Rintik hujan di sore hari membuat siapapun yang sedang beraktifitas di luar ruangan buru-buru mencari tempat berteduh. Tak terkecuali gadis bernama Safina yang sekarang sedang menempuh pendidikan tingginya di salah satu perguruan tinggi negeri. Menjadi seorang mahasiswa merupakan salah satu impian dan cita-cita yang akhirnya tercapai.
Untuk itu, kesempatan yang sekarang ia terima, tak ingin ia sia-siakan. Sudah banyak yang dikorbankan oleh orangtuanya di kampung. Hingga akhirnya kini ia sudah sampai di akhir masa studinya. Safina baru saja menyelesaikan ujian akhirnya, ia tinggal menunggu yudisium kemudian dilanjutkan wisuda untuk gelar sarjananya.
Pagi tadi ia baru menyelesaikan administrasi di fakultas teknik. Saat ini ia sedang dalam perjalanan menuju gazebo perpustakaan karena sudah ada janji dengan seseorang. Langkahnya menuju gazebo perpustakaan masih jauh. Tetapi hujan semakin deras membuatnya harus sejenak menunggu hujan reda di depan fakultasnya.
Biasanya Fina sapaan akrab Safina, ia selalu membawa payung di tas ranselnya. Tapi kali ini ia lupa tak membawanya. Tasnya sudah terisi penuh kertas revisi juga laptop dan lainnya. Sambil menunggu hujan reda, ia mengambil ponselnya dari saku. Mengetikan sebuah pesan dari gawainya untuk seseorang yang ingin ia temui.
“Mas Rama, maaf ya, Fina masih di gedung FT, ujan masih deras, aku nggak bawa payung. Apa nggak papa kalau Mas Rama masih harus nungguin aku?”
Fina mengirimkan pesan singkat itu kepada Rama, laki-laki yang kini memiliki hubungan dekat dengannya. Rama menjadi salah satu penyemangatnya di kampus. Ia selalu membuat Fina bahagia dengan caranya sendiri. Sapaan mas, ia pilih karena Rama merupakan kakak tingkatnya sewaktu masih S1 hingga kini Rama melanjutkan studi S2 nya.
Beberapa jam berlalu Fina menunggu hujan reda. Terlihat langit masih mendung, tapi bulir hujan sudah tidak lagi menetes ke permukaan tanah. Fina berdiri dari tempat duduknya, memastikan hujan memang sudah reda. Baru setelahnya ia pergi meninggalkan fakultas tercinta untuk menemui laki-laki tercintanya.
Tak butuh waktu lama untuk Fina berjalan dari fakultasnya menuju gazebo perpustakaan. Dengan wajah berseri ia datang menemui sang kekasih. Fina menyapa Rama, baru setelahnya duduk berhadapan dengan Rama yang tengah sibuk dengan laptopnya. Seperti biasa, keduanya berbasa basi untuk memulai obrolan.
Fina yang merasa tak enak membuat Rama menunggu, membuat ia berulang kali meminta maaf. Sedangkan Rama merasa tak nyaman jika Fina merasa bersalah. Padahal Rama sangat memaklumi hal itu.
“Oh iya, kamu jadi besok mau pulkam?” tanya Rama. Ia menyisihkan terlebih dahulu laptopnya.
“Insyaallah iya mas, kan aku tinggal yudisium, pengen lah istirahat sejenak di kampung halaman, dekat sama orang tua, kembali menjadi anak desa,” jawab Fina.
“Besok aku antar ya, sekalian aku pengen kenalan sama orangtua kamu. Hubungan kita kan sudah cukup lama, dan aku mau serius dengan hubungan ini. Setidaknya kenalan terlebih dahulu, sebelum aku datang bersama keluarga untuk melamar,” ucap Rama membuat Fina sedikit terkaget.
Apa yang dikatakan oleh Rama memang hal yang ia nantikan. Sebagai seorang perempuan, kepastian itu yang Fina harapkan. Sepertinya untuk memperkenalkan Rama kepada orangtuanya bukan hal yang buruk. Dari perkenalan itu juga nantinya, ia bisa minta pendapat orangtuanya mengenai sosok yang ia harapkan menjadi pasangan hidupnya.
