Sudah sebulan Alin dan Sky berada di rumah peninggalan ibunya Sky di belahan Skotlandia. Setiap hari Alin akan pergi berkuda yang di temani Sky atau Lupita.Keadaan Sky Yuan semakin membaik, tidak mengeluarkan isi perutnya lagi setelah makan. Akan tetapi Sky sedang kecanduan makanan penutup yang manis seperti cake atau apapun itu yang manis.Alin sedang di dapur, belajar membuat cake bersama Lupita untuk Sky."Hai, kamu sepertinya betah di sini" tegur Nicholas mengagetkan Alin yang sedang mengatur suhu untuk mengukus cake. "Nic! Kapan kamu datang? Sendiri? Sky ada di ruang kerjanya. Aku membuat cake, nanti cobain ya" Alin sangat antusias bisa melihat Nicholas lagi. Alin tidak menyadari jika Nicholas sudah datang sebelum dia sampai ke rumah peninggalan ibunya Sky itu."Baru saja. Oke, aku cari suamimu dulu. Ingat, untuk sisain aku, hem?""Tentu. Pergilah" balas Alin sumringah melihat kepergian Nicholas naik ke lantai dua menuju ruang kerja Sky Yuan. Akhir-akhir ini Sky Yuan sangat sib
CINTA adalah bahasa universal yang bahkan binatang dan tumbuhan pun bisa mengerti dan memahaminya. Sky memeluk Alin dan membawanya ke dadanya erat, menutup mata Alin agar tidak melihat Izou yang meringkik, merintih meregang nyawa. Nicholas sudah bergerak dan pergi entah kemana. Lupita terduduk di pasir karena kaget, peluru itu nyaris mengenai kepala Alin. Alin melepaskan pelukan Sky. Tangan Alin membelai wajah dan surai Izou. Izou masih meregang nyawa, matanya sudah banjir airmata. "I Love You, Izou! Terima kasih sudah menemaniku dan membuatku bahagia. Pergilah Izou-ku sayang. Aku ikhlas! Aku sangat mencintaimu" tangis Alin kembali pecah dan menciumi wajah kuda jantan yang di hadiahkan Sky untuknya itu untuk terakhir kalinya. Terdengar suara Izou meringkik keras seperti melolong dan sesaat kemudian dia sudah tidak bernyawa lagi. Lutut Alin lemas, dia jatuh ke dalam pelukan Sky yang terus memeluknya kemudian membawanya ke mobil yang di bawakan oleh Mr. Rain untuk menjemput merek
"Hei, apa yang kamu lakukan?" tegur pemuda tampan yang dari tadi memperhatikan Alin sedang sibuk di dapur seorang diri. "Nic!" seru Alin selalu ceria memandang kepada Nicholas. Meskipun pria itu tidak banyak bicara namun dia sangat perhatian pada Alin dan Alin merasa nyaman berdekatan dengan Nicholas. Nicholas menggedikkan bahunya tersenyum lalu berjalan memasuki dapur yang wangi aroma masakan. "Duduklah di sana, aku membuat pasta dan mashed potato" ujar Alin sambil menunjuk ke kursi yang ada di dalam dapur tersebut. "Lupita kemana? Kenapa kamu sendiri di dapur? Dimana pelayan yang lain?" tanya Nicholas yang sepertinya keberatan jika Alin sibuk di dapur. "Mr. Rain membawa Lupita dan para pelayan pergi memanen sayuran dan buah di perkebunan. Aku sedang ingin makan pasta dan mashed potato, jadi aku membuatnya sendiri. Kamu mencari Sky? Sepertinya Sky ada di ruang kerjanya" "Tidak. Aku mencarimu. Bagaimana perasaanmu sekarang? Jangan takut, aku akan melindungimu" bisik Nicholas mend
