Dari sekian banyak pekerjaan yang pernah ia lakukan atau ditawarkan kepadanya, baru kali inilah Arza mendapatkan tawaran pekerjaan yang sangat sulit. Ia benar-benar bimbang apakah akan menerima pekerjaan ini atau tidak. Namun ia sangat memerlukan uang dengan jumlah besar untuk biaya operasi adiknya. Rezvan dan Yesha pun dapat melihat kegelisahan dari ekspresi Arza yang terkejut untuk sesaat sebelum pria itu mengubah ekspresinya menjadi tenang kembali. “Kamu tenang saja dan tidak perlu takut jika identitasmu akan terbongkar. Aku dapat menjamin bahwa tidak akan ada masalah yang menimpamu karena kamu akan melakukannya dengan menyamar menjadi seseorang.” Keraguan di wajah Arza yang tampak jelas, berangsur-angsur menghilang setelah mendengar penjelasan Rezvan. Rezvan meletakkan dua foto dihadapan Arza. “Kamu akan menyamar menjadi dia. Namanya Arian Rahandika.” Rezvan mengetuk foto Arian, lalu beralih ke foto Vania. “Dan dia adalah Vania Septhana, calon tunangan Arian. Tugasmu adalah men
“Saat itu aku melakukannya dalam keadaan mabuk, bisakah aku melakukannya dalam keadaan sadar?” Rezvan mengedipkan satu matanya. Yesha berpikir sejenak untuk mencerna ucapan Rezvan sebelum akhirnya wajahnya memerah ketika mengetahui ke arah mana tujuan ucapan Rezvan. Lalu, dengan malu-malu ia menunduk. Ia benar-benar tidak menyangka kalau Rezvan akan memintanya untuk bercinta. Walau mereka sudah menikah, tetapi Rezvan tidak pernah membicarakan hal yang menjurus ke arah sana. Walaupun mereka pernah melakukannya, tetapi saat itu keadaannya benar-benar tidak memungkinkan. Tentu saja Yesha masih malu untuk membicarakan hal intim seperti itu. Kegiatan intim mereka selama ini hanya sekadar ciuman. Tidak lebih. Jadi Yesha masih merasa canggung. Selain itu, sebenarnya ia masih belum siap untuk berhubungan badan. Rezvan tertawa keras. “Aku hanya bercanda.” Rezvan mencubit ujung hidung Yesha. “Lagi pula aku harus ke kantor hari ini. Ada rapat bulanan yang harus kuhadiri pagi ini. Selain itu,
Rivania tahu bahwa Yesha masih marah kepadanya karena telah memaksanya untuk menikah dengan Rezvan, tetapi ia tidak menyangka bahwa Yesha benar-benar akan sangat kurang ajar seperti ini kepadanya. Rivania mengambil napas dan membuangnya secara perlahan untuk menenangkan dirinya. “Hanna memberitahu mama kalau tadi kalian pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan kandungan.” Rivania mengubah topik pembicaraan. “Kenapa kamu tidak memberitahu kami mengenai kehamilanmu?” Saat Hanna memberitahu dirinya bahwa Yesha sedang mengandung, dirinya antara senang dan marah secara bersamaan. Ia senang mendengar Yesha hamil, tetapi ia juga marah karena Yesha tidak memberitahunya mengenai kabar membahagiakan ini. “Kalian sangat sibuk, jadi kami sengaja tidak memberitahu kalian karena tidak ingin mengganggu kesibukan kalian.” Yesha dan Rezvan memang sengaja tidak memberitahu keluarga mereka mengenai kehamilan Yesha. Lagi pula selama ini mereka—keluarga Wibisana dan Elden—tidak peduli dengan mereka ber
