~Setiap manusia mempunyai tingkat kewaspadaan alami di dalam dirinya yang akan keluar di saat berbahaya, entah itu pikiran atau kekuatan tenaga yang dahsyat~Sky mengajak Alin makan di luar. restoran jepang dengan kamar pribadi menjadi tujuan Sky mengajak Alin. "Sky, boleh ku tanya sesuatu?" ujar Alin sambil menyendok telor ikan masuk ke dalam mulutnya yang menggugah seleranya, ada sensasi meletup-letup di dalam mulut Alin. "Hm, mau tanya apa?" Sky menatap mata Alin, menunggu pertanyaan yang ingin di tanyakan wanitanya itu. Sudah menjadi kebiasaan Sky untuk selalu memperhatikan mata Alin jika istrinya itu berbicara. Pemujaan dan cintanya pada Alin memang sangat manis."Kamu memberikan dokumen sensitif untuk ku tandatangani. Maaf sebelumnya kamu bilang aku ga boleh banyak tanya, cukup tandatangani aja. Tapi..." Alin bertanya pelan sambil membalas menatap mata biru suaminya lekat-lekat. "Besok pagi, Mr. Norman jelaskan padamu. Untuk saat
Alin dan Sky bersama Daffa datang berkunjung untuk makan malam di foodcourt Bisan tempat Aunty Chen berjualan. "Aiyo, pengantin baru datang. Bagaimana kabarmu, Nak?" sapa Aunty Chen gembira dan riang melihat Alin datang bersama Sky dengan bergandengan tangan mesra, Daffa berjalan cuek di sebelah Sky. "Hai Aunty, sehat. Alhamdulillah. Aunty Chen apa kabar? Aku kangen makan ubi rebusnya Aunty Chen dan roti pratanya Ahmed" Alin berkata sambil memeluk Aunty Chen dan mengerling ke pekerja lainnya. Ucapan Alin yang hanya menyebutkan dua jenis makanan, pada akhirnya dia seperti biasanya memesan makanan dan minuman di setiap stand makanan yang ada di foodcourt tersebut karena foodcourtnya hanya menjual makanan dan minuman halal, aman buat Alin. Sky dan Daffa saling berpandangan dalam diam saat Alin menyebutkan ingin makan ubi rebus. Daffa baru pertama kali ikut dan merasa senang melihat betapa kekeluargaannya para pedagang foodcourt ini dengan Alin. "Alin, kapan Sean ke sini lagi? Amei k
"Gimana rasanya?" tanya Angelo menatap Alin dan Riri yang sedang lahap memakan spaghetti buatannya. "Lezat seperti biasanya!" ucap Alin sambil mendecakkan lidahnya, nikmat. Angelo tersenyum lalu menatap Riri yang mengacungkan jempolnya. Tanpa sadar Angelo mengelus rambut Alin. "Ehem!" Riri berdehem yang mengagetkan Angelo. "Istrimu di sini juga Ngel" Alin bertanya lagi karena tadi dia bertanya Angelo belum menjawabnya. "Tidak, dia di Philipina. Aku belum menikah, Alin. dia bukan istriku!" jawab Angelo sambil tersenyum lembut menatap Alin. "Beugh! Ngakunya bukan istri, tapi buktinya dia mengandung anakmu kan? Bearti dia istrimu" decak Alin sarkas. "Dia mau baby, saya suka membuat baby. Saling menguntungkan. Ya kan Ri?" jawab Angelo santai. "Jangan bawa-bawa aku dalam urusan pribadimu!" ketus Riri. Angelo tergelak, Alin hanya bisa geleng-geleng kepala menatap Angelo dan Riri. Beberapa gadis melewati tempat duduk Alin dan Riri. Ada aroma parfum yang sangat familiar di hidung Al
