Maya terbangun saat suara alarm yang seharusnya membangunkannya baru berdering satu kali. Gadis itu langsung terduduk sebelum siapa pun bisa membangunkannya. Maya melakukannya peregangan sederhana, sebelum membuka jendela kamarnya untuk berdiri di atas balkon pribadinya. Rumah Evan selalu dikelilingi pohon-pohon rindang yang menutupi halaman rumahnya. Walaupun udaranya tidak sebaik di villa Evan yang ada di desa, kualitas udara di rumah Evan tidak terlalu buruk dan memiliki sedikit aroma bunga ketika Maya mengambil napas dalam-dalam. Ini adalah hari pertama Maya benar-benar menghadiri kuliahnya. Dia memang seharusnya mengulang tesnya tahun depan setelah dia melewatkan sesi tes lain karena dia harus dibawa ke rumah sakit. Namun berkat bantuan Evan dan universitasnya yang malu karena ada insiden tidak diinginkan terjadi di tempat mereka, Maya akhirnya bisa mengulang tes lagi karena kecelakaan itu bukan salahnya juga. Tentu saja Maya mendapat nilai yang memuaskan dalam tes susulan itu.
Perjalanan Maya saat gadis itu bersama Evan terasa singkat seperti biasanya. Maya merasa dia baru saja meninggalkan halaman rumah Evan, namun kini mereka sudah sampai di depan gerbang universitas tempat Maya akan belajar mulai saat ini. Seperti biasa, mobil Evan akan menjadi pusat perhatian orang-orang yang kebetulan melihat datangnya mobil tersebut. Maya hanya bisa tersenyum maklum. Di awal kedatangannya ke rumah Evan, bahkan dia juga tidak terbiasa dengan semua jenis kemewahan ini. Jenis perhatian semacam ini juga yang membuat Maya bersusah payah memastikan bahwa semua orang tahu bahwa dia mengambil ujian susulan karena kecelakaannya. Maya tidak ingin orang-orang menganggapnya memanfaatkan posisi Evan, karena Maya tidak pernah tahu kapan orang akan menggunakan alasan itu untuk merusak nama baiknya. Contohnya saja, Maya bisa merasakan tatapan yang mengarah padanya dari segala arah. Beberapa dari mereka memiliki perasaan seperti rasa ingin tahu yang murni, sementara kebanyakan dari
Waktu berikutnya ketika Maya akhirnya bangun, gadis itu mendapati dirinya telah berada di tempat lain yang jelas sekali bukan bagian dari fasilitas yang tersedia di kampus barunya. Tempat dia berada sekarang lebih mirip dengan ruang penyimpanan bawah tanah. Karena samar-samar, Maya tetap bisa merasakan bahwa udara di tempatnya saat ini lebih lembab dari suhu ruangan pada umumnya. Jari-jarinya berkedut saat dia perlahan-lahan mengamati lingkungan di sekitarnya. Maya ingat dia mengikuti seorang pria yang mengaku menahan Diana untuk mengancamnya. Maya mengikuti pria itu, lalu pingsan setelah pria itu meninjunya dengan keras di bagian perut. Tinju itu pasti sangat keras sampai seseorang seperti Maya saja bisa sampai kehilangan kesadarannya. Bahkan sampai sekarang, Maya masih merasakan perasaan nyeri di bagian perutnya itu. Perasaan dingin di sekujur tubuhnya sedikit membuat Maya begidik. Deru suara kipas samar-samar terdengar tidak jauh dari tempatnya diikat. Maya mencoba bergerak, hany