Yesha mengambil nampan berisi minuman dan camilan dari tangan Hanna untuk ia bawa ke ruang kerja Rezvan. Namun sebelum pergi, ia meminta Hanna untuk menjaga anak-anak. Tas yang Alfan bawa terletak di atas meja dengan beberapa topeng yang dikeluarkan ketika Yesha masuk. Yesha meletakkan nampan di atas meja sebelum duduk di samping Rezvan dan meraih topeng itu. “Ini benar-benar terasa sangat nyata,” ucap Yesha ketika merasakan tekstur dari topeng itu. “Tentu saja. Aku pasti akan melakukan yang terbaik untuk rencana balas dendam kita. Tidak akan membiarkan sedikit pun celah atau kesalahan yang dapat membuat rencana kita gagal.” Alfan berkata dengan mantap dan bersungguh-sungguh. “Terima kasih banyak, Al.” Senyum kecil menghiasi wajah Yesha. “Tidak perlu berterima kasih. Bukankah sudah kukatakan bahwa kita ini saudara dan aku akan selalu membantumu apa pun yang terjadi, tidak peduli siapa pun dirimu saat ini.” Yesha menggenggam tangan Alfan erat. “Walaupun begitu, tidak ada salahnya
Rezvan tersedak air liurnya sendiri hingga terbatuk pelan mendengar permintaan Yesha yang tiba-tiba. Melihat keengganan di mata suaminya, Yesha pun berinisiatif untuk lebih berani menggoda Rezvan. Ia memang sudah menyiapkan mentalnya untuk melayani Rezvan setelah permintaan pria itu beberapa waktu yang lalu. Tangannya bergerilya menjelajahi tubuh Rezvan dari balik pakaiannya. Mencoba untuk merangsang suaminya. Diabaikannya ucapan Rezvan yang memintanya untuk berhenti. “Kamu yang memintanya.” Rezvan yang sudah tidak tahan pun meraih tangan Yesha dan menggendongnya. Dengan langkah cepat ia menuju ke kamar. Bohong jika Rezvan tidak terangsang dengan sentuhan sensual yang Yesha lakukan. Apalagi dirinya juga sudah sangat lama tidak menyalurkan hasratnya. Sejak kembali dari rumah mertuanya, Rezvan ingin sekali mengajak Yesha untuk bercinta. Hanya saja ia tidak berani memintanya karena berpikir mungkin Yesha mengalami trauma akibat ia gagahi dalam keadaan mabuk. Dan permintaannya untuk b
Rezvan kebingungan ketika kembali dan tidak menemukan sosok istrinya. Saat bertanya kepada beberapa orang tamu undangan, seseorang memberitahunya bahwa Yesha ditarik oleh seorang pria dan membawanya ke tempat yang sedikit sepi dari para tamu, di mana ada hiasan bunga yang sangat besar. Betapa terkejutnya Rezvan kala mengetahui bahwa orang yang membawa istrinya ternyata adalah Raefal. Ia sangat marah ketika melihat posisi mereka yang begitu dekat. Tanpa banyak berpikir lagi, ia pun mengulurkan kepalan tangannya untuk meninju wajah Raefal. “Ini baru permulaan. Jika kau berani menyentuhnya di lain waktu, aku tidak akan segan-segan membuatmu masuk ke rumah sakit,” ancam Rezvan, nadanya tajam dan penuh penekanan. Benar-benar tidak menyangka bahwa Raefal masih berani bertindak nekat di hadapan banyak orang. Rezvan mengalihkan pandangannya kepada Yesha. Dengan cepat memeriksa apakah ada luka pada tubuh istrinya. “Aku baik-baik saja, Van.” Yesha menghentikan pergerakan tangan Rezvan yang m
“Rezvan!” Rezvan dan Yesha yang berjalan menuju ke tempat parkiran pun menghentikan langkahnya dan berbalik. Andaru mengahampiri mereka dengan Febrina dan Raefal yang berjalan di samping kiri-kanannya. Wajah pria itu datar. Pandangannya menatap tajam pasangan di hadapannya. Andaru berhenti di hadapan pasangan itu dengan jarak yang sangat dekat. “Kenapa kamu hanya memberitahu keluarga Elden dan tidak memberitahu kami mengenai kehamilan Yesha? Dan kenapa juga kamu membuat masalah di acara ini dengan memukul wajah adikmu? Bagaimana jika orang tahu dan menyebarkannya?” Andaru benar-benar marah saat ini dengan putra sulungnya itu. Marah karena Rezvan yang tidak memberitahu mereka mengenai kehamilan Yesha, serta marah karena Rezvan berani memukul Raefal di acara pertunangan Arian dan Vania. Ia tahu Rezvan sangat marah dan membenci dirinya, tetapi walaupun begitu, Yesha tetaplah bagian dari keluarga Wibisana. Sudah seharusnya mereka juga diberitahu mengenai kabar yang membahagiakan ini.
