Share

Bab 42

Penulis: Emily
Saat itu, ponselnya tiba-tiba berdering. Dia mengambilnya, lalu tangannya gemetar. Hampir saja dia lupa. Sebelum datang ke sini, dia sempat mengirim pesan ke Berto, mengatakan bahwa dia menemukan sebuah rahasia besar!

Mata Zidan berkilat. Dia mengangkat panggilan itu. "Halo, Kak Berto."

"Ada apa?"

Suara Berto terdengar rendah dan dingin, bertanya dengan nada datar.

Zidan tertawa. "Nggak ada apa-apa, cuma pengen tanya kamu di mana. Keluar minum bareng, yuk."

Nada suara Berto makin dingin. "Yuna kecelakaan. Aku lagi di rumah sakit."

Mendengar itu, Zidan langsung bertanya, "Gimana kondisi Yuna? Parah nggak?"

Berto menjawab, "Patah tulang betis. Kalau kamu nggak sibuk, datang saja menjenguk."

Bagaimanapun, mereka sudah lama saling kenal dan berteman baik.

"Oke, aku segera ke sana."

Zidan menjawab seadanya lalu menutup telepon, tetap menyimpan rahasia itu. Namun, mau tidak mau dia terus berpikir.

Kalau Kak Wenny memang Nona Sheila, kenapa dia tidak pernah memberi tahu Kak Berto?

Namun, meng
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Terlambat! Hatiku Tak Lagi untuk Kalian   Bab 43

    "Kalian ngapain? Lepaskan dia!"Wenny langsung maju, berniat mendorong dua pengawal itu.Cindy bertemu pandang dengannya dan langsung berkata, "Berto yang terhormat, aku yang melakukan, aku yang bertanggung jawab! Kenapa kamu panggil dia ke sini?"Mendengar itu, Wenny mengernyitkan keningnya yang indah. "Kamu berbuat apa?"Cindy mengangkat dagu dengan teguh. "Aku cuma muak lihat dia, jadi aku kasih sedikit pelajaran. Siapa sangka pria dewasa begini ternyata begitu picik. Dia langsung datang ke sini menuntut keadilan. Menjijikkan!""Heh!"Berto mencibir ringan, mata hitam pekatnya menatapnya dengan dingin. "Kamu siram cat ke mobilku. Sebagai korban, apa aku nggak berhak menuntut keadilan?"Cindy mendengus. "Apa kamu pantas bicara soal keadilan?"Wenny agak bingung, "Siram cat? Ke mobil Berto?"Cindy berani sekali!Diam-diam, Wenny mengacungkan jempol pada Cindy. "Sahabatku, kamu luar biasa."Lalu, dia berbalik ke arah Berto dan berkata, "Dia lakukan itu buatku. Berapa kerugiannya? Akan

  • Terlambat! Hatiku Tak Lagi untuk Kalian   Bab 44

    Jari-jari Wenny mengepal erat, dia menahan diri untuk tidak menepis tangan Berto.Ibu jari Berto menyapu bibirnya, lalu tiba-tiba menekannya agak lebih kuat.Bulu mata panjang Wenny bergetar. Setelah dia menarik kembali tangannya, barulah Wenny bertanya, "Berto, aku minta maaf atas namanya. Maaf, ya."Tatapan pria itu jatuh pada bekas lipstik di bantalan ibu jarinya. Matanya berkilat redup, lalu berkata dengan suara datar, "Hanya dengan satu kata maaf, kamu mau menukar 400 miliar? Pintar juga perhitungannya."Wenny bertanya, "Kalau begitu, bagaimana seharusnya?"Berto mengeluarkan tisu, menyeka bekas lipstik di jarinya dengan santai. Sikapnya tampak acuh, sementara tatapannya sama sekali tidak tertuju pada Wenny.Ruangan terasa hening. Cahaya lampu di sudut ruangan berkelap-kelip dalam warna-warni, membuat hati Wenny makin gelisah.Berto terus diam, membuat Wenny merasa seolah-olah sedang dipanggang di atas bara api, sangat tidak nyaman."Wenny, kamu benar-benar kehilangan ingatan?"Di

