“Rezvan!” Rezvan dan Yesha yang berjalan menuju ke tempat parkiran pun menghentikan langkahnya dan berbalik. Andaru mengahampiri mereka dengan Febrina dan Raefal yang berjalan di samping kiri-kanannya. Wajah pria itu datar. Pandangannya menatap tajam pasangan di hadapannya. Andaru berhenti di hadapan pasangan itu dengan jarak yang sangat dekat. “Kenapa kamu hanya memberitahu keluarga Elden dan tidak memberitahu kami mengenai kehamilan Yesha? Dan kenapa juga kamu membuat masalah di acara ini dengan memukul wajah adikmu? Bagaimana jika orang tahu dan menyebarkannya?” Andaru benar-benar marah saat ini dengan putra sulungnya itu. Marah karena Rezvan yang tidak memberitahu mereka mengenai kehamilan Yesha, serta marah karena Rezvan berani memukul Raefal di acara pertunangan Arian dan Vania. Ia tahu Rezvan sangat marah dan membenci dirinya, tetapi walaupun begitu, Yesha tetaplah bagian dari keluarga Wibisana. Sudah seharusnya mereka juga diberitahu mengenai kabar yang membahagiakan ini.
Rezvan yang menunggu Yesha di dalam mobil sembari membaca dokumen serta menandatangani beberapa dokumen, mendongak untuk menatap Yesha yang memasuki mobil. “Sudah selesai?” Rezvan membereskan semua dokumen dan meletakkannya di kursi belakang. “Bagaimana? Apa yang dia bicarakan?” Sebenarnya tadi Rezvan ingin menemani istrinya masuk untuk menemui Vania, sayangnya Yesha melarangnya dan menyuruhnya pergi ke perusahaan karena tahu bahwa Rezvan ada rapat bulanan hari ini. Akan tetapi Rezvan bersikeras ingin menemaninya hingga akhirnya mengalah dan meminta Rezvan untuk menunggu dirinya di mobil. Rezvan melakukan hal itu bukan karena ia tidak mempercayai Yesha. Hanya saja ia tidak ingin kejadian malam tadi terulang kembali. Karena itulah, mulai saat ini, ia akan menemani Yesha kemanapun istrinya pergi. Tidak akan membiarkan Yesha pergi sendirian. “Hm! Tidak ada yang penting.” Semabari memasang sabuk pengaman, Yesha pun menceritakan apa yang baru saja mereka bicarakan di kafe. “Benar-benar
Tadi saat mereka di perjalanan menjemput Ravindra, Andra menghubunginya dan mengatakan bahwa Arza ingin menemuinya. Karena itulah Rezvan bergegas membawanya pulang. “Tidak apa-apa. Justru saya yang meminta maaf karena baru bisa menemui kalian sekarang,” jawab Arza yang merasa sedikit bersalah karena sudah seminggu setelah dirinya menjalankan perintah Rezvan, tetapi baru kemarin dirinya bisa berhasil melakukannya. “Saya benar-benar tidak menyangka bahwa sangat sulit untuk membujuk Vania supaya mau melakukan hubungan badan dengan saya.” Arza pikir pekerjaan untuk merenggut keperawanan seorang wanita adalah pekerjaan yang sangat mudah. Namun ternyata memerlukan banyak usaha untuk membujuknya meski dirinya sudah menyamar menjadi kekasih wanita itu. Apalagi ini adalah pengalaman pertamanya untuk bersetubuh. Berbagai macam rayuan dan bujukan serta janji-janji manis ia lontarkan kepada Vania. Bersyukur wanita itu akhirnya luluh juga setelah seminggu dirinya terus-menerus membujuknya. Yesh
Melihat hal itu, Yesha pun segera menjelaskannya, “Aku pergi sendiri saja dengan Andra. Bukankah besok kamu ada pertemuan di luar serta rapat di perusahaan? Lagi pula jika kamu pergi mengantarku, lalu siapa yang akan menjemput anak-anak? Bukankah Zaidan mengatakan bahwa ke rumah Elivia memerlukan waktu tiga jam untuk tiba di sana?” “Justru karena itulah aku ingin mengantarmu. Aku tidak akan membiarkanmu bepergian jauh seorang diri.” Rezvan bersikeras. Nadanya sedikit tegas. “Untuk masalah pekerjaan, aku bisa meminta Damar dan Zanan untuk menyelesaikannya. