Jam 23.30 malam..Alea menunggu kedatangan Rafif di kamarnya. Sudah satu setengah jam sejak acara selesai, namun suaminya belum juga tiba di kamar.Alea mencoba menghubunginya berkali-kali namun tidak ada jawaban.“Kemana sih, sudah selarut ini belum juga sampai di kamar?” gumam Alea menatap layar ponselnya.Karena tidak ada jawaban, Alea pun memutuskan untuk menghubungi Azfar dan menanyakan keberadaan Rafif.“Halo kak, kalian masih di ballroom kah?” tanya Alea saat Azfar menjawab teleponnya.“Aku sudah kembali, kenapa?” tanya Azfar.“Mas Rafif kok belum datang?” tanya Alea lagi.“Bukannya Rafif sudah kembali lebih dulu? Tadi aku tidak melihatnya di ballroom.” Jawab Azfar.“Sampai sekarang dia belum kembali kak,” ujar Alea.“Oh! Tadi aku lihat dia ngobrol sama cewek sih. Aku kira habis itu dia kembali,” ujar Azfar polos.“Cewek?” tanya alea dengan nada meninggi karena sedikit terkejut.“Mungkin jurnalis, Al! Jangan terburu-buru menyimpulkan,” sahut Azfar yang merasa bersalah mengataka
“Alea…” panggil Rafif begitu tiba di kamar hotel.“Kakak Zayn ayo mandi, habis ini kita pulang!” ujar Alea pada Zayn tanpa menghiraukan panggilan Rafif.“Alea!” suara Rafif mulai meninggi.“Hhhh..” Alea menghela napas berat.“Nanti aja. Aku mau mandikan Zayn!” ujarnya kemudian.Rafif terdiam di ujung tempat tidur hotel. Pikirannya tak tentu arah. Dia tahu dia telah bersalah pada Alea semalam. Sebetulnya mudah saja bagi Rafif untuk berkata jujur. Namun entah kenapa satu sisi hatinya masih terasa berat.Terlebih lagi, semalam dia terlanjur berbohong pada Alea bahwa yang ditemuinya adalah Mario bukan Melissa.Rafif juga bingung sebab mood Alea selalu berubah drastis setiap dia mengandung. Jadi jika dia tidak berhati-hati, bisa dipastikan keributan akan terjadi di antara mereka.Di sisi lain, Alea juga menunggu apakah Rafif akan menjelaskannya lebih dulu? Atau dia akan tetap diam sampai Alea mulai bertanya?Jika Rafif berani mengatakannya lebih dulu maka Alea akan segera memaafkannya, nam
“Alea, menikahlah denganku.”Alea yang mendengar ucapan itu tersentak. Bagaimana tidak, pria yang duduk di hadapannya saat ini adalah pria yang sangat dia kenali. Sepuluh tahun lamanya, pria ini tidak pernah menunjukkan batang hidungnya di hadapan Alea. Tapi, tiba-tiba saja hari ini dia menemuinya dan mengajaknya menikah.Dia adalah Rafif Hadiwinata, putra dari sahabat lama ayahnya. Sejak kecil Alea dan Rafif sudah tumbuh bersama. Hanya saja sepuluh tahun yang lalu Rafif dan keluarganya pindah ke kota lain tanpa berpamitan satu patah katapun pada Alea.“Apa hal yang sangat mendesak hingga membawamu kemari dan mengucapkan omong kosong seperti ini?” ucap Alea ketus.“Ceritanya panjang Al, akan aku jelaskan semuanya,” jawab Rafif.“Aku tidak butuh penjelasan, aku bahkan tidak ingin mendengarmu bicara.” Sepuluh tahun bukan waktu yang mudah bagi Alea. Dia telah melupakan semua kekecewaan dan amarahnya pada Rafif selama ini. Namun kedatangan Rafif hari ini membuatnya merasakan kembali luka
"Apa maksud dari semua ini? Setelah sekian lama menghilang, kenapa dia tiba-tiba menemuiku dan memintaku untuk menikahinya?"Pertanyaan demi pertanyaan muncul dalam benak Alea. Tetapi Alea tidak menemukan alasan apa yang membuat Rafif mengajaknya demikian, dia menyesal karena tidak mau mendengarkan sedikit saja penjelasan Rafif.Perasaannya yang kalut membuatnya memutuskan untuk pulang kantor lebih cepat.Sesampianya dirumah Alea tidak menemukan siapapun didalam, karena memang belum waktunya untuk kakak dan orang tua Alea pulang bekerja.Alea memilih naik ke kamarnya dan tidur untuk mengistirahatkan pikirannya.Selepas magrib Alea turun untuk makan malam, disana telah ada Mama, Papa dan Azfar.Sebagai orang tua, Mama dan Papa selalu mengajak anak-anaknya bicara tentang apapun yang mereka lalui setiap hari. Kebiasaan itu telah ada sejak mereka kecil, sehingga ketika sesuatu yang tidak beres terjadi pada anaknya, mereka akan segera mengetahuinya.“Alea, apa ada sesuatu yang mengusikmu?”