  • Terlambat! Hatiku Tak Lagi untuk Kalian   Bab 45

    Berto menatapnya dengan penuh minat. Meskipun sudah menikah selama lima tahun dan anak mereka sudah sebesar itu, Wenny masih saja akan bersemu merah dan jantungnya berdebar dalam hal-hal seperti ini. Berto sangat suka melihat reaksinya yang malu-malu.Wenny dengan cepat menenangkan diri dan berkata, "Kamu belum bilang, perilaku seperti apa yang dianggap baik?"Berto menjawab, "Kalau menurutku baik, ya berarti itu baik."Ini sudah pasti bukan kesepakatan yang adil.Namun, Wenny juga tidak punya 400 miliar. Jadi, dia hanya bisa berharap pria itu bisa bertindak lebih manusiawi."Baiklah."Wenny mengangguk setuju.Berto menatapnya. Ciuman tadi terasa terburu-buru, dia merasa belum puas, lalu dia mendekat dan mencium Wenny lagi.Namun, tepat saat itu, ponselnya berdering. Berto langsung berdiri dan menjawab panggilan."Halo, Yuna, ada apa?"Wenny refleks menghindar. Mendengar suara itu, tubuhnya menegang sesaat.Dia masih ingat, sebelumnya, setiap kali dia mendengar nada dering ini, Berto a

  • Terlambat! Hatiku Tak Lagi untuk Kalian   Bab 46

    Cindy terdiam."Hmm?"Wenny menatapnya, mengedipkan mata dengan bingung.Cindy berkata, "Aku memang suruh orang melakukannya."Wenny membalas, ".... Baiklah."Kesimpulannya, jangan mencari masalah dengan Berto.Bagaimanapun juga, dia bukan manusia.....Keesokan harinya, Wenny menerima telepon dari pria berengsek itu, memberi tahu bahwa ada seseorang yang akan menjemputnya.Dia turun ke lantai bawah, dan melihat Yudha berdiri di samping mobil, mengenakan setelan seragam yang rapi, "Nyonya, Pak Berto menyuruh saya membawa Anda untuk dirias.""Oh."Wenny mengangguk dan naik ke mobil.Namun, begitu sampai di tempat tujuan dan melihat deretan pakaian serta perhiasan bergaya feminin, Wenny nyaris tidak bisa mengendalikan ekspresi wajahnya!Apa Berto sudah gila?Yuna sudah kembali, tetapi Berto memintanya untuk berdandan seperti Yuna?Apa dia tidak takut Yuna tahu dan merasa muak?Penata gaya mendorong rak pakaian ke arahnya dan berkata, "Bu Wenny, silakan pilih yang Ibu suka."Wenny menggel

  • Terlambat! Hatiku Tak Lagi untuk Kalian   Bab 47

    Wenny terkejut. Saat menoleh, dia langsung berhadapan dengan wajah tampan bernuansa lembut dan dingin. Kulit pria itu pucat dengan kesan agak lemah. Sepasang mata hitam pekatnya menatapnya tajam. Di ujung matanya, ada tahi lalat kecil yang memberi kesan misterius dan memikat.Saat itu, dia mencengkeram lengan Wenny begitu erat hingga dia merasakan kesakitan."Bapak ini siapa ya? Bisa lepaskan tanganku dulu?" Wenny mencoba menarik lengan dari cengkeramannya.Namun, pria itu malah makin mengeratkan genggamannya.Wenny langsung menarik napas dingin!"Waldo!"Tiba-tiba, suara Berto terdengar, dengan nada dingin. "Lepaskan dia."Waldo?Mata Wenny agak terbelalak. Jadi, dia cucu Pak Dharma?Hari itu, ruangan terlalu gelap. Wenny benar-benar tidak melihat jelas wajah pria ini."Aku ingat kamu."Waldo tidak menghiraukan Berto dan justru berkata pada Wenny, menatapnya tanpa berkedip."Lepaskan dulu ...." Wenny merasa lengannya hampir kehilangan aliran darah.Namun, Waldo kembali berkata, "Aku p