Sebelum dinihari jet pribadi Sky dan Alin sudah sampai di rooftop kediamannya Sky Yuan.Alin mengajak Sky untuk duduk menikmati udara dinihari pagi yang segar di atas rooftop. Dari ufuk timur sudah terlihat langit kemerahan menandakan pagi segera datang."Anginnya dingin, mendekatlah agar bisa ku peluk" bisik Sky, merengkuh pinggang Alin ke dalam pelukannya."Sky, apakah kamu menyesal menikah denganku?" tanya Alin lirih. Merebahkan kepalanya ke dada Sky Yuan. "Wifey, kenapa bertanya seperti itu? Aku mencintaimu dan aku tidak menyesal. Kamu tidak bahagia bersamaku, Honey?" Sky balik bertanya. "Aku bahagia. Sangat bahagia. Tapi ... Oh ya, Brook tidak bersalah. Katakan pada Nicholas untuk melepaskannya.""Hm, apakah itu insting anak kita di dalam perutmu, Wifey? Jangan kuatirkan apapun. Hem?" Sky membelai wajah Alin yang sedikit terasa dingin. "Wifey, kamu belum sholat subuh, yuk masuk" bujuk Sky lembut. Sky selama ini selalu mengingatkan Alin untuk menjalankan kewajibannya dan selama
"Kuat dan bersabarlah serta banyak istirahat ya." ucap Janette lembut ke Alin. Lalu dia menatap Sky, "Sky pergilah bekerja, biar mommy yang jaga istrimu" "Its oke Mom, nanti Daffa bisa bawa laporan ke rumah. Mommy istirahat aja. Biasanya Alin sehabis muntah kaya tadi, sudah mendingan" jawab Sky Yuan tanpa mengalihkan tatapannya dari wajah istrinya yang tetap diam meringkuk di pelukannya.Dokter datang, Langsung memeriksa keadaan Alin. "Tidak ada yang perlu di kuatirkan." ucap Dokter memberikan resep vitamin serta obat mual untuk Alin pada Janette.Selesai di periksa dokter, Sky kembali meminta jus buah ke Alex untuk Alin. Sky membawa Alin naik kembali ke kamar. Janette akhirnya pamit pergi ke butiknya setelah memberikan nasehat pada Sky agar lebih memperhatikan kesehatan Alin.Setelah minum jus dan vitamin dari dokter, Alin kembali terlelap. Sky mengambil tabletnya dan melihat beberapa laporan yang di kirimin Daffa memerlukan perhatiannya. Sky bekerja di meja di dalam kamar, tidak in
Alin tampak sangat mempesona dengan gaun berwarna hijau tua selutut di padankan dengan bolero mewah berwarna hitam membuat tubuh mungilnya sangat manis namun tetap ada sisi kedewasaan dan ketegasan di wajahnya. Sky Yuan juga selalu tampak gagah dan tampan dengan pakaian kerja berkualitas tinggi buatan tangan, menggandeng pinggang Alin yang masih ramping turun dari kamar mereka menuju ruang makan.Sky membawa Alin untuk sarapan sebelum berangkat ke kantor Sky."Aku kenyang, Sky" Alin memang tidak berselera makan apapun yang sebenarnya dia kuatir muntah dan Sky bisa terlambat menghadiri meeting pagi. Alin tidak sengaja mengintip jadwal Sky yang di kirim oleh Daffa ke tablet suaminya itu."Baiklah. Kalau gitu, mari kita berangkat" ujar Sky sambil kembali memeluk pinggang Alin dan berjalan menuju mobilnya. Mr. Philippe memberikan kunci mobil pada Tuan Mudanya dan tersenyum kagum menatap Alin yang sangat serasi dengan Tuan Muda mereka.Sky mengendarai sendiri mobilnya ke kantor. Tangannya
~Setiap manusia mempunyai tingkat kewaspadaan alami di dalam dirinya yang akan keluar di saat berbahaya, entah itu pikiran atau kekuatan tenaga yang dahsyat~Sky mengajak Alin makan di luar. restoran jepang dengan kamar pribadi menjadi tujuan Sky mengajak Alin. "Sky, boleh ku tanya sesuatu?" ujar Alin sambil menyendok telor ikan masuk ke dalam mulutnya yang menggugah seleranya, ada sensasi meletup-letup di dalam mulut Alin. "Hm, mau tanya apa?" Sky menatap mata Alin, menunggu pertanyaan yang ingin di tanyakan wanitanya itu. Sudah menjadi kebiasaan Sky untuk selalu memperhatikan mata Alin jika istrinya itu berbicara. Pemujaan dan cintanya pada Alin memang sangat manis."Kamu memberikan dokumen sensitif untuk ku tandatangani. Maaf sebelumnya kamu bilang aku ga boleh banyak tanya, cukup tandatangani aja. Tapi..." Alin bertanya pelan sambil membalas menatap mata biru suaminya lekat-lekat. "Besok pagi, Mr. Norman jelaskan padamu. Untuk saat