“Serius Mas Rama mau ikut aku pulang? Seperti yang sudah aku jelaskan dari awal ya Mas. Aku ini anak desa, dari keluarga yang hidupnya pas-pasan. Beda jauh kalau dibandingkan sama Mas Rama. Fina takut nanti Mas Rama kaget lagi dengan kehidupan aku di desa,” ucap Fina merasa takut kalau nantinya Rama tak ingin lagi bersamanya karena keadaan ekonomi yang tak setara.
“Aku kan juga sudah tau bagaimana rumah kamu, gambaran dalamnya hingga ukuran rumahnya. Aku juga udah siapkan desain untuk renovasinya. Hingga saat ini kita masih sama-sama juga kan. Aku mencintai kamu bukan karena harta kamu, pun juga aku tak memandang bagaimana status ekonomi kamu. Aku mencintai Safina dengan semua keadaannya, aku mencintaimu tanpa sarat dan tanpa alasan,” jelas Rama membuat Fina menjadi terharu.
Rama adalah satu-satunya laki-laki yang mampu membuatnya nyaman. Terlebih sikap dewasa dari laki-laki itu membuat Fina semakin yakin tidak memilih laki-laki untuk menjadi imamnya. Rama menjadi sosok sempurna yang akan membantu sang Raja untuk menjaga putri kesayangannya.
Safina memberitahukan rencana kepulangannya besok. Sebelumnya ia berencana untuk pulang dengan mengendarai angkutan umum dari kota ke kampungnya. Karena Rama berkeinginan untuk ikut bersamanya, maka Fina akan pulang berdua dengan Rama dengan mengendari motor milik Rama.
“Kamu lagi sibuk apa sih, Mas?” tanya Fina.
“Biasa penyusunan tesis,” jawab Rama tak berpaling dari layar laptopnya.
Setelah Rama menyelesaikan tugasnya, ia kemudian mengantarkan Fina pulang ke kosannya. Kemudian Rama juga pulang ke kosannya juga. Ucapan terimakasih tak lupa ia sampaikan kepada Rama karena telah bersedia mengantarnya pulang.
***
Suasana sejuk pedesaan mulai kembali Fina rasakan saat perjalanan pulang bersama Rama sudah tinggal beberapa kilometer lagi. Meskipun masih berada di wilayah yang sama, kota dan desa sangatlah berbeda. Suhu di kota memang sering kali terasa dingin, tapi tak terasa sejuk. Hamparan sawah yang ditanami padi baru saja Fina lewati bersama Rama. Ada rasa senang bisa mengenalkan sang pujaan hati kepada orang tua. Sebenarnya tak jarang juga Fina menceritakan mengenai Rama kepada orangtuannya. Tapi tak pernah ia bercerita bahwa laki-laki itu adalah kekasihnya. “Di depan belok kiri mas,” ucap Fina memandu arah. Tak jauh dari itu, ucapan selamat datang di desa Bahagia tertulis disana. Fina merasa sangat senang, sudah tak sabar ia untuk pulang. Sudah cukup lama juga ia tak pulang ke kampung halaman. Jalanan masih terbilang sepi. Jalanan desa memang tak pernah ramai, terlebih ini masih terbilang pagi. Motor Rama berhenti di depan rumah khas pedesaan. Rumah kecil n
Beberapa bulan lalu, Fina telah diwisuda, yang menandakan perjuangannya di bangku kuliah telah ia selesaikan. Level baru dalam hidupnya kini harus ia mulai. Menjadi fresh graduate membuatnya berjuang keras untuk mendapatkan pekerjaan. Sebuah tanggung jawab baru kini berada di pundaknya. Bapak sudah banting tulang untuk pendidikannya. Kini saatnya ia meringankan beban orangtuanya.Hari ini menjadi jadwal interview di tempat ia melamar pekerjaan. Jantungnya berdebar kencang, rasa deg-degan kembali ia rasakan. Ditemani Rama yang setia mengiringi langkahnya membuat Fani merasa sedikit lebih tenang. “Relaks aja, jangan dibikin tegang, kamu pasti bisa,” balas Rama.Fina berulang kali bertanya mengenai pengalaman pertama Rama saat melakukan wawancara. Rama memang lebih dahulu memiliki pengalaman itu. Saat ini ia juga sudah menjadi staff tetap di salah satu perusahaan konstruksi. Sidang tesisnya sudah selesai dia lakukan, kini hanya tinggal wisudanya. Dan selanjutn
4Hal pertama yang Fina lakukan saat terbangun dari tidurnya adalah melihat notifikasi di layar ponselnya. Berharap ada pesan masuk dari orang yang sedari beberapa hari lalu ia tunggu kabarnya. Karena tak menemukan apa yang dia inginkan di aplikasi chat, Fina beralih ke aplikasi instagram. Kebiasaan itu ia lakukan sembari menunggu nyawanya dan niatnya terkumpul.Ia menscroll beranda beberapa kali. Kemudian melihat feed yang berisi kenangan foto-fotonya. Matanya tertuju pada sebuah foto yang ia post setahun lalu. Foto Rama dengan caption ucapan selamat ulang tahun. Kemudian ia mereply postingan itu ke story dengan memberikan sebuah captioan.“Where are u???” tulis Fina sebagai caption di insta storynya.Tak ingin terlalu kalut dengan perasaan hatinya. Fina segera bergegas ke kamar mandi untuk mengambil wudhu kemudia menunaikan sholat subuh. Dalam sujudnya, semua keluh kesah ia curahkan kepada sang pemilik hati. Karena Allah lah yang membolak ba