  • Terlambat! Hatiku Tak Lagi untuk Kalian   Bab 48

    Berto bertanya, "Kamu cari siapa? Aku bisa bantu kamu cari dia."Waldo menekan bibirnya, tetapi tatapannya sempat mengarah ke toilet sebelum segera dialihkan kembali. Dia menundukkan pandangan. "Kakek bilang, namanya Nona Sheila."Mendengar itu, Berto mengangkat alis sedikit. "Aromaterapinya berpengaruh untukmu, ya?""Hmm."Berto berkata, "Baik, akan kucarikan dan kubawa dia ke hadapanmu."Waldo tidak menjawab.Dia sudah menemukan wanita itu.Hanya saja, wanita itu sepertinya tidak ingin mengakuinya.Kenapa?Apa dirinya terlalu menakutkan?Kalau begitu, Waldo tidak akan mencarinya lagi. Dia tidak ingin menakuti wanita itu.....Wenny merapikan riasannya, lalu berjalan keluar dengan pikiran melayang. Saat melewati tikungan, dia melihat Waldo memasuki pintu keluar darurat.Mata Wenny berkilat. Dia langsung mengikuti pria itu.Dibandingkan dengan hiruk-pikuk gala amal, tangga darurat terasa sangat sunyi.Wenny menutup pintu dengan rapat dan berkata, "Waldo."Punggung pria yang tampak kuru

  • Terlambat! Hatiku Tak Lagi untuk Kalian   Bab 49

    Wenny berusaha keras memainkan peran sebagai istri Berto. Saat pesta usai, wajahnya sudah kaku karena terlalu banyak tersenyum.Setelah pesta berakhir, dia meninggalkan tempat bersama Berto, tanpa menyadari seseorang diam-diam menyimpan ponselnya setelah mengambil foto mereka.Begitu foto berhasil terkirim, panggilan dari Yuna masuk. "Yudi, mereka hadir di pesta amal bersama?""Ya," jawab Yudi. Dia adalah teman dekat Yuna, dan dia tahu kalau Yuna sangat mencintai Berto."Yuna, sebelumnya Berto bilang akan segera bercerai. Apa dia berbohong? Aku lihat hubungan mereka hari ini sangat harmonis."Yuna menggenggam ponselnya erat-erat, "Kak Berto nggak bakal bohongi aku. Kalau dia bilang akan bercerai, pasti dia akan bercerai."Yudi berkata, "Jadi, itu wanita yang terus mengganggu Berto? Cih, nggak tahu malu banget! Lima tahun lalu, dia pakai obat untuk naik ke ranjang dan menikahi Berto. Sekarang begitu kamu kembali, dia masih belum mau lepaskan Berto. Memalukan banget, 'kan?"Yuna bergumam

  • Terlambat! Hatiku Tak Lagi untuk Kalian   Bab 50

    Wajah tampan Berto berubah muram. Dia lalu berkata, "Kita belum bercerai. Seharusnya kamu nggak hidup terpisah dariku."Wenny menjawab, "Tolonglah, tinggal serumah dengan orang asing itu benar-benar menakutkan."Berto terdiam.Berdiri di samping mobil, matanya yang suram menatap ke arah Wenny di dalam mobil. Entah kenapa, Wenny merasakan hawa dingin merayap perlahan.Serius?Ini saja bisa membuat Berto marah?Kenapa Berto gampang tersulut seperti ini?Wenny menciutkan lehernya dan berkata, "Berto, kasih kita sedikit ruang, oke? Siapa tahu suatu hari nanti aku ingat semuanya dan pulang dengan sendirinya."Tentu saja tidak!Mendengar itu, kabut dingin di mata pria itu perlahan menghilang. Dengan suara datar, dia berkata, "Besok ada acara di taman kanak-kanak Chiro. Kamu harus datang."Wenny mengerjapkan matanya. "Boleh aku nggak datang?"Nada Berto langsung berubah dingin. "Bisa, transfer 400 miliar ke rekeningku. Oh ya, jangan lupa bayar pajaknya."Wenny tertegun.Kapan membunuh bisa ti