Alin dan Sky bersama Daffa datang berkunjung untuk makan malam di foodcourt Bisan tempat Aunty Chen berjualan. "Aiyo, pengantin baru datang. Bagaimana kabarmu, Nak?" sapa Aunty Chen gembira dan riang melihat Alin datang bersama Sky dengan bergandengan tangan mesra, Daffa berjalan cuek di sebelah Sky. "Hai Aunty, sehat. Alhamdulillah. Aunty Chen apa kabar? Aku kangen makan ubi rebusnya Aunty Chen dan roti pratanya Ahmed" Alin berkata sambil memeluk Aunty Chen dan mengerling ke pekerja lainnya. Ucapan Alin yang hanya menyebutkan dua jenis makanan, pada akhirnya dia seperti biasanya memesan makanan dan minuman di setiap stand makanan yang ada di foodcourt tersebut karena foodcourtnya hanya menjual makanan dan minuman halal, aman buat Alin. Sky dan Daffa saling berpandangan dalam diam saat Alin menyebutkan ingin makan ubi rebus. Daffa baru pertama kali ikut dan merasa senang melihat betapa kekeluargaannya para pedagang foodcourt ini dengan Alin. "Alin, kapan Sean ke sini lagi? Amei k
Sky dan Seiji beserta keluarganya pergi ke perkebunan anggur keluarga Nabila menggunakan limousin sedangkan Nabila berkendara bersama Jonathan di depan sebagai penunjuk jalan yang sebenarnya tidak perlu karena sopir limousin adalah sopir pribadi keluarga Nabila yang sudah biasa datang ke perkebunan."Dasar pamer!" gerutu Seiji menatap tajam pada Sky, saat melihat tanda cinta di leher, pundak serta bagian depan dada Alin yang tetap tidak tertutupi oleh syal yang dia pakai."Apa pamer?" ceplos Alin yang tidak mengerti pada awalnya."Suami brengsekmu yang pamer!" sahut Seiji dan Sky langsung tergelak diikuti oleh Syelin.Sky duduk memeluk Syelin yang sudah mulai terlihat akrab dengannya."Syelin sebentar lagi punya adek bayi. Kalau mau pamer itu harus ada bukti hidupnya, bukan tanda yang bisa hilang dalam hitungan hari!" Seiji sengaja meraba perut Irine dan mengusapnya di depan Sky.Keita dan Sean serempak mengulum senyum melihat pria sedewasa dan sedingin Seiji bisa bertindak absurd di
Mr. Philippe mendapatkan pemutusan surat kerjanya yang tidak perlu lagi dia mengabdikan diri jadi pelayan di kediaman Yuan. Tetapi dia bersikeras tetap ingin bekerja untuk Sky di kediaman sehingga Sky memberikan pekerjaan sebagai notaris padanya, menggantikan Norman yang akhir hidupnya tetap berkhianat bersama Keith pada Sky dan Nicholas.Pulang dari ziarah makam Thomas, Janette tidak bisa bertahan lagi terhadap penyakitnya dan akhirnya menghembuskan napas terakhirnya di pangkuan Sky.Nicholas juga berada di dekat Janette disaat terakhir hidupnya, dia memaafkan semua salah dan khilaf Janette di masa lalu.Tiga bulan kemudian,Sky membawa Alin dan Sean berlibur ke Sydney sekaligus bertemu Jonathan di kantor cabang milik Sky di Sydney.Jonathan membuat pertemuan dengan Sky dan Alin di sebuah restoran mewah pusat kota Sydney. "Kenalkan, ini Nabila. Bila, ini bosku Sky Yuan, Alin dan putra mereka Sean, juga ini Keita," Jonathan memperkenalkan wanita yang datang bersamanya kepada Sky, Ali