Mobil milik keluarga Rama sudah terparkir di depan rumah Fina yang baru selesai direnovasi. Sebuah rumah hasil karya desain Rama. Terlihat rumah Fina juga sepertinya sudah disiapkan untuk menyambut tamu. Bahkan adiknya, tadi pagi dijemput dari asrama untuk membantu ibunya mempersiapkan semuanya. Safa, sapaan akrab Safana, adik satu-satunya Fina. Ia langsung merangkul kakaknya mengurai kerinduan karena sudah lama tak jumpa.“Boleh izin ternyata, dek?” tanya Fina dan Safa mengangguk mengiyakan.“Kakakmu pulang bawa calon tuh,” ucap Ibu sambil berjalan dari dapur menuju ruang tamu membawa beberapa gelas minuman hangat.“Maaf ya pak, ya begini keadaan rumah Fina, baru direnovasi belum selesai sepenuhnya,” ucap Ibu Hana. Ia takut jika tamunya merasa tidak nyaman berada di rumahnya.“Jangan merendah seperti itu, Ibu. Memiliki putri berprestasi jauh lebih membanggakan dibandingkan dengan harta kekayaan,” balas Anto
Sebuah mobil hitam baru saja berhenti di depan rumah Fina. Mobil itu merupakan mobil milik Rama. Di akhir pekan, Rama menyempatkan waktunya untuk bertemu dengan tunangannya. Keduanya memiliki agenda untuk berlibur sembari ingin melakukan foto pre wedding.Rama keluar dari mobilnya dengan membawa tentengan disalah satu tanganya. Fina yang sedang menyapu teras rumahnya, memberikan senyum sapaan. Rama benar-benar menepati janjinya. Ia sampai di rumah Fina tepat jam 7 lewat 5 menit. Rama sengaja datang pagi karena ia ingin ikut sarapan bersama keluarga calon istrinya.“Hmm rajinnya,” ucap Rama saat sampai di teras rumah, tak jauh posisinya dengan Fina yang sedang menyapu bagian ujung teras.“Iya dong, kan mau pencitraan depan calon suami,” balas Fina sambil tersenyum.Rama memilih duduk terlebih dahulu di kursi teras sambil menunggu Fina menyelesaikan pekerjaanya. Ia barusaja melakukan perjalanan jauh dari Surabaya. Itu ia lakukan agar
Sebuah tenda biru telah terpasang dipelataran rumah Fina. Konsep pernikahan sederhana yang Fina inginkan akan segera terealisasikan. Sebuah dekorasi pelaminan sudah disiapkan. Tak lupa, foto prewedding ingin ia tampilkan disana. Nuansa putih dan biru menjadi pilihan untuk dekorasi ruangan.Pada acara akad dan resepsi besok, tak banyak yang mereka undang. Rangkaian acara resepsi pun hanya akan digelar sehari semalam. Hal itu harus mereka lakukan, karena ada beberapa pekerjaan yang bentrok dan tak bisa mereka tinggalkan. Baik pekerjaan Fina maupun pekerjaan Rama.“Masa, kamu sama Rama nggak dapet cuti?” tanya Bude Ani saat Fina barusaja bergabung dengan ibu-ibu yang sedenga mengemas kue kering.“Kita cuma ada cuti dua hari, sedangkan Mas Rama cuma sehari,” jawab Fina sambil ia membantu aktivitas disana.“Udah calon manten jangan ikut repot, mending kamu tuh perawatan diri, meni pedi,” ucap Bu Rosa.Pergantian
Fina dibuat deg-degan dengan kedatangan Rama ke dalam kamarnya. Apalagi mengingat kata eksekusi yang tadi diucapkan oleh Rama. Apa iya, ia akan pecah telor malam ini juga. Sejujurnya ia merasa sudah sangat lelah. Tapi, ini adalah hari pertamanya menjadi seorang istri, masa ia tak ingin menuruti kemauan suami.“Udah sholat?” tanya Rama dan Fina mengangguk.Rama kemudian keluar dari kamarnya untuk ke kamar mandi mengambil wudhu. Kemudian menunaikan kewajiban sholatnya. Ia memilih sholat di kamar Fina. Sajadah dan perlengkapan lainnya sudah Fina siapkan. Rama terlebih dahulu melakukan ibadah wajibnya, baru kemudian menyempurnakan separuh ibadahya bersama Fina. Perempuan yang sudah sah menjadi sang istri.“Mau dinyalain aja apa mau di matiin?” tany Rama membuat Fina bingung harus menjawab apa. Sedari kejadian Rama membantunya membuka gaun, jantungnya terus berdegup kencang. Ia pun menjadi bingung dalam memberikan jawaban.