Bab terbaru

  • Terlambat! Hatiku Tak Lagi untuk Kalian   Bab 50

    Wajah tampan Berto berubah muram. Dia lalu berkata, "Kita belum bercerai. Seharusnya kamu nggak hidup terpisah dariku."Wenny menjawab, "Tolonglah, tinggal serumah dengan orang asing itu benar-benar menakutkan."Berto terdiam.Berdiri di samping mobil, matanya yang suram menatap ke arah Wenny di dalam mobil. Entah kenapa, Wenny merasakan hawa dingin merayap perlahan.Serius?Ini saja bisa membuat Berto marah?Kenapa Berto gampang tersulut seperti ini?Wenny menciutkan lehernya dan berkata, "Berto, kasih kita sedikit ruang, oke? Siapa tahu suatu hari nanti aku ingat semuanya dan pulang dengan sendirinya."Tentu saja tidak!Mendengar itu, kabut dingin di mata pria itu perlahan menghilang. Dengan suara datar, dia berkata, "Besok ada acara di taman kanak-kanak Chiro. Kamu harus datang."Wenny mengerjapkan matanya. "Boleh aku nggak datang?"Nada Berto langsung berubah dingin. "Bisa, transfer 400 miliar ke rekeningku. Oh ya, jangan lupa bayar pajaknya."Wenny tertegun.Kapan membunuh bisa ti

  • Terlambat! Hatiku Tak Lagi untuk Kalian   Bab 49

    Wenny berusaha keras memainkan peran sebagai istri Berto. Saat pesta usai, wajahnya sudah kaku karena terlalu banyak tersenyum.Setelah pesta berakhir, dia meninggalkan tempat bersama Berto, tanpa menyadari seseorang diam-diam menyimpan ponselnya setelah mengambil foto mereka.Begitu foto berhasil terkirim, panggilan dari Yuna masuk. "Yudi, mereka hadir di pesta amal bersama?""Ya," jawab Yudi. Dia adalah teman dekat Yuna, dan dia tahu kalau Yuna sangat mencintai Berto."Yuna, sebelumnya Berto bilang akan segera bercerai. Apa dia berbohong? Aku lihat hubungan mereka hari ini sangat harmonis."Yuna menggenggam ponselnya erat-erat, "Kak Berto nggak bakal bohongi aku. Kalau dia bilang akan bercerai, pasti dia akan bercerai."Yudi berkata, "Jadi, itu wanita yang terus mengganggu Berto? Cih, nggak tahu malu banget! Lima tahun lalu, dia pakai obat untuk naik ke ranjang dan menikahi Berto. Sekarang begitu kamu kembali, dia masih belum mau lepaskan Berto. Memalukan banget, 'kan?"Yuna bergumam

  • Terlambat! Hatiku Tak Lagi untuk Kalian   Bab 48

    Berto bertanya, "Kamu cari siapa? Aku bisa bantu kamu cari dia."Waldo menekan bibirnya, tetapi tatapannya sempat mengarah ke toilet sebelum segera dialihkan kembali. Dia menundukkan pandangan. "Kakek bilang, namanya Nona Sheila."Mendengar itu, Berto mengangkat alis sedikit. "Aromaterapinya berpengaruh untukmu, ya?""Hmm."Berto berkata, "Baik, akan kucarikan dan kubawa dia ke hadapanmu."Waldo tidak menjawab.Dia sudah menemukan wanita itu.Hanya saja, wanita itu sepertinya tidak ingin mengakuinya.Kenapa?Apa dirinya terlalu menakutkan?Kalau begitu, Waldo tidak akan mencarinya lagi. Dia tidak ingin menakuti wanita itu.....Wenny merapikan riasannya, lalu berjalan keluar dengan pikiran melayang. Saat melewati tikungan, dia melihat Waldo memasuki pintu keluar darurat.Mata Wenny berkilat. Dia langsung mengikuti pria itu.Dibandingkan dengan hiruk-pikuk gala amal, tangga darurat terasa sangat sunyi.Wenny menutup pintu dengan rapat dan berkata, "Waldo."Punggung pria yang tampak kuru