Rezvan yang menunggu Yesha di dalam mobil sembari membaca dokumen serta menandatangani beberapa dokumen, mendongak untuk menatap Yesha yang memasuki mobil. “Sudah selesai?” Rezvan membereskan semua dokumen dan meletakkannya di kursi belakang. “Bagaimana? Apa yang dia bicarakan?” Sebenarnya tadi Rezvan ingin menemani istrinya masuk untuk menemui Vania, sayangnya Yesha melarangnya dan menyuruhnya pergi ke perusahaan karena tahu bahwa Rezvan ada rapat bulanan hari ini. Akan tetapi Rezvan bersikeras ingin menemaninya hingga akhirnya mengalah dan meminta Rezvan untuk menunggu dirinya di mobil. Rezvan melakukan hal itu bukan karena ia tidak mempercayai Yesha. Hanya saja ia tidak ingin kejadian malam tadi terulang kembali. Karena itulah, mulai saat ini, ia akan menemani Yesha kemanapun istrinya pergi. Tidak akan membiarkan Yesha pergi sendirian. “Hm! Tidak ada yang penting.” Semabari memasang sabuk pengaman, Yesha pun menceritakan apa yang baru saja mereka bicarakan di kafe. “Benar-benar
Yesha membuka mata secara perlahan ketika indra pendengarannya menangkap banyak suara di ruang rawat inapnya. Untuk sesaat pandangannya pudar sebelum berubah menjadi jelas. Betapa terkejutnya ia ketika netranya menatap sosok keluarga Altezza tengah mengelilingi boks di mana putrinya berada. “Papa! Mama!” pekik Yesha dengan suara parau. Dengan sedikit kesulitan Yesha mencoba untuk mengubah posisinya menjadi duduk. Mereka semua mengalihkan perhatian dari boks ke arah Yesha. Trisa dengan tanggap menghampiri Yesha dan membantunya untuk duduk. “Pelan-pelan.” “Mama.” Yesha menggenggam lengan Trisa dengan kuat, takut bahwa apa yang dilihatnya saat ini hanyalah halusinasinya saja karena dirinya yang sangat merindukan mereka. Trisa tersenyum lebar. Dibawanya Yesha ke dalam pelukan. “Iya, ini mama, Sayang.” Trisa mengelus lembut kepala putrinya yang hampir tiga bulan tidak bertemu. Yesha memeluk erat. Air mata mengalir membasahi wajahnya. “Jangan tinggalkan aku lagi, Ma.” “Kami tidak akan
Rivania dan Gevarel tidak terbiasa menjalani kehidupan sederhana yang jauh dari kemewahan. Karena itulah mereka menyewa rumah yang lumayan bagus dengan biaya sewa lima belas juta pertahun. Untuk biaya hidup, Gevarel mencoba untuk melamar pekerjaan, tetapi karena pemberitaan mengenai keluarganya, membuat namanya pun ikut terseret. Beberapa artikel menulis tentang keburukannya selama ini. Hal itu benar-benar berdampak besar pada citranya, membuat Gevarel kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan. Pada akhirnya ia hanya bisa bekerja sebagai kasir di sebuah mini market kecil. Sementara Rivania sendiri mencoba menemui beberapa kenalan lamanya dulu, berharap mereka mau membantunya. Bagaimanapun dirinya sudah tidak memungkinkan untuk bekerja di perusahaan. Dan untuk pekerjaan kasar, dirinya belum pernah melakukannya. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Elivia. Wanita itu menyewa seseorang untuk membuntuti Rivania dan memotretnya, dan mengirimkannya kepada Dhimani. Tentu saja pria itu sangat marah