Warning 18+“Ahh, ma-s, a-ku nggak ku-at lagih,” ucap Fina sambil mendesah. Matanya pun masih terpejam menikmatin permainan jari di inti miliknya.Rama sudah mulai tak sabar untuk melakukan permainan intinya. Tapi ia ingin membuat Fina menikmati semuanya. Malam pertama akan membuatnya sakit. Tapi ia ingin meminimalkan itu dengan melakukan foreplay yang cukup. Ia harus lebih sabar, meskipun adiknya di bawah sudah tak sabar menikmati liang senggama milik Fina.Rama sudah membuang sembarang celana dalam milik Fina. Kini istrinya sudah telanjang bulat. Tak ada sehelaipun benang dalam tubuhnya. Rama sangat takjub melihat lekuk indah tubuh Fina. Wajah cantik yang adem, kulit putih terawat, dada sekal, dan liang senggama yang ditumbuhi bulu tipis, terlihat istirinya itu sangat menjaga mahkota yang sebentar lagi akan menjadi miliknya,Rama berdiri, kemudian berbaring di samping Fina yang wajahnya penuh dengan keringat. “Ini akan se
Setelah beberapa waktu berlalu, hari ini Denias mendapat pesan masuk dari Rama yang tidak lain adalah ayah kandung dari anak-anak sambungnya. Denias tau betul konflik yang masih berkelanjutan antara istrinya dan mantan suami. Denias tidak bisa langsung menyalahkan sikap Fina, karena bagaimana pun tidak mudah berada di posisi istrinya tersebut. Begitupun dengan Rama, sikap Fina kepadanya adalah konsekuensi dari perbuatannya dimasa lalu."Sorry Den, aku Rama, ayah dari Ali dan Alfa. Kalau nggak keberatan apa bisa kita bertemu?" pesan Rama pada Denias melalui aplikasi chat.Sebenarnya Denias sudah menerima pesan tersebut dari tadi, hanya saja ia baru memiliki jawaban untuk pesan tersebut. Ia berusaha untuk tenang menyikapi pesan tersebut. Denias juga tidak buru-buru menceritakan hal tersebut kepada Fina."Iya Ram, boleh, kapan?" balas Denias langsung.Tidak butuh waktu lama, pesan tersebut langsung dibalas oleh Rama."Malam ini kalau bisa, kebetulan sekarang masih ada di Malang," balas R
Sebenarnya Fina sudah sangat lelah dengan masa lalunya itu. Setelah ia membangun rumah tangga baru, ia kira hidupnya akan lepas dari bayang-bayang masa lalu, namun nyatanya tidak. Rama masih saja mengusik hidupnya. Andai saja perpisahan dirinya dengan Rama tidak meninggalkan luka, mungkin Fina sudah berdamai dengan Rama. Ia bisa mengesampingkan egonya demi anak-anak. Tapi nyatanya tidak, perpisahannya dengan Rama hanya menyisakan luka, air mata dan trauma bagi Fina.Bagaimana tidak, sepanjang pernikahan pertamanya, ia tidak diterima di keluarga Rama. Jangankan diterima, restu saja tidak ia peroleh, bahkan di hari pernikahannya, sang ibu mertuanya tidak hadir. Saat pertama kali datang ke rumah mertuanya tersebut, ia seolah tidak dianggap, tidak diterima dengan baik. Bahkan selama menikah dengan Rama, status dirinya bukanlah istri pertama, melainkan istri kedua tanpa sepengetahuannya.Masa lalu seperti itu yang bisa Fina terima? tentu tidak. Fina sudah cukup menderita selama pernikahan