  • Terlambat! Hatiku Tak Lagi untuk Kalian   Bab 47

    Wenny terkejut. Saat menoleh, dia langsung berhadapan dengan wajah tampan bernuansa lembut dan dingin. Kulit pria itu pucat dengan kesan agak lemah. Sepasang mata hitam pekatnya menatapnya tajam. Di ujung matanya, ada tahi lalat kecil yang memberi kesan misterius dan memikat.Saat itu, dia mencengkeram lengan Wenny begitu erat hingga dia merasakan kesakitan."Bapak ini siapa ya? Bisa lepaskan tanganku dulu?" Wenny mencoba menarik lengan dari cengkeramannya.Namun, pria itu malah makin mengeratkan genggamannya.Wenny langsung menarik napas dingin!"Waldo!"Tiba-tiba, suara Berto terdengar, dengan nada dingin. "Lepaskan dia."Waldo?Mata Wenny agak terbelalak. Jadi, dia cucu Pak Dharma?Hari itu, ruangan terlalu gelap. Wenny benar-benar tidak melihat jelas wajah pria ini."Aku ingat kamu."Waldo tidak menghiraukan Berto dan justru berkata pada Wenny, menatapnya tanpa berkedip."Lepaskan dulu ...." Wenny merasa lengannya hampir kehilangan aliran darah.Namun, Waldo kembali berkata, "Aku p

  • Terlambat! Hatiku Tak Lagi untuk Kalian   Bab 46

    Cindy terdiam."Hmm?"Wenny menatapnya, mengedipkan mata dengan bingung.Cindy berkata, "Aku memang suruh orang melakukannya."Wenny membalas, ".... Baiklah."Kesimpulannya, jangan mencari masalah dengan Berto.Bagaimanapun juga, dia bukan manusia.....Keesokan harinya, Wenny menerima telepon dari pria berengsek itu, memberi tahu bahwa ada seseorang yang akan menjemputnya.Dia turun ke lantai bawah, dan melihat Yudha berdiri di samping mobil, mengenakan setelan seragam yang rapi, "Nyonya, Pak Berto menyuruh saya membawa Anda untuk dirias.""Oh."Wenny mengangguk dan naik ke mobil.Namun, begitu sampai di tempat tujuan dan melihat deretan pakaian serta perhiasan bergaya feminin, Wenny nyaris tidak bisa mengendalikan ekspresi wajahnya!Apa Berto sudah gila?Yuna sudah kembali, tetapi Berto memintanya untuk berdandan seperti Yuna?Apa dia tidak takut Yuna tahu dan merasa muak?Penata gaya mendorong rak pakaian ke arahnya dan berkata, "Bu Wenny, silakan pilih yang Ibu suka."Wenny menggel

  • Terlambat! Hatiku Tak Lagi untuk Kalian   Bab 45

    Berto menatapnya dengan penuh minat. Meskipun sudah menikah selama lima tahun dan anak mereka sudah sebesar itu, Wenny masih saja akan bersemu merah dan jantungnya berdebar dalam hal-hal seperti ini. Berto sangat suka melihat reaksinya yang malu-malu.Wenny dengan cepat menenangkan diri dan berkata, "Kamu belum bilang, perilaku seperti apa yang dianggap baik?"Berto menjawab, "Kalau menurutku baik, ya berarti itu baik."Ini sudah pasti bukan kesepakatan yang adil.Namun, Wenny juga tidak punya 400 miliar. Jadi, dia hanya bisa berharap pria itu bisa bertindak lebih manusiawi."Baiklah."Wenny mengangguk setuju.Berto menatapnya. Ciuman tadi terasa terburu-buru, dia merasa belum puas, lalu dia mendekat dan mencium Wenny lagi.Namun, tepat saat itu, ponselnya berdering. Berto langsung berdiri dan menjawab panggilan."Halo, Yuna, ada apa?"Wenny refleks menghindar. Mendengar suara itu, tubuhnya menegang sesaat.Dia masih ingat, sebelumnya, setiap kali dia mendengar nada dering ini, Berto a

