla langsung bersuara dengan menambahkan panggilan ‘Sayang’ untuk Dokter Bayu.Dokter Bayu hanya mengulum senyum mendengar Nayla memanggilnya ‘Sayang’. Ia langsung mengangguk, menjawab pernyataan Nayla. Sementara Fery hanya diam. Wajahnya merah padam dengan rahang yang menegang.“Mbak, ini pesanannya sudah selesai.” Suara abang penjual roti bakar menginterupsi interaksi mereka.Nayla langsung menerimanya sementara Dokter Bayu menyelesaikan transaksinya.“Aku duluan, ya!!” pamit Nayla ke Fery.Ia berjalan beiringan dengan Dokter Bayu dan langsung masuk
“Maaf, Dok … ,” lirih Nayla.Dokter Bayu tersenyum, matanya tampak berbinar menatap wajah manis di depannya. Sementara Nayla terlihat gelisah dan tidak tenang. Sesekali Nayla menggigit bibir bawahnya menunjukkan jika dirinya sedang gugup.“Aku tahu, pasti kamu berpikir ini terlalu cepat. Namun, bagiku tidak, Nay.”Nayla belum menjawab dan kini memutuskan menunduk saja. Ia tidak kuasa menatap mata pria di depannya ini yang bersinar penuh cinta. Selain itu kini dia sibuk menata gemuruh di dadanya yang tiada menentu. Kalau saja dia tidak menggantikan tugas Sari pasti Nayla tidak akan bersama Dokter Bayu saat ini.“Aku akan menunggu jawabannya, tidak perlu cepat. Kamu punya banyak waktu, kok.”Nayla masih membisu dengan wajah yang terus menunduk dan tangan yang sibuk meremas ujung hijabnya. Mimpi apa dia semalam hingga tiba-tiba ditembak Dokter Bayu seperti ini.Dokter Bayu menghela napas panjang sambil
“Ray, kamu apa-apaan, sih?” sergah Dokter Bayu.Rayhan tampak marah dan menatap papanya dengan mata meradang. Dokter Bayu mengabaikan tatapannya. Pria tampan itu langsung menarik tangan Rayhan dan mengajaknya berlalu pergi.“Pa … aku gak mau pulang. Aku mau Mama Nayla. Aku mau Mama, Pa!!” ronta Rayhan.Ia bahkan tidak mau menggerakkan kakinya sedikit pun. Dokter Bayu berdecak sambil menatap Rayhan dengan tajam.“Ray, gak semua permintaanmu bisa dipenuhi Papa. Ingat itu!!”Rayhan mendengkus sambil menatap papanya dengan kesal.“Aku gak masalah saat Papa gak jadi ama Tante Widuri. Namun, Papa duluan yang menyimpan foto Tante Nayla di rumah. Itu artinya Papa memang suka Tante Nayla, kan?”Dokter Bayu menghela napas, menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Rayhan.“Kamu masih kecil dan gak tahu apa yang dirasakan orang dewasa. Jadi, Papa harap jangan bahas ini lagi!!&
“HEH!!!” seru Nayla tertahan.Rayhan hanya mengulum senyum melihat reaksi Nayla yang kebingungan. Gadis berhijab dengan wajah manis itu hanya diam sambil mengerjapkan mata menatap Rayhan dengan heran.“Kayaknya kamu salah, deh. Saya … saya bukan pacar Dokter Bayu.” Akhirnya Nayla bersuara usai terdiam beberapa saat.Rayhan sontak menggeleng dengan cepat.“Enggak. Saya gak salah. Papa punya foto Tante dan nama Tante Nayla, kan?”Nayla dengan refleks menganggukkan kepala. Untung saja suasana ruang tunggu sudah sepi pengunjung sehingga interaksi mereka berdua tidak menarik perhatian orang.“Kapan Tante mau jadi Mama saya? Nanti saya akan bilang ke Papa, ya?”Kedua alis Nayla sontak terangkat dengan mata yang melihat bingung.“Rayhan … pasti salah. Pasti itu bukan Nayla saya, kan? Saya dan Dokter Bayu hanya ---”“Iya, saya tahu. Orang dewasa sela
“Sudah siap untuk melakukan prosedur selanjutnya?” tanya Dokter Bayu.Setelah enam minggu berselang, Nina dan Ivan datang kembali ke tempat Dokter Bayu. Sesuai jadwal, kali ini akan dilakukan pengambilan sel telur dan sel sperma. Nina dan Ivan hanya menghela napas panjang sambil menganggukkan kepala.“Iya, sudah, Dok,” ucap keduanya dengan mantap.“Oke, mari ikut saya!!”Dokter Bayu berdiri bersama seorang suster yang membimbing Nina ke ruang periksa. Sementara Ivan sudah berada di ruangan berbeda. Tidak membutuhkan waktu lama untuk proses tersebut. Bahkan setelahnya Ivan dan Nina bisa kembali melakukan aktivitas seperti biasa.“Apa hanya itu saja, Dok?” tanya Ivan.“Iya. Nanti jika sudah siap, saya akan kembali menghubungi Anda dan melakukan proses selanjutnya. Semoga saja untuk percobaan pertama ini langsung berhasil.”Ivan dan Nina manggut-manggut mendengarnya. Kemudian me