"Fin, ikut gabung makan siang sama kita yuk, kita mau makan di kafe belakang kantor," ajak Dita, teman kantor Fina."Sorry, lain kali aja deh kayaknya, aku masih ada kerjaan urgent nih, kebetulan aku juga bawa bekal, kalian duluan aja," balas Fina menolak ajakan Dita."Projeknya sama Pak Aris ya?" tanya Dita memastikan.Fina hanya menganggukan kepalanya sembari tersenyum. Ekspresi senyum Fina membuat Dita seolah paham, perempuan itu sedang butuh disemangatin. Dita sudah pernah turut mengerjakan projek dari Pak Aris yang orangnya super duper teliti, banyak mau dan perfeksionis."Semangat sayang, jangan lupa makan siang ya," ucap Dita memberikan semangat kepada Fina."Sekarang mau kemana? keluar?" lanjut tanya Dita."Iya nih, barusan Pak Aris ngabarin Reno ngajak ketemuan untuk bahas progressnya, dan Reno lagi ada meeting sama klient lain, jadi karna aku yang lagi free, jadi aku yang berangkat," jelas Fina."Udah dulu ya, liat nih, udah di telfon mulu sama Pak Aris, aku berangkat dulu,"
Fina merasa hidupnya kembali sempurna, hari-harinya selalu diselimuti perasaan bahagia. Anak-anaknya tumbuh dengan baik. Sekolah mereka juga berjalan dengan lancar. Perkerjaan Fina dan Denias juga alhamdulillah berjalan dengan baik. Semua terasa indah dan sempurna. Jika mengingat beberapa waktu lalu, rasanya kebahagiaan ini seolah tak akan menghampiri dirinya. Tapi Allah selalu memiliki rencana yang lain. Rencana yang selalu indah, di luar perkiraan yang selalu ia takutkan.Belajar dari pengalaman hidupnya selama ini, Fina selalu ingat bahwa kebahagiaan akan selamanya ada, dan kesedihan juga tidak akan selamanya menghampiri. Hidup yang telah ditentukan oleh sang pencipta selalu seimbang. Saat kebahagian datang menghampiri, pasti akan selalu ada kesedihan yang bergantian akan menghampiri. Untuk itu, Fina tidak ingin terlalu terlena dengan kebahagiaan yang kini ia rasakan. Karna mungkin saja, sebentar lagi kesedihan akan menghampirinya.Pagi ini, seperti biasa, sebelum berangkat kerja,
Menikah dengan Denias merupakan suatu hal yang sangat Fina syukuri dalam hidupnya. Hari-harinya kini selalu dihiasi dengan perasaan senang dan bahagia. Namun kini Fina tengah bingung untuk mengambil keputusan dimana ia dan suami akan tinggal. Selama hampir sebulan ini, ia dan suami masih hrus bolak balik dari rumah Fina ke rumah Denias. Anak pertama Fina masih harus menyelesaikan sekolahnya di dekat rumah Fina. Kemudian anak keduanya juga sangat dekat dengan sang nenek, setiap kali jauh dari neneknya, Alfa selalu bingung mencari sang nenek. Itu sebabnya Fina masih belum bisa tinggal menetap di rumah Denias.Begitupun sebaliknya dengan Denias. Jika ia sering tinggal di rumah Fina, ia tidak tega jika harus selalu menitipkan anak-anaknya kepada sang ibu. Terutama Adit yang masih SD, ia juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang penuh darinya. Tidak jarang, mereka harus pulang ke rumah masing-masing. Mereka seperti itu mungkin untuk beberapa bulan ke depan, mengingat Ali sebentar lagi lu
Fina segera meninggalkan Denias yang masih setia menatap langit malam. Ia masuk ke dalam kamar hotel. Tidak lupa menekan tombol yang secara otomatis menutup tirai jendela besar yang memisahkan kamar hotel dengan balkon. Denias yang dengan cepat menangkap sinyal yang diberikan oleh istrinya segera masuk ke dalam kamar hotel. Ia tidak mendapati Fina di dalam sana.Denias memilih menunggu Fina dengan duduk dipinggir ranjang sambil menikmati secangkir minuman yang ia bawa dari balkon. Tidak butuh waktu lama, ia melihat Fina berjalan menuju arahnya menggunakan ligerai seksi yang telah ia pilihkan sebelumnya."Sempurna," gumam Denias saat menatap Fina berjalan ke arahnya.Jalan Fina yang melikuk, membuat Denias ingin sekali segera menerkam dan memangsa habis-habisan istrinya itu. "You look so beautyfull, honey," ucap Denias sambil meletakkan dagunya di atas bahu Fina.Seperti biasa, aroma parfum apel milik Fina membuat Denias semakin tergoda. Ia menghirup aroma tersebut, menyusuri setiap in