Keesokan harinya, pukul delapan pagi di sebuah restoran, Yesha memesan ruang pribadi untuk mereka. Ia tidak ingin pembicaraan mereka dicuri dengar oleh orang lain. Pasalnya berita mengenai Tuan Rahandika yang menjual perusahaannya pun sudah berada di televisi dan juga media cetak. Mengalahkan pemberitaan mengenai Dhimani yang diketahui memalsukan surat-surat kepemilikan perusahaan. Bagaimanapun para wartawan itu masih sedikit meragukan alasan Tuan Rahandika menjual perusahaan. Mereka meyakini bahwa pasti ada alasan lain yang membuat Tuan Rahandika sampai harus menjual perusahaan. “Ya, aku yang melakukannya.” Alfan mengakui. “Anggap saja ini hadiah untuk ayah dan bunda.” “Jangan bilang kalau sejak awal kamu memang sudah menargetkan mereka.” “Untuk membeli perusahaan, aku tidak merencanakannya. Itu muncul ketika Tuan Rahandika mengumumkan akan menjual perusahannya. Tapi sebelumnya aku memang sudah menargetkan mereka, lebih tepatnya aku menargetkan Arian.” Alfan pun menceritakan semu
Elivia benar-benar tidak menyangka bahwa polisi akan menindak laporannya dengan cepat. Bahkan kasusnya langsung masuk ke pengadilan setelah satu minggu dilakukan penyelidikan. Karena pihak terdakwa tidak memiliki pengacara untuk membela, sidang itu berjalan dengan lancar dan hukuman untuk Dhimani diputuskan pada sidang kedua yang dilakukan tiga hari berikutnya. Walaupun ia ingin Dhimani dihukum lebih, tetapi melihat kondisi Dhimani yang lumpuh, dirinya cukup puas dengan putusan hakim. “Ini adalah saham yang sudah kita sepakati.” Elivia meletakkan map di hadapan Yesha. “Totalnya tiga puluh persen seperti yang kamu minta.” Dua minggu lalu, setelah sidang putusan kasus pemalsuan Dhimani dijatuhkan, Elivia segera pergi ke perusahaan dengan asisten pribadi yang sengaja Rezvan berikan kepada wanita itu untuk membantunya belajar mengelola bisnis. Para pemegang saham memang sempat dibuat terkejut dengan kedatangan Elivia. Namun karena perusahaan yang berada dalam masalah finansial yang ser
Arian menatap Yesha dengan sedikit kebencian di matanya. “Kakak tahu kalau perusahaan ini adalah satu-satunya untuk kami bertahan hidup. Jika kakak tidak ingin menghancurkan keluargaku, seharusnya kakak memilih ayahku untuk tetap menjadi presdir. Jika posisi ayahku digantikan orang lain, kami tidak bisa bekerja di tempat lain karena orang sudah menilai buruk reputasi keluarga kami. Apalagi setelah berita di internet mengenai kehamilan Vania di luar nikah. Tidak ada perusahaan yang mau menerimanya bekerja.” Di luar, keluarga Rahandika terlihat baik-baik saja. Namun pada kenyataannya, keluarga mereka saat ini sangat kacau. Mereka tidak memiliki apa-apa lagi selain perusahaan itu. Karena itulah Tuan Rahandika berusaha keras membujuk beberapa pemegang saham untuk tetap mempertahankan dirinya sebagai pemimpin perusahaan. “Dengar, Arian. Ini adalah dunia bisnis, seharusnya kamu tahu apa yang diinginkan oleh seorang pebisnis. Tidak ada orang yang ingin membuat perusahaannya semakin terpuru
“Ketika aku menemanimu check up dan kita bertemu dengan Rivania. Aku tidak sengaja melihatmu tersenyum kecil ketika melihat Dhimani terbaring di rumah sakit. Karena merasa sedikit aneh, jadi aku meminta Damar untuk menyelidikinya.” Awalnya ia tidak curiga ketika Rivania mengatakan bahwa Dhimani mengalami kecelakaan tunggal ketika pulang dari perjalanan bisnis ke luar kota. Namun ketika ia melihat ekspresi dan senyum Yesha yang penuh kepuasan, ia yakin istrinya pasti telah melakukan sesuatu di belakangnya. Karena itulah ia meminta Damar untuk menyelidikinya. Dan dugaannya terbukti benar, bahwa semua itu adalah ulah istrinya. Walau begitu Rezvan tidak mengatakan apa-apa. Apalagi Yesha sendiri pun tidak mengatakan apa-apa. Meski sedikit marah karena Yesha tidak memberitahunya, tetapi ia mencoba untuk menghargai privasi istrinya. Yesha menghela napas pelan. “Aku tidak bermaksud untuk menyembunyikannya darimu.” Tampaknya memang sulit untuk menyembunyikan apa pun dari Rezvan. Padahal Yes