Anton mencoba menghilangkan pikiran buruknya, saat Maya tiba-tiba berucap lagi dengan nada santai sambil memainkan jari-jari lentiknya. "Mengapa kamu sangat percaya diri, Paman? Apakah kamu mendapat bantuan besar dari seseorang dan-" Maya berhenti bicara ketika dia menatap langsung ke arah mata Anton. Gadis itu tersenyum lebar, sebelum dia menyenderkan lagi tubuhnya pada kursi yang penuh oleh darahnya sendiri. "Ah... Kakek memberimu bantuan bukan? Aku sudah tahu dia membenciku, semenjak mata dinginnya terus saja melihatku di hari pemakaman Papa.""Bos-""Diam bodoh!"Maya langsung tertawa puas saat dia melihat Anton mulai panik karena bawahannya secara tidak langsung malah membenarkan tebakan yang Maya buat dengan asal. Gadis itu berhenti tertawa saat perasaan menyengat dia rasakan di bagian dadanya. Tulang rusuknya pasti terluka. Maya meringgis pelan, saat dia menikmati setiap detik-detik penyiksaannya saat ini. Maya menatap Anton lagi, tersenyum, sebelum dia mengatakan apa pun yan
"Polisi! Jangan ada yang bergerak!"Ketika Maya melihat penyelamatannya akhirnya menjemputnya yang hampir meregang nyawa, udaranya yang ganas dan berbahaya perlahan-lahan menghilang seperti kabut. Yang tersisa pada diri gadis itu kini hanya perasaan terharu saat dia melihat suaminya sendiri berdiri dengan gagah di depannya seperti seorang pria yang kuat. Maya jelas ingat bahwa Evan masih menggunakan kursi roda untuk mengantarnya ke kampus pagi ini. Namun di depannya kini, Evan jelas-jelas berjalan menggunakan kedua kakinya sendiri untuk maju dan menghampiri dia yang terduduk tidak berdaya di kursi besi yang mengikat tubuh berdarahnya. Ketika Evan sudah cukup dekat dengan dirinya sendiri, Maya baru sadar bahwa saat ini, Evan jelas bukan pria lemah seperti yang dia temui satu tahun yang lalu. Pria di depannya ini tinggi dan kuat, sementara tubuhnya membawa perasaan gagah dan sehat. Dari ekspresinya saja, Maya sudah bisa tahu bahwa seluruh tubuh pria itu kini dipenuhi otot-otot yang teg
"Di tubuhnya, terdapat banyak luka dan memar yang membutuhkan perawatan intensif untuk sementara waktu. Pasien juga memiliki patah tulang di area dada dan tangannya. Kami menemukan bahwa perutnya juga mengalami pendarahan karena pukulan berulang di daerah yang sama. Karena pasien juga memiliki riwayat gegar otak ringan, kami juga harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut terkait benturan yang pasien terima hari ini. Setelah ini, mungkin Anda bisa menyewa psikiater untuk memastikan pasien tidak memiliki trauma setelah kejadian ini. Sejujurnya, pasien bisa bertahan sampai sejauh ini juga sudah merupakan keajaiban."Evan mengerutkan keningnya. Wajahnya terlihat sangat buruk, saat dia menjawab penjelasan dokter tersebut dengan suara yang terdengar suram. "Terima kasih Dokter," balasnya dengan singkat. Maya terluka parah, dan itu terjadi karena salahnya lagi. Sebelumnya, Evan tidak terlalu khawatir karena istrinya itu tidak pernah sampai berada di situasi yang sampai mengancam keselamatann
KrekKrekMaya mendesis saat tubuhnya merasa sakit di saat dia tidak bisa melihat apa pun di ruang gelap yang kini dia tempati. Hal terakhir yang Maya ingat adalah Evan yang menangis ketika dia dibaringkan di lantai yang dingin. Maya seharusnya dibawa ke rumah sakit. Namun saat ini, dia malah berada di tempat aneh yang tidak berujung dan tidak memiliki setitik pun cahaya. Tubuhnya tanpa sadar merinding, saat dia mencoba bergerak untuk menjauh dari tempatnya berdiri saat ini. Namun tidak peduli sekeras apa Maya berusaha, gadis itu tetap tidak bisa beranjak sedikit pun dari posisinya berdiri saat ini. Suara menganggu yang sebelumnya hanya samar-samar terdengar semakin jelas seiring waktu. Itu suara kunyahan. Suara yang menyeramkan, dan dibarengi dengan perasaan sakit yang semakin menyengat dari seluruh tubuhnya. Dengan sekuat tenaga, Maya akhirnya memaksakan matanya untuk melihat mahluk apa yang ada di belakangnya saat ini. Para zombie, memakan tubuhnya seperti yang mereka lakukan di