“Rafif meminta bantuan Om dan Tante untuk membujuk Alea, semoga Alea mengerti dan mau menjalani ini demi kakek,” ujar Rafif memohon.“Baiklah, nak! Akan kami usahakan.” Jawab Papa Alea.Setelah bertemu dengan Rafif dan ayahnya, Papa dan Mama merasa harus membantu kakek Hadi untuk mendapatkan keinginannya. Mereka mencari cara membujuk Alea agar mau melakukannya.Bagi mereka menikahkan putrinya dengan Rafif bukan hal yang buruk. Terlebih mereka menganggap Rafif sebagai putranya sendiri, mereka mengenal Rafif sebaik mereka mengenal Azfar.Di malam hari Alea dan keluarganya berkumpul untuk berbincang seperti biasa.“Nak, tadi sore Papa dan Mama sudah bertemu dengan Rafif dan ayahnya,” ucap Papa.Alea hanya diam mendengarkan.“Papa sudah tahu alasan apa yang membuat Rafif menemuimu dan mengatakan ingin menikah denganmu,” kata Papa melanjutkan.“Kakek Hadi, saat ini sedang kritis. Beliau sedang dirawat di Rumah Sakit. Kita tidak tahu berapa lama lagi waktu kakek untuk bertahan. Om Eddo baru
Setelah menerima keputusan Alea, semua orang merasa senang dan lega. Mereka menentukan waktu untuk segera melaksanakan pernikahan.Karena kondisi kakek yang tidak mungkin untuk menghadiri pernikahan mereka di tempat lain, Rafif dan Alea sama-sama memutuskan untuk hanya melakukan Ijab kabul saja di ruang rawat inap kakek di Rumah Sakit, sementara untuk resepsi akan mereka pikirkan kembali setelah keadaannya sudah menjadi lebih baik.Besoknya, semua orang sibuk untuk menyiapkan Ijab Kabul Rafif dan Alea, mulai dari meminta izin pihak Rumah Sakit untuk melakukannya disana, serta menyiapkan beberapa dokumen untuk syarat pendaftaran pernikahan mereka di KUA.Hari yang ditentukan pun tiba.Dirumah, Mama sudah menyiapkan baju yang akan dipakai Alea. Yaitu satu set kebaya warna putih dan kain jarik yang tidak lain adalah milik Mama saat menikah dengan Papa 30 tahun yang lalu.“Sayang, coba pakai ini ya,” kata Mama.“Ma, gak usah pakai kebaya. Alea Cuma mau pakai pakaian yang biasa saja,” jawa
Kedatangan Rafif di rumah Alea membuat suasana menjadi lebih hangat. Meskipun Alea masih belum menerima sepenuhnya tentang pernikahannya dengan Rafif, dia tidak menunjukkannya di hadapan orang tersayangnya.Waktu makan malam tiba, sekarang bertambah satu orang yang mengisi kursi di meja makannya. Dan tanpa menghilangkan kebiasaan setelah makan malam, Papa tetap mengajak mereka semua untuk berkumpul di ruang keluarga.“Rafif, Papa titipkan Alea padamu. Papa tidak meminta apapun, hanya tolong jaga Alea sampai kapanpun,” ucap Papa.“Baik pa. Rafif akan selalu mengingat pesan Papa,” jawab Rafif.“Alea, terlepas dari segala yang terjadi, saat ini Rafif adalah suamimu. Bersikap baiklah, karena sekarang tanggung jawab Papa sudah berpindah ke tangan Rafif sepenuhnya. Tapi kami akan selalu ada buat kamu sampai kapan pun,” ucap Papa berganti pada Alea.Alea hanya menunduk dan menitikkan air mata. Dia tahu ini akan menjadi perjalan yang berat bagi dirinya dan Rafif. Alea hanya perlu mengusahakan