"Alin tadi pergi ke toilet sana, aku tidak bisa mengikutinya ke dalam" jawab Daffa ke Sky. Sky langsung berlari ke arah toilet yang di tunjuk Daffa, tapi tidak ada siapapun di dalamnya.Sky berlari ke arah Daffa kembali. "Yakin tidak mendengar suara lift?" tanya Sky panik. Daffa yang menyadari ada yang janggal, ikut merasa panik."Dimana Velisha?" tanya Daffa."Masih di ruangan ku tadi" Sky dan Daffa berlari kembali ke ruangan Sky bersamaan. Tidak ada jejak Velisha di temukan. Di depan pintu beberapa security yang di panggil Sky untuk membawa Velisha baru saja sampai.Sky dan Daffa saling berpandangan dalam diam. Sky menghubungi Nicholas namun tidak tersambung. Begitu juga dengan Daffa yang menghubungi Nicholas juga tidak tersambung."Ruangan sistem" teriak Daffa bersamaan dengan Sky. Dua pemuda tampan berkaki panjang itu kembali berlari ke ruangan sistem.Mereka melihat rekaman CCTV ketika Alin berjalan masuk ke toilet wanita namun tidak ada terlihat keluar lagi. Velisha bahkan tidak
Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam. Masih belum ada tanda-tanda keberadaan Alin.Sky menghentikan mobilnya di cafe pinggir jalan, masih duduk di depan kemudi. Dia merunutkan kejadian sejak pagi bersama Alin. Semuanya tampak biasa saja dan tidak ada menerima gangguan atau teror dari luar. Meskipun Sky sangat paham jika keberadaannya dan Alin selalu dalam pantauan orang-orang yang ingin menghancurkan perusahaan warisan ayahnya."Wifey, kamu dimana?" bisik Sky lirih. Wajahnya sudah sangat kusut dan kucal, bahkan dia belum menyentuh makanan sejak sore. Rencananya Sky ingin mengajak Alin makan malam di luar, akan tetapi terjadi masalah yang sangat tidak dia harapkan.Terdengar dua mobil berhenti di belakang mobil Sky Yuan.Nicholas mengetuk jendela mobil Sky,"Apa yang kamu lakukan di sini?" tegur Nicholas ke saudara kembarnya itu. Daffa juga ikut masuk ke mobil Sky dan duduk di kursi belakang. "Ini, isi dulu perutmu!" ucap Daffa sambil menyodorkan hotdog untuk Sky dan Nicholas besert
Alin membuka matanya perlahan. Dia kaget melihat Seiji duduk di dekatnya."Seiji?" panggil Alin dengan kening berkerut."Akhirnya kamu bangun juga. Ya, ini aku" ucap Seiji yang senang melihat wanita yang dia cintai itu akhirnya sadar. Tangan Alin masih di genggam Seiji di mulutnya.Alin melihat ada air mata jatuh dari mata pria yang belum pernah sekalipun dia lihat menangis itu. Reflek Alin melepaskan tangannya dan jemarinya menghapus air mata yang bergulir di pipi Seiji."Ada apa? Kenapa aku di sini? Di mana Sky?" tanya Alin perlahan namun merasakan gejolak dari perutnya yang sedikit kram."Aduh!!" rintih Alin mencengkeram perutnya yang sedikit nyeri.Seiji langsung memanggil dokter untuk memeriksa Alin.Dokter terus memeriksa Alin dan wanita itu terlihat menggigit bibir bawahnya menahan perih dan rasa tidak nyaman dari dalam perutnya.Dokter menatap Seiji lalu ke Alin dan berkata semuanya baik-baik saja."Kamu hamil, Alin!" ujar Seiji sambil membawa sarapan untuk Alin dan duduk di de
Sudah hampir 24 jam Alin hilang dan belum di temukan dimana dirinya. Coding yang di kirimkan Nicholas pada Seiji juga belum di balas. Sky keluar dari mobilnya dan berjalan gontai menuju rumahnya di ikuti Nicholas dan Daffa yang juga baru saja selesai memarkirkan mobilnya di halaman rumah Sky Yuan.Mr. Philippe berjalan terburu-buru menyambut kedatangannya ketiga pemuda tampan yang terlihat kusut dan kucel tersebut."Nyonya Janette menunggu Tuan di kamarnya" lapor Mr. Philippe segera kepada ketiga pemuda tersebut."Baik!" ujar Sky yang langsung pergi ke kamar Ibu angkatnya.Tok! Tok!Sky mengetuk pintu kamar Janette. Janette segera membukakan pintu kamarnya, melihat Nicholas dan Daffa juga ada bersama Sky Yuan berdiri di depan pintu kamarnya."Masuklah!" ujar Janette mempersilakan ketiga pria tampan tersebut masuk ke kamarnya yang luas."Ada apa, Mom?" tanya Sky setelah mencium pipi ibu angkatnya itu seperti biasanya. Janette juga memeluk tubuh Sky erat dan membalas dengan mencium punc