"Finola... Siapa Maya yang kamu sebut dalam ucapanmu sebelumnya?"Maya benar-benar tidak tahu harus bagaimana saat Evan tiba-tiba menyakan hal yang sama sekali tidak dia duga. Maya tidak ingat dia pernah mengucapkan nama 'Maya' di depan Evan sebelumnya. Namun fakta tentang Evan yang mengetahui nama Maya jelas tidak bisa dia bantah. Gadis itu terdiam, karena dia tidak tahu harus menjawab pertanyaan itu dengan apa setelahnya. Maya diam bukan karena dia tidak percaya pada Evan. Namun melihat kisahnya sendiri, Maya ragu Evan tidak akan menganggapnya gila jika dia mengatakan yang sebenarnya. Maya sendiri tidak pernah mendengar kasus pindah dunia semacam ini. Dia sendiri, masih bingung dengan situasinya bahkan setelah satu tahun berlalu begitu saja. Sekarang, bagaimana dia bisa membuat Evan mengerti tentang situasinya? Dia memang bisa mengatakan bahwa dia hanya meracau sesuatu yang tidak jelas. Bermimpi mengenai hal yang abstrak, atau alasan lainnya yang lebih masuk akal. Namun sejujurnya
Setelah diyakinkan oleh Evan, suasana hati Maya membaik dengan pesat sampai gadis itu tidak keberatan untuk membalas sapaan orang-orang yang ditunjukan padanya. Sepanjang acara Maya tersenyum, menyebarkan aura positif yang juga memengaruhi Evan yang semula sedikit kesal karena gadis-gadis penggosip tersebut. Di bawah hiburan Maya, Evan akhirnya memiliki wajah yang lebih bersahabat saat mereka memasuki ruang bioskop sambil berpegangan tangan. Keduanya duduk di bangku yang telah disiapkan. Evan mengusap tangan Maya pelan, saat dia berbisik lagi pada gadis itu. "Kamu bisa memberi tahuku kapan pun kamu merasa jika film ini mulai membuatmu tidak nyaman. Ingat, kebahagiaanmu adalah prioritasku saat ini."Maya tersenyum saat dia membalas bisikan suaminya. "Aku mengerti. Terima kasih, Evan," ucapnya dengan tulus. Evan mengangguk untuk membalas ucapan istrinya tersebut. Wajahnya sangat lembut, ketika dia menatap wajah istrinya itu dengan penuh kasih sayang. Setelah semua tamu memasuki ruangan
Ketika waktunya telah tiba, Maya pergi ke tempat pemutaran perdana itu dengan Evan dan seorang supir. Karena mereka harus bersiap sebelum waktu kerja Evan habis, Kevin terpaksa tidak bisa menemani mereka untuk menyelesaikan tugas yang ditinggalkan oleh Evan. Melihat Kevin bekerja keras, Maya tanpa sadar merasa kasihan dan mulai bercanda bahwa Evan harus memberi Kevin apresiasi atas apa yang pria itu lakukan untuk mereka selama ini. Namun tanpa disangka, Evan benar-benar mengangguk untuk menanggapi ucapannya itu. Hanya ketika mereka telah berada di mobil, Evan akhirnya buka mulut tentang maksud dari anggukannya tersebut. "Aku berencana memindahkan dua puluh lima persen kekayaan keluargaku atas namanya. Aku sebenarnya ingin memberi lebih banyak. Namun melihat kepribadiannya, dia pasti akan marah jika aku memberinya terlalu banyak. Aku belum membicarakan tentang pemindahan kekayaan ini padanya. Aku ingin meminta pendapatmu terlebih dahulu. Apa kamu keberatan jika aku melakukannya, Maya?