Seiji dan Irine bukan pertama kali tidur bersama. Sekarang mereka sudah menikah meski di dalam hati Seiji masih tetap Alin yang bertahta. Tetapi tubuhnya masih seperti biasa, bisa bereaksi menegang sempurna saat melihat Irine.Syelin dibawa Nicholas keluar kamar sejak tengah malam untuk tidur bersamanya dan Sean.Kepergian Syelin tersebut ikut membangunkan Irine sedangkan Seiji belum tidur sejak masuk ke kamar, menunggu Syelin dan Irine siuman setelah obat penawar berhasil lolos melewati tenggorokan mereka. "Aku tidak peduli alasanmu menikahiku, tetapi apakah kamu akan melewatkan mencicipi tubuhku di malam pertama pernikahan kita?" cetus Irine seraya bangkit dan menyobek gaun pengantinnya menjadi beberapa bagian yang tersebar di lantai."Akhirnya kamu bangun," ucap Seiji santai.Seiji beringsut mundur bersandar ke kepala ranjang, memperhatikan Irine yang menelanjangi dirinya sendiri sampai tidak ada satu helai kainpun tersisa pada tubuh montok berisinya.Irine menarik meja kerja yang
Mr. Philippe bergegas pulang ke kediaman Yuan dan pergi ke kamar Seiji."Kotak obat kuat," gumam Mr. Philippe mengulangi ucapan Seiji yang memintanya membawa kotak itu ke hotel segera.Mr. Philippe membuka laci nakas dan menemukan beberapa kotak karet pengaman yang terlihat masih bersegel.Mr. Philippe menggerutu mengomeli Seiji dan jemarinya terus memeriksa kotak-kotak di dalam laci dan akhirnya menemukannya ada di dalam kotak karet pengaman yang segelnya sudah tidak utuh.Mr. Philippe memasukkan kotak yang dia dapatkan tersebut ke dalam kantung pakaiannya, juga membawa satu kotak karet pengaman yang bergambar gerigi pada luar kotak bersamanya.Kediaman Yuan sangat sepi, tetapi Mr. Philippe melihat ada bayangan seseorang berdiri di depan pintu masuk kediaman. "Lewat sini," bisik suara Brook terdengar di telinga Mr. Philippe. Brook mengajak Mr. Philippe ke atas rooftop. "Tunggu, kamu tidak memintaku untuk terjun bersamamu, 'kan? Ini sangat tinggi!" Mr. Philippe belum pernah melakuk
Janette terbatuk dan segera menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Sedangkan Nicholas membawa kursi rodanya ke balkon hotel depan ruangan pesta pernikahan Seiji dan Irine."Jika kamu sungguh-sungguh mencintai Daddy kami, mengakulah pada Sky jika kalian sudah memperdayanya sejak dia pemuda belia dan menewaskan Diana,"Janette terkejut menoleh ke samping menatap Nicholas. "Diana? Aku tidak mengetahui hal tersebut!" spontan Janette menjawab cepat.Janette mengetahui jika Diana adalah kekasih Henry sebelumnya tetapi penyebab kematiannya, dia tidak pernah tahu kebenarannya karena Henry mengatakan Diana bunuh diri di kamarnya dengan meminum racun yang menghancurkan tubuh bagian bawahnya.Sudut bibir Nicholas melengkung sinis, "Aku tegaskan padamu, berhenti berpura-pura, Janette! Aku tidak seperti Sky yang akan berhati lemah menghadapimu apalagi setelah mengetahui keterlibatanmu menewaskan Katherine dan Thomas Yuan!"Nicholas sengaja menyebut nama orangtuanya sebagai penegasan pada Janet
Janette menatap lekat pada Nicholas yang sedang duduk sarapan di seberang mejanya."Kita harus bicara, Nick!" ucap Janette setelah menyendok beberapa suap makanannya yang sama sekali tidak bisa dia nikmati.Nicholas menggedikkan kedua alisnya berujar, "Silakan!""Hanya kita berdua!" pinta Janette tegas seakan tubuhnya tiba-tiba menjadi sehat bertenaga."Apakah ada orang lain di meja makan ini, Janette?" sahut Nicholas tersenyum sinis.Nicholas menegakkan punggungnya ke sandaran kursi duduknya, mengambil gelas air mineral untuk dia minum.Janette menelan salivanya yang terasa pahit. Bertahun-tahun dia berinteraksi dengan Nicholas, tetapi dia masih belum bisa merengkuh hatinya seperti dia mendapatkan Sky."Kemana kamu beberapa hari ini?" tanya Janette berbasa basi."Untuk apa aku melaporkan kegiatanku padamu Janette? Aku sudah tidak bekerja lagi untukmu!" sahut Nicholas menyeringai sinis."Oh ya, Henry sudah tewas di Hongkong. Ku dengar staffnya yang membunuhnya dengan racun, karena mer