"Kamu tidak ingin mandi, Seiji?" tanya Alin pada Seiji yang baru saja keluar dari ruangan operasi karena operasi Keita akan berlangsung."Kamu ingin mandi?" Seiji bertanya balik pada Alin."Bagaimana aku mau mandi dengan infus begini juga pakaian dalamku harus di ganti. Ach lepek rasanya!" Alin menaikkan tangannya memperlihatkan infus di tangannya. Kemana-mana pergi dengan tiang infus. Sebenarnya Alin juga sudah sangat tidak nyaman dengan tubuhnya. Sudah 24 jam dia belum mandi sama sekali."Aku akan minta orang membawakan keperluanmu" Seiji membawa Alin kembali ke ruangannya, sudah waktunya Alin harus minum vitamin. Operasi Keita akan berlangsung lama karena kaki dan lengan Keita yang di pasang pen sedikit bergeser tempatnya dan perut Keita yang juga di lindungi pen terbentur stang kemudi saat kecelakaan, jadi harus operasi total kembali dan Dokter Dimi adalah orang yang melakukan pemasangan pen pada tubuh Keita sebelumnya. Keita terluka parah akibat Sachiko yang mengamuk karena tidak
Sky dan Seiji beserta keluarganya pergi ke perkebunan anggur keluarga Nabila menggunakan limousin sedangkan Nabila berkendara bersama Jonathan di depan sebagai penunjuk jalan yang sebenarnya tidak perlu karena sopir limousin adalah sopir pribadi keluarga Nabila yang sudah biasa datang ke perkebunan."Dasar pamer!" gerutu Seiji menatap tajam pada Sky, saat melihat tanda cinta di leher, pundak serta bagian depan dada Alin yang tetap tidak tertutupi oleh syal yang dia pakai."Apa pamer?" ceplos Alin yang tidak mengerti pada awalnya."Suami brengsekmu yang pamer!" sahut Seiji dan Sky langsung tergelak diikuti oleh Syelin.Sky duduk memeluk Syelin yang sudah mulai terlihat akrab dengannya."Syelin sebentar lagi punya adek bayi. Kalau mau pamer itu harus ada bukti hidupnya, bukan tanda yang bisa hilang dalam hitungan hari!" Seiji sengaja meraba perut Irine dan mengusapnya di depan Sky.Keita dan Sean serempak mengulum senyum melihat pria sedewasa dan sedingin Seiji bisa bertindak absurd di
Mr. Philippe mendapatkan pemutusan surat kerjanya yang tidak perlu lagi dia mengabdikan diri jadi pelayan di kediaman Yuan. Tetapi dia bersikeras tetap ingin bekerja untuk Sky di kediaman sehingga Sky memberikan pekerjaan sebagai notaris padanya, menggantikan Norman yang akhir hidupnya tetap berkhianat bersama Keith pada Sky dan Nicholas.Pulang dari ziarah makam Thomas, Janette tidak bisa bertahan lagi terhadap penyakitnya dan akhirnya menghembuskan napas terakhirnya di pangkuan Sky.Nicholas juga berada di dekat Janette disaat terakhir hidupnya, dia memaafkan semua salah dan khilaf Janette di masa lalu.Tiga bulan kemudian,Sky membawa Alin dan Sean berlibur ke Sydney sekaligus bertemu Jonathan di kantor cabang milik Sky di Sydney.Jonathan membuat pertemuan dengan Sky dan Alin di sebuah restoran mewah pusat kota Sydney. "Kenalkan, ini Nabila. Bila, ini bosku Sky Yuan, Alin dan putra mereka Sean, juga ini Keita," Jonathan memperkenalkan wanita yang datang bersamanya kepada Sky, Ali