“Selamat pagi pengantin baru!” sapa Azfar menggoda adik dan suaminya.“Loh! Kalian mau kerja?” sambung Mama melihat Alea dan Rafif dengan pakaian kerja mereka.Alea dan Rafif mengangguk menjawab pertanyaan Mama.Pernikahan mereka yang sangat mendadak membuat Alea dan Rafif tidak sempat mengatur waktu untuk cuti kerja, lagipula mereka hanya melakukan Ijab Kabul jadi tidak begitu menguras energi.“Kenapa tidak ambil cuti saja? Kalian kan baru menikah,” sambung Mama lagi.“Rafif tidak bisa meninggalkan perusahaan lebih lama Ma, karena ayah harus fokus mengurus kakek,” jawab Rafif yang langsung membuat Mama mengerti.“Lalu kamu?” tanya Mama pada Alea.“Memangnya setelah menikah, apa yang berubah selain statusku Ma? Tentu saja aku juga harus berangkat kerja,” jawab Alea menyebalkan.Membuat Mama melotot ke arahnya. Azfar yang ikut kesal menyentil kening Alea yang berdiri tepat disampingnya.“Aduh! Sakit kak!!” teriak Alea. Sambil memijat keningnya yang kesakitan.“Lagian kamu ini, statusmu
“Alea…” panggil Rafif begitu tiba di kamar hotel.“Kakak Zayn ayo mandi, habis ini kita pulang!” ujar Alea pada Zayn tanpa menghiraukan panggilan Rafif.“Alea!” suara Rafif mulai meninggi.“Hhhh..” Alea menghela napas berat.“Nanti aja. Aku mau mandikan Zayn!” ujarnya kemudian.Rafif terdiam di ujung tempat tidur hotel. Pikirannya tak tentu arah. Dia tahu dia telah bersalah pada Alea semalam. Sebetulnya mudah saja bagi Rafif untuk berkata jujur. Namun entah kenapa satu sisi hatinya masih terasa berat.Terlebih lagi, semalam dia terlanjur berbohong pada Alea bahwa yang ditemuinya adalah Mario bukan Melissa.Rafif juga bingung sebab mood Alea selalu berubah drastis setiap dia mengandung. Jadi jika dia tidak berhati-hati, bisa dipastikan keributan akan terjadi di antara mereka.Di sisi lain, Alea juga menunggu apakah Rafif akan menjelaskannya lebih dulu? Atau dia akan tetap diam sampai Alea mulai bertanya?Jika Rafif berani mengatakannya lebih dulu maka Alea akan segera memaafkannya, nam
Jam 23.30 malam..Alea menunggu kedatangan Rafif di kamarnya. Sudah satu setengah jam sejak acara selesai, namun suaminya belum juga tiba di kamar.Alea mencoba menghubunginya berkali-kali namun tidak ada jawaban.“Kemana sih, sudah selarut ini belum juga sampai di kamar?” gumam Alea menatap layar ponselnya.Karena tidak ada jawaban, Alea pun memutuskan untuk menghubungi Azfar dan menanyakan keberadaan Rafif.“Halo kak, kalian masih di ballroom kah?” tanya Alea saat Azfar menjawab teleponnya.“Aku sudah kembali, kenapa?” tanya Azfar.“Mas Rafif kok belum datang?” tanya Alea lagi.“Bukannya Rafif sudah kembali lebih dulu? Tadi aku tidak melihatnya di ballroom.” Jawab Azfar.“Sampai sekarang dia belum kembali kak,” ujar Alea.“Oh! Tadi aku lihat dia ngobrol sama cewek sih. Aku kira habis itu dia kembali,” ujar Azfar polos.“Cewek?” tanya alea dengan nada meninggi karena sedikit terkejut.“Mungkin jurnalis, Al! Jangan terburu-buru menyimpulkan,” sahut Azfar yang merasa bersalah mengataka
“Kenapa kamu disini?” tanya Rafif dengan suara sedikit bergetar.Dadanya tiba-tiba bergemuruh dan seketika melupakan keadaan sekitar, pandangan dan pikirannya terfokus pada sosok wanita cantik di depan matanya.Dia adalah Melissa. Kepingan puzzle milik Rafif yang telah menghilang lama.Meskipun kini Rafif telah menikah dengan cinta pertamanya, Alea. Bukan berarti masa lalu Rafif tanpa wanita. Apalagi Rafif juga pria normal, dia tetap tumbuh layaknya remaja menuju dewasa seperti orang lain.Ya, bukan Yesika melainkan Melissa. Seseorang yang pernah mengisi hati Rafif saat berkuliah di London.