  • Terlambat! Hatiku Tak Lagi untuk Kalian   Bab 44

    Jari-jari Wenny mengepal erat, dia menahan diri untuk tidak menepis tangan Berto.Ibu jari Berto menyapu bibirnya, lalu tiba-tiba menekannya agak lebih kuat.Bulu mata panjang Wenny bergetar. Setelah dia menarik kembali tangannya, barulah Wenny bertanya, "Berto, aku minta maaf atas namanya. Maaf, ya."Tatapan pria itu jatuh pada bekas lipstik di bantalan ibu jarinya. Matanya berkilat redup, lalu berkata dengan suara datar, "Hanya dengan satu kata maaf, kamu mau menukar 400 miliar? Pintar juga perhitungannya."Wenny bertanya, "Kalau begitu, bagaimana seharusnya?"Berto mengeluarkan tisu, menyeka bekas lipstik di jarinya dengan santai. Sikapnya tampak acuh, sementara tatapannya sama sekali tidak tertuju pada Wenny.Ruangan terasa hening. Cahaya lampu di sudut ruangan berkelap-kelip dalam warna-warni, membuat hati Wenny makin gelisah.Berto terus diam, membuat Wenny merasa seolah-olah sedang dipanggang di atas bara api, sangat tidak nyaman."Wenny, kamu benar-benar kehilangan ingatan?"Di

  • Terlambat! Hatiku Tak Lagi untuk Kalian   Bab 43

    "Kalian ngapain? Lepaskan dia!"Wenny langsung maju, berniat mendorong dua pengawal itu.Cindy bertemu pandang dengannya dan langsung berkata, "Berto yang terhormat, aku yang melakukan, aku yang bertanggung jawab! Kenapa kamu panggil dia ke sini?"Mendengar itu, Wenny mengernyitkan keningnya yang indah. "Kamu berbuat apa?"Cindy mengangkat dagu dengan teguh. "Aku cuma muak lihat dia, jadi aku kasih sedikit pelajaran. Siapa sangka pria dewasa begini ternyata begitu picik. Dia langsung datang ke sini menuntut keadilan. Menjijikkan!""Heh!"Berto mencibir ringan, mata hitam pekatnya menatapnya dengan dingin. "Kamu siram cat ke mobilku. Sebagai korban, apa aku nggak berhak menuntut keadilan?"Cindy mendengus. "Apa kamu pantas bicara soal keadilan?"Wenny agak bingung, "Siram cat? Ke mobil Berto?"Cindy berani sekali!Diam-diam, Wenny mengacungkan jempol pada Cindy. "Sahabatku, kamu luar biasa."Lalu, dia berbalik ke arah Berto dan berkata, "Dia lakukan itu buatku. Berapa kerugiannya? Akan

  • Terlambat! Hatiku Tak Lagi untuk Kalian   Bab 42

    Saat itu, ponselnya tiba-tiba berdering. Dia mengambilnya, lalu tangannya gemetar. Hampir saja dia lupa. Sebelum datang ke sini, dia sempat mengirim pesan ke Berto, mengatakan bahwa dia menemukan sebuah rahasia besar!Mata Zidan berkilat. Dia mengangkat panggilan itu. "Halo, Kak Berto.""Ada apa?"Suara Berto terdengar rendah dan dingin, bertanya dengan nada datar.Zidan tertawa. "Nggak ada apa-apa, cuma pengen tanya kamu di mana. Keluar minum bareng, yuk."Nada suara Berto makin dingin. "Yuna kecelakaan. Aku lagi di rumah sakit."Mendengar itu, Zidan langsung bertanya, "Gimana kondisi Yuna? Parah nggak?"Berto menjawab, "Patah tulang betis. Kalau kamu nggak sibuk, datang saja menjenguk."Bagaimanapun, mereka sudah lama saling kenal dan berteman baik."Oke, aku segera ke sana."Zidan menjawab seadanya lalu menutup telepon, tetap menyimpan rahasia itu. Namun, mau tidak mau dia terus berpikir.Kalau Kak Wenny memang Nona Sheila, kenapa dia tidak pernah memberi tahu Kak Berto?Namun, meng

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status