Seiji dan Irine bukan pertama kali tidur bersama. Sekarang mereka sudah menikah meski di dalam hati Seiji masih tetap Alin yang bertahta. Tetapi tubuhnya masih seperti biasa, bisa bereaksi menegang sempurna saat melihat Irine.Syelin dibawa Nicholas keluar kamar sejak tengah malam untuk tidur bersamanya dan Sean.Kepergian Syelin tersebut ikut membangunkan Irine sedangkan Seiji belum tidur sejak masuk ke kamar, menunggu Syelin dan Irine siuman setelah obat penawar berhasil lolos melewati tenggorokan mereka. "Aku tidak peduli alasanmu menikahiku, tetapi apakah kamu akan melewatkan mencicipi tubuhku di malam pertama pernikahan kita?" cetus Irine seraya bangkit dan menyobek gaun pengantinnya menjadi beberapa bagian yang tersebar di lantai."Akhirnya kamu bangun," ucap Seiji santai.Seiji beringsut mundur bersandar ke kepala ranjang, memperhatikan Irine yang menelanjangi dirinya sendiri sampai tidak ada satu helai kainpun tersisa pada tubuh montok berisinya.Irine menarik meja kerja yang
Mr. Philippe bergegas pulang ke kediaman Yuan dan pergi ke kamar Seiji."Kotak obat kuat," gumam Mr. Philippe mengulangi ucapan Seiji yang memintanya membawa kotak itu ke hotel segera.Mr. Philippe membuka laci nakas dan menemukan beberapa kotak karet pengaman yang terlihat masih bersegel.Mr. Philippe menggerutu mengomeli Seiji dan jemarinya terus memeriksa kotak-kotak di dalam laci dan akhirnya menemukannya ada di dalam kotak karet pengaman yang segelnya sudah tidak utuh.Mr. Philippe memasukkan kotak yang dia dapatkan tersebut ke dalam kantung pakaiannya, juga membawa satu kotak karet pengaman yang bergambar gerigi pada luar kotak bersamanya.Kediaman Yuan sangat sepi, tetapi Mr. Philippe melihat ada bayangan seseorang berdiri di depan pintu masuk kediaman. "Lewat sini," bisik suara Brook terdengar di telinga Mr. Philippe. Brook mengajak Mr. Philippe ke atas rooftop. "Tunggu, kamu tidak memintaku untuk terjun bersamamu, 'kan? Ini sangat tinggi!" Mr. Philippe belum pernah melakuk
Janette terbatuk dan segera menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Sedangkan Nicholas membawa kursi rodanya ke balkon hotel depan ruangan pesta pernikahan Seiji dan Irine."Jika kamu sungguh-sungguh mencintai Daddy kami, mengakulah pada Sky jika kalian sudah memperdayanya sejak dia pemuda belia dan menewaskan Diana,"Janette terkejut menoleh ke samping menatap Nicholas. "Diana? Aku tidak mengetahui hal tersebut!" spontan Janette menjawab cepat.Janette mengetahui jika Diana adalah kekasih Henry sebelumnya tetapi penyebab kematiannya, dia tidak pernah tahu kebenarannya karena Henry mengatakan Diana bunuh diri di kamarnya dengan meminum racun yang menghancurkan tubuh bagian bawahnya.Sudut bibir Nicholas melengkung sinis, "Aku tegaskan padamu, berhenti berpura-pura, Janette! Aku tidak seperti Sky yang akan berhati lemah menghadapimu apalagi setelah mengetahui keterlibatanmu menewaskan Katherine dan Thomas Yuan!"Nicholas sengaja menyebut nama orangtuanya sebagai penegasan pada Janet
Janette menatap lekat pada Nicholas yang sedang duduk sarapan di seberang mejanya."Kita harus bicara, Nick!" ucap Janette setelah menyendok beberapa suap makanannya yang sama sekali tidak bisa dia nikmati.Nicholas menggedikkan kedua alisnya berujar, "Silakan!""Hanya kita berdua!" pinta Janette tegas seakan tubuhnya tiba-tiba menjadi sehat bertenaga."Apakah ada orang lain di meja makan ini, Janette?" sahut Nicholas tersenyum sinis.Nicholas menegakkan punggungnya ke sandaran kursi duduknya, mengambil gelas air mineral untuk dia minum.Janette menelan salivanya yang terasa pahit. Bertahun-tahun dia berinteraksi dengan Nicholas, tetapi dia masih belum bisa merengkuh hatinya seperti dia mendapatkan Sky."Kemana kamu beberapa hari ini?" tanya Janette berbasa basi."Untuk apa aku melaporkan kegiatanku padamu Janette? Aku sudah tidak bekerja lagi untukmu!" sahut Nicholas menyeringai sinis."Oh ya, Henry sudah tewas di Hongkong. Ku dengar staffnya yang membunuhnya dengan racun, karena mer