***Saat itu Rafif pertama kali bertemu Melissa di kelas yang sama, karena sama-sama berasal dari Indonesia, mereka cukup cepat mengakrabkan diri.Satu tahun berteman, hubungan Rafif dan Melissa sangat dekat. Mereka akhirnya memutuskan untuk memulai hubungan asmara.Kala itu Rafif sedang bersiap untuk menyusun skripsi, dia sudah melupakan sosok Alea yang dia anggap sebagai adik.Karena jauh dari ke
Beberapa bulan kemudian..Cindy sudah semakin terbiasa dengan kehamilannya, dia juga aktif kembali sebagai dokter spesialis kandungan. Selain memastikan kehamilannya aman, dia juga selalu memastikan kandungan setiap pasiennya aman.Begitu juga dengan Alea, di kehamilan ketiganya ini dia memilih untuk lebih banyak diam di rumah. Sekalipun keadaan memaksanya keluar rumah, dia akan menunggu sampai Rafif bisa menemaninya.Bukan apa, Alea masih cukup trauma atas kejadian beberapa tahun lalu saat hamil anak keduanya. Mengalami penculikan sampai harus merasakan kehilangan anak adalah hal yang sangat menyedihkan.Kali ini, dia tidak akan membiarkan sesuatu terjadi. Karenanya, dia memilih untuk menjalani keseharian di rumah. Jika merasa bosan, maka saatnya dia memanggil seluruh anggota keluarganya untuk datang.Sementara itu Rafif dan Azfar disibukan dengan pekerjaan mereka, kebetulan beberapa bulan terakhir Rafif berhasil mengembangkan kembali bisnis barunya yaitu sebuah aplikasi yang berhubu
“Apakah program mereka tidak berhasil?” gumam Alea.“Kenapa sayang?” tanya Rafif yang tiba-tiba berdiri disamping Alea.“Mas, menurut kamu kak Azfar dan kak Cindy kenapa ya?” tanya Alea.Rafif memperhatikan Azfar dan Cindy sejenak, “mereka lagi lelah aja paling?” ujar Rafif.Alea mengangkat bahu tak mengerti. Namun hatinya berharap semoga apa yang dia khawatirkan tidak terjadi.“Ayo semuanya mendekat!” ujar papa.Lalu semua orang mendekat mengelilingi mama dan papa yang berdiri di tempat yang telah disiapkan di halaman rumah.Disana terdapat sebuah kue tart besar dan beberapa kado. Halaman rumah di hias dengan tema warna putih, serasi dengan pakaian yang dikenakan mama dan papa serta semua yang hadir.Mama mengenakan gaun warna putih panjang lengkap dengan veil warna serupa, papa memakai satu set jas putih senada, mereka benar-benar seperti pengantin.Di belakang mama dan papa ada sebuah layar yang sengaja dipasang untuk menampilkan rangkuman foto-foto sejak mama dan papa pertama kali
Setelah mempertimbangkan banyak hal, Azfar dan Cindy akhirnya memutuskan untuk memulai kembali perjuangan mereka untuk mendapatkan buah hati.Butuh kesiapan mental, fisik dan materi untuk memulai perjalanan panjang ini.Mereka mulai dengan kembali memeriksakan kesehatan organ mereka ke dokter kandungan, yang bernama Leo. Dia adalah teman seperjuangan Cindy dan bekerja di rumah sakit yang sama dengan mereka.“Akhirnya kalian kembali!” ujar Leo.Sebelumnya, Cindy dan Azfar juga sempat memeriksakan kondisi mereka satu tahun lalu. Namun karena kesibukan Cindy dan Azfar, mereka memutuskan untuk menunda dulu program hamil yang harus dilakukan.“Apa kalian udah siap sekarang?” tanya Leo.“Untuk saat ini, aku jauh lebih siap!” ujar Cindy.“Oke, kita mulai lagi dari awal ya?” Leo kemudian kembali menjelaskan prosedur untuk melakukan program Hamill.Cindy tentu sangat memahami langkah demi langkah untuk melakukan program hamil, tapi bagaimanapun dia tetap butuh dokter lain untuk membantunya mem