[Kebangkitan Pewaris Tunggal Keluarga Orlando.]Maya membaca berita itu dengan alis sedikit berkerut. Bukan isi beritanya yang kali ini membuatnya kesal. Namun komentarnya, benar-benar membuat Maya kesal saat gadis itu membacanya satu per satu. Ketika Evan sakit, semua orang menilai kisah cinta mereka dengan cara yang relatif negatif. Sebagian menganggap Maya hanya menikah demi kekayaan Evan. Sementara yang lain, merasa kasihan karena Maya harus menikah dengan pria sekarat seperti Evan. Hanya sedikit orang yang benar-benar tulus mendoakan kebahagiaan hubungan mereka. Namun ketika berita kesembuhan Evan telah menyebar, orang sepertinya mulai berlomba-lomba menghapus komentar mereka yang sebelumnya dan mulai memuji mereka sebagai pasangan paling bahagia di muka bumi. Beberapa bahkan mengaku mengenalnya atau Evan, dan memuji keserasian mereka walaupun aslinya Maya tidak mengenal orang-orang itu. Sekarang Maya tahu mengapa Evan begitu terisolasi dari dunia luar selama ini. Di masa ketik
Begitu mereka sampai di rumah sakit, Diana sudah selesai diperiksa dan tengah beristirahat di ruang rawat bersama dengan teman-temannya. Kejadian itu tampaknya terlalu mengejutkan untuk gadis-gadis muda itu, hingga tidak ada yang bicara sampai Maya masuk ke dalam ruangan bersama dengan Evan dan juga Kevin. "Maaf kami datang terlambat. Bagaimana keadaan kalian saat ini?"Mata Diana langsung memerah saat dia ingat Maya lagi-lagi telah menyelamatkan nyawanya. Maya yang sadar dengan perasaan Diana segera menghampiri gadis itu. Maya membiarkan Diana memeluknya erat, sebari menangis sementara dia sendiri berusaha menenangkan Diana dengan mengelus punggungnya dengan lembut. "Tidak apa-apa. Kamu sudah aman sekarang..."Maya berbisik pelan sementara matanya menatap Evan dan Kevin yang diajak keluar oleh dua teman Diana. Maya tahu keduanya kemungkinan besar akan membicarakan tentang hasil pemeriksaan Diana atau sekedar memberi Diana ruang untuk menumpahkan perasaannya. Ya mana juga baik-baik
"Kalau begitu, Saya harap kalian bersedia mendengarkan saran dari Saya."Sementara Maya tengah berlari ke mana-mana untuk mencari Diana, Evan dan Kevin baru saja selesai bicara dengan para petinggi universitas dan sedang diantar untuk keluar dari ruangan. Mereka baru saja hendak membuka pintu, saat kepala keamanan universitas masuk dengan tergesa-gesa sampai hampir saja menabrak Evan yang berada di depan pintu. "Gawat Pak, seseorang baru saja berkelahi di dalam gudang!"Wajah orang-orang memerah karena malu saat kepala keamanan itu melaporkan masalah ketika Evan dan Kevin masih ada di ruangan itu. Mereka baru saja berjanji akan meningkatkan keamanan di dalam lingkungan universitas. Dan sekarang, seseorang malah melaporkan bahwa baru saja terjadi pertengkaran di lingkungan kampus. "Apa yang kamu katakan? Jika para mahasiswa mulai berselisih lagi, kamu bisa membawanya kemari tanpa menimbulkan keributan yang tidak perlu!"Rektor universitas memarahi sebelum Evan atau Kevin semakin menc
Di tempat lain, Diana kembali jatuh dengan keras saat seseorang menendangnya tepat di bagian perut. Temannya Evelyn dan Josephine, hanya bisa menangis saat keduanya ditahan oleh anak-anak lain agar tidak bisa membantu Diana. Sejak Diana datang ke kampus, gadis itu sudah tidak dapat menghitung berapa banyak cacian yang sudah dia dapatkan hari ini. Namun perlakuan yang dia terima dari kakak tingkatnya ini, merupakan yang terparah dari semua orang. Ketika Diana tiba di kelasnya, dia tiba-tiba saja diseret keluar oleh orang-orang kuat ini. Pakaian indah pemberian ayahnya sudah kacau karena kotoran dan sampah yang sebelumnya dilempat ke tubuhnya. Diana menatap tanah dengan mata berkaca-kaca. Dia tahu, ini merupakan hukumannya karena memiliki ayahnya yang sudah menghancurkan kehidupan banyak orang dengan tindakannya. "Ya ampun, lihatlah. Putri terhormat Tuan Anton yang luar biasa tampak seperti kotoran berjalan saat ini."Anak-anak lain tertawa saat salah satu dari mereka menghina Diana sa