Nicholas tiba di kediaman Yuan sebelum tengah malam tiba. Mr. Philippe belum tidur dan dia langsung tersenyum senang melihat kedatangan Nicholas."Tuan muda Sky masih di rumah sakit," ucapnya pelan.Nicholas mengangguk samar. Melirik ke arah pintu kamar Janette sebentar sebelum dia pergi ke dapur untuk bertemu Alex."Dimana Syelin?" ucap Nicholas bertanya pada Mr. Philippe yang masih mengikutinya sampai le dapur."Syelin dibawa Seiji menginap di apartemen Irine," sahut Mr. Philippe sambil mengambil cangkir dari kabinet dan menuangkan minuman segar untuk Nicholas."Alex sedang berada di halaman belakang," cetus Mr. Philippe memperhatikan wajah Nicholas yang terlihat tenang.Mr. Philippe sudah sangat paham akan ketenangan Sky dan Nicholas, karena itu berarti telah atau akan terjadi sesuatu yang menyenangkan mereka."Uhm, aku ke kamar dulu. Nanti kalau Alex kembali, minta dia bawakan pasta saus tomat ke kamarku," tutur Nicholas seraya berjalan menaiki tangga menuju kamarnya di lantai du
"Aku sudah memperingatkan kalian, jangan pernah mengganggu Sky! Tapi ternyata kalian sudah paham akan risikonya!" ujar Nicholas tegas dan tajam menatap Henry Han, Ayah yang membesarkannya sejak bayi.Henry sedang duduk pada kursi empuk dalam ruangan kerjanya di Hongkong saat Nicholas masuk ke dalam ruangan tanpa mengetuk."Kamu datang, mau makan apa?" tanya Henry mengabaikan ucapan sengit Nicholas saat tadi memasuki ruangannya.Henry menekan tombol pada pesawat telpon, "Bawakan dua cangkir kopi ke ruanganku, sekarang!" ucap Henry pada pekerjanya lalu berdiri mempersilahkan Nicholas duduk pada sofa mewah yang terdapat di dalam ruangan."Jangan menguji kesabaranku, Henry! Kamu sangat tau tujuanku datang ke sini bukan untuk bersantai ataupun menikmati secangkir kopi yang bisa saja telah kau perintahkan membubuhkan racun untukku!"Nicholas terlihat sangat kaku, sungguh berbeda dengan Sky yang bisa mengikuti alur para musuhnya meskipun bersikap dingin.Nicholas memang dibesarkan hampir tida
Keita menerima laporan dari teman-temannya yang dia tempatkan untuk mengawasi Riri di pusat rehabilitasi meskipun juga sangat mudah baginya meretas sistem keamanan di sana dan melihat apapun yang terjadi. "Aku ada pekerjaan, nanti aku kembali lagi!" ucap Keita pada Daffa, lalu dia melirik sebentar ke arah pintu ruangan Sky yang tertutup rapat. "Amankan dia, dan pinta Dokter memeriksa keadaan Riri!" pinta Keita kepada temannya melalui sambungan telpon yang juga merupakan anak buah Seiji di Singapura. "Ku rasa dia tidak bekerja sendiri, karena dia hanya seorang tukang bersih-bersih, bukan orang lokal," ujar teman Keita di telpon padanya. "Hm! Buat dia bicara, tawarkan uang kalau begitu!" saran Keita cukup gemas dengan cara kerja orang yang masih belum berhenti mengusik ketenangan hidup Alin dan Sky. Tidak lama, Keita sudah sampai pada sebuah rumah yang tidak jauh dari pusat rehabilitasi. Keita mendorong pintu yang tidak terkatup rapat dengan ujung telunjuknya. Terlihat seorang