Selama perjalanan pulang dari Bandung menuju Jakarta, Cindy lebih banyak terdiam dan merenung.Dia memikirkan semua nasehat nenek padanya, hal yang ketika diucapkan sangat bisa membuatnya tenang. Namun ketika dia kembali pada kenyataan, rasanya sulit sekali untuk menemukan kebahagiaan.Rumah tangga tanpa anak, memang bukan satu-satunya sumber kebahagiaan. Namun, akan lebih sempurna kebahagiaan itu ketika hadir seorang malaikat kecil di antara mereka.Hal inilah yang sampai saat ini masih diusahakan Cindy dan Azfar selama dua tahun lebih pernikahannya.“Kamu kenapa?” tanya Azfar yang melihat Cindy hanya melamun dan menatap ke arah luar jendela.“Gak apa-apa!” jawab Cindy singkat.Mereka, bukan tidak berusaha. Mengingat mereka lebih paham tentang situasi mereka karena profesinya sebagai dokter. Namun, apapun yang mereka usahakan akan tetap sia-sia ketika Tuhan belum mengizinkan.”Apa selama di Bandung, ada hal yang menyinggungmu?” tanya Azfar pelan.“Hmm gak ada kok!” jawab Cindy.“Teru
Hari ini, Alea dan Rafif berencana untuk menghabiskan waktu bersama keluarga di Bandung, sebelum mereka kembali ke Jakarta.Selama sehari penuh mereka semua berkumpul di rumah nenek, makan masakan nenek, bermain bersama para sepupu dan bercerita tentang masa lalu.Semua terlihat sangat menikmati momen kebersamaan itu.Papa sebetulnya hanya anak tunggal, tetapi semasa kakek Abdul hidup, beliau sempat mengadopsi anak perempuan dari keluarga nenek yang mereka beri nama Ayu.Saat ini, tante Ayu lah yang tinggal bersama nenek di rumah ini, sehingga nenek tidak pernah kesepian.Beberapa kali papa juga mengajak nenek untuk tinggal bersama di Jakarta, namun nenek bersikeras untuk tetap tinggal di Bandung.Katanya, rumah ini penuh dengan kenangan semasa hidup bersama kakek Abdul. Dan hanya saat tinggal disini, nenek merasa kakek Abdul masih ada bersama mereka.“Kak, kenapa bengong?” tanya Alea pada Cindy yang terlihat sedang memandang kosong ke arah Zayn dan Nizam putra bungsu tante Ayu yang s
Alea dan Rafif duduk di ujung tempat tidur sambil menikmati pemandangan malam kota Bandung dari kaca jendela besar kamar mereka yang berada di lantai 22.Tubuh mereka masih sama-sama polos setelah selesai saling memanjakan.Tangan Rafif merangkul bahu Alea dengan kepala yang saling menopang. Mereka mulai mengenang masa lalu mereka tentang kota ini.Bandung, merupakan kota kelahiran dua anak manusia yang sekarang saling mencintai ini. Mereka di takdirkan bertemu karena pertemanan kakek mereka yang berlangsung begitu lama.Kelahiran Rafif di keluarga Hadiwinata adalah hal yang membahagiakan, sebab ayah dan bunda terbilang cukup lama menanti kehadiran buah hati.Empat tahun berselang, Alea lahir di keluarga Haris.Kelahiran Alea disambut bahagia oleh dua keluarga, sebab kakek Hadiwinata dan kakek Abdul Haris telah berniat untuk menjodohkan cucu mereka kelak agar persahabatan mereka tidak terputus dan berlanjut sampai anak keturunannya.“Kalau dipikir-pikir, ternyata aku sudah jatuh cinta