"Diana memberi tahumu bahwa dia akan kembali masuk kuliah? Bagus kalau begitu. Aku akan bertemu dengan kalian di universitas nanti.""Ah, masalah universitas biar aku saja yang menangani. Katakan saja pada Diana untuk fokus menjalani studinya." "Tidak, aku hanya melakukan apa yang memang seharusnya aku lakukan sebagai keluarga. Terima kasih karena telah memberi tahuku. Sampai bertemu di kampus nanti."Evan menyaksikan saat Maya asik menelepon salah satu kenalan Diana. Setelah acara pemakaman yang dilangsungkan kemarin, Maya akhirnya yakin dia akan memulai kuliahnya pada hari ini. Gadis itu sudah siap untuk berangkat kuliah, saat salah satu teman Diana menelepon istrinya itu. "Diana akhirnya bersedia menghadiri kuliahnya lagi?" tanya Evan penasaran. Maya mengangguk. "Ya. Diana memberi tahu teman-temannya bahwa dia sudah siap masuk kuliah lagi hari ini. Aku pikir pertemuan kemarin benar-benar berhasil membuatnya lega. Aku berencana untuk menemuinya di kampus nanti. Sejak kemarin, kita
"Apa menurutmu Evan akan datang? Ini memang pemakaman pamannya. Namun orang yang mengaku sebagai pamannya ini telah membunuh orang tuanya bahkan hampir membunuh istrinya juga tidak lama ini. Aku sebenarnya tidak yakin dia akan benar-benar datang.""Ah ya... Namun aku sendiri tidak pernah menyangka Tuan Anton yang terlihat baik dan lembut sebenarnya..."Diana mendengarkan bisikan demi bisikan itu dengan bibir yang tertutup rapat. Ini jelas merupakan hari pemakaman ayahnya. Namun hampir semua tamu undangan, hanya datang untuk menjelekan ayahnya dan menertawakan keluarganya secara diam-diam. Hampir semua orang sudah tahu bahwa Anton merupakan seorang penjahat sekarang. Karena keluarganya telah jatuh, Diana tahu beberapa orang sengaja datang hanya untuk menertawakan penderitaan mereka. Kebanyakan dari mereka merupakan saingan ayahnya di masa lalu. Atau seseorang yang berusaha menjilat Evan, dengan membenci Anton secara terang-terangan. Karena terdapat banyak tamu tidak diundang dalam aca
"Nah, kamu sudah tampan sekarang."Evan diam-diam mencuri ciuman di pipi istrinya ketika Maya selesai membantunya untuk bersiap. "Kamu juga sangat cantik," bisiknya pelan saat dia melihat Maya yang menggunakan pakaian hitam serasi dengannya. Mereka akan menghadiri acara pemakaman Anton sore ini. Evan melakukannya demi sang bibi dan Diana, sekaligus sebagai awal kemunculan resminya dengan tubuh yang sudah sembuh. Selain Anton, sebagai pebisnis, Evan juga memiliki banyak musuh yang memanfaatkan sakitnya untuk mencuri beberapa proyek perusahaannya. Evan akan muncul untuk memberi mereka peringatan. Bahwa keluarganya belum hancur. Dan dia, tidak mati seperti yang diinginkan oleh orang-orang itu. "Apa kamu yakin ingin ikut denganku saat ini? Sejak kamu diterima di universitas, kamu belum juga datang untuk menghadiri kelas pertamamu. Dan sekarang... Kamu harus menunda waktu studimu lagi demi menemaniku."Maya tertawa ketika dia mendengar kekhawatiran yang dirasakan suaminya itu. "Mari kita