Nicholas tiba di kediaman Yuan sebelum tengah malam tiba. Mr. Philippe belum tidur dan dia langsung tersenyum senang melihat kedatangan Nicholas."Tuan muda Sky masih di rumah sakit," ucapnya pelan.Nicholas mengangguk samar. Melirik ke arah pintu kamar Janette sebentar sebelum dia pergi ke dapur untuk bertemu Alex."Dimana Syelin?" ucap Nicholas bertanya pada Mr. Philippe yang masih mengikutinya sampai le dapur."Syelin dibawa Seiji menginap di apartemen Irine," sahut Mr. Philippe sambil mengambil cangkir dari kabinet dan menuangkan minuman segar untuk Nicholas."Alex sedang berada di halaman belakang," cetus Mr. Philippe memperhatikan wajah Nicholas yang terlihat tenang.Mr. Philippe sudah sangat paham akan ketenangan Sky dan Nicholas, karena itu berarti telah atau akan terjadi sesuatu yang menyenangkan mereka."Uhm, aku ke kamar dulu. Nanti kalau Alex kembali, minta dia bawakan pasta saus tomat ke kamarku," tutur Nicholas seraya berjalan menaiki tangga menuju kamarnya di lantai du
"Aku sudah memperingatkan kalian, jangan pernah mengganggu Sky! Tapi ternyata kalian sudah paham akan risikonya!" ujar Nicholas tegas dan tajam menatap Henry Han, Ayah yang membesarkannya sejak bayi.Henry sedang duduk pada kursi empuk dalam ruangan kerjanya di Hongkong saat Nicholas masuk ke dalam ruangan tanpa mengetuk."Kamu datang, mau makan apa?" tanya Henry mengabaikan ucapan sengit Nicholas saat tadi memasuki ruangannya.Henry menekan tombol pada pesawat telpon, "Bawakan dua cangkir kopi ke ruanganku, sekarang!" ucap Henry pada pekerjanya lalu berdiri mempersilahkan Nicholas duduk pada sofa mewah yang terdapat di dalam ruangan."Jangan menguji kesabaranku, Henry! Kamu sangat tau tujuanku datang ke sini bukan untuk bersantai ataupun menikmati secangkir kopi yang bisa saja telah kau perintahkan membubuhkan racun untukku!"Nicholas terlihat sangat kaku, sungguh berbeda dengan Sky yang bisa mengikuti alur para musuhnya meskipun bersikap dingin.Nicholas memang dibesarkan hampir tida
Keita menerima laporan dari teman-temannya yang dia tempatkan untuk mengawasi Riri di pusat rehabilitasi meskipun juga sangat mudah baginya meretas sistem keamanan di sana dan melihat apapun yang terjadi. "Aku ada pekerjaan, nanti aku kembali lagi!" ucap Keita pada Daffa, lalu dia melirik sebentar ke arah pintu ruangan Sky yang tertutup rapat. "Amankan dia, dan pinta Dokter memeriksa keadaan Riri!" pinta Keita kepada temannya melalui sambungan telpon yang juga merupakan anak buah Seiji di Singapura. "Ku rasa dia tidak bekerja sendiri, karena dia hanya seorang tukang bersih-bersih, bukan orang lokal," ujar teman Keita di telpon padanya. "Hm! Buat dia bicara, tawarkan uang kalau begitu!" saran Keita cukup gemas dengan cara kerja orang yang masih belum berhenti mengusik ketenangan hidup Alin dan Sky. Tidak lama, Keita sudah sampai pada sebuah rumah yang tidak jauh dari pusat rehabilitasi. Keita mendorong pintu yang tidak terkatup rapat dengan ujung telunjuknya. Terlihat seorang