Fina keluar dari ruang ganti menggunakan bikini beksi berwarna hitam dengan tali berwarna coklat muda. Potongan kain tipis itu hanya bisa menutup bagian puting dan bagian vaginanya saja. Sungguh minim, terlihat jelas lekuk tubuhnya yang masih terlihat seksi. Apalagi bikini yang ia kenakan merupakan pilihan sang suami yang sangat menyukai dirinya menggunakan warna hitam. Mengingat sedari tadi pakaian yang Denias berlikan selalu berwarna hitam. Dari kejauhan Denias melihat Fina berjalan ke arahnya membuatnya penuh gairah. Ia segera melepas pakaiannya. Meninggalkan bokser mini yang menutup kemaluannya. Ia segera memeluk Fina saat perempuan itu berdiri tepat dihadapanya. Terlihat lebih seksi dari pada sebelum-sebelumnya. Karena ini bukan kali pertama melihat tubuh seksi Fina. Tapi kali ini istrinya sunggu sangat berbeda. Apalagi dengan rambut yang dikuncir asal membuat istrinya terlihat seksi dengan leher jenjang. Membuat ia ingin sekali mengendus disana. "Kamu terlihat
Bahagia, satu kata itu yang kini menggambarkan perasaan Fina. Setelah musibah yang menimpanya beberapa waktu lalu. Ia mengira bahwa tidak akan pernah kembali merasakan kebahagiaan bersama pasangan. Tapi Tuhan masih sangat baik kepadanya. Tuhan mengirimkan sosok lelaki yang kini resmi menjadi suaminya. Laki-laki yang berhasil menjadi penawar disetiap luka yang pernah ia rasakan. Denias, ia yang kini membuat hari-harinya penuh semangat dan diselimuti rasa bahagia.Mungkin karena memang usia pernikahannya dengan Denias masih dalam hitungan hari. Sehingga rasa bahagia, berbunga-bunga yang kini ia rasakan. Bagaimanapun sebelumnya ia sudah pernah merasakan asam garamnya pernikahan sebelumnya. Disetiap pernikahan pasti akan selalu ada suka maupun dukanya. Wajar jika sekarang suka yang mereka rasakan. Karena keduanya kini sudah dipersatukan dalam ikatan suci pernikahan. Fina dan Denias memang berdoa dan berharap rumah tangganya selalu tentram dan damai, tapi balik lagi, roda kehidupan terus b
Setelah acara pernikahan yang mereka gelar secara sederhana di kediaman Fina. Hari ini sebelum seluruh anggota keluarga kembali pulang ke rumah masing-masing. Mbak Tari mengajak semuanya untuk liburan bersama. Beberapa ada yang memberikan usulan untuk pergi ke pantai, beberapa ada yang minta pergi ke wahana air saja yang lebih dekat. Keputusan terakhir yang mereka pilih untuk ke wahana air saja yang lebih dekat sehingga tidak buang waktu di jalan.Sejak hari kedua pernikahan, Fina memang tinggal di rumah Denias, mengingat keluarga besar masih berkumpul disana, Fina tidak ingin kehilangan momen berkenalan dengan keluarga barunya tersebut. Ia kini harus mulai membiasakan anak-anaknya untuk tinggal ikut bersamanya, terutama Alfa. Anak keduanya itu masih belum terbiasa jauh dengan sang nenek. Karena setiap hari waktunya lebih banyak dihabiskan bersama sang nenek dibandingkan dirinya."Nenek, Mama" rengek Alfa."Iya, besok kita ke rumah nenek ya, sayang," ucap Fina k