Dada Rivania berdetak sangat cepat. Tanpa sadar, tangannya terkepal erat. Bagaimana mungkin Yesha bisa tahu rahasia terdalamnya bahwa Gevarel adalah anak Dhimani dan bukan anak Ardhani? Yesha menatap Rivania penuh dengan senyum mencemooh. “Mama tidak perlu menyembunyikannya lagi.” “Omong kosong apa yang kamu katakan!” Apa pun yang terjadi, Rivania tidak akan mengakuinya. Tidak dapat ia bayangkan jika sampai rahasia ini terungkap ke publik. Tidak hanya dirinya, semua anggota keluarganya pasti akan mendapatkan hinaan dan celaan dari semua orang, terutama dari kalangan pengusaha. “Omong kosong?” Yesha tertawa pelan. “Aku yakin mama pasti lebih tahu dibandingkan aku. Atau, mama mau aku mengatakannya secara langsung?” “Dengar, Yesha. Kalau kamu memang tidak ingin meminjami mama uang, tidak apa-apa. Tidak perlu mengatakan omong kosong yang tidak masuk akal dan mengatakan hal-hal yang tidak ada buktinya.” “Kalau mama mau bukti, kita bisa melakukan tes DNA kepada mereka berdua.” “Kau! D
Polisi benar-benar sigap menerima laporan yang diajukan oleh Elivia. Dalam dua hari setelah laporan masuk, polisi langsung menyelidiki Dhimani. Tentu saja hal itu membuat Rivania dan Gevarel terkejut ketika tiba-tiba ada beberapa polisi yang datang ke rumah mereka. Rivania semakin terkejut dengan keterangan polisi yang mengatakan bahwa ada yang menggugat Dhimani atas pemalsuan hak milik atas perusahaan milik mereka. Saat itu juga Rivania mencari pengacara untuk mendampingi Dhimani dalam manangani kasus ini. Rahasia yang selama ini terpendam erat pun akhirnya terkuak. Demi mempertahankan perusahaan yang sudah puluhan tahun, Rivania mengakui semuanya kepada kuasa hukumnya. Mengetahui bahwa pihak kliennya memang bersalah, sang kuasa hukum meminta bayaran lebih jika memang ingin memenangkan kasus ini. Sayangnya saat ini uang tabungan mereka sudah sangat menipis karena beberapa bulan terakhir ini pengeluaran mereka memang banyak. Namun pengeluaran mereka yang paling banyak adalah biaya un
Arian dan ayahnya sangat terkejut ketika melihat daftar pemegang saham terbaru mereka. Mereka tidak menyangka bahwa saat itu pemegang saham terbesar mereka adalah Yesha Altezza. Mereka berdua pun memutuskan untuk menemui Yesha sebelum rapat pemegang saham itu berlangsung. Meminta wanita itu untuk tidak setuju jika ada pemilihan pemimpin baru. Arian pun tidak menolak ketika ayahnya meminta dirinya menemui Yesha ketika wanita itu datang ke perusahaan untuk mengikuti rapat. Mereka memiliki kepercayaan dan keyakinan yang tinggi bahwa Yesha pasti akan setuju atas permintaan mereka, mengingat hubungan Arian dan Yesha saat ini adalah saudara ipar. Sementara untuk para pemegang saham yang memiliki jumlah saham sedikit, Arian dan ayahnya sudah mendatangi mereka dan meminta mereka untuk menolak usulan penggantian pemimpin perusahaan pada saat rapat. Tentu saja dengan imbalan masing-masing mendapatkan saham sebesar satu persen. “Jika memang ada sesuatu hal yang penting yang ingin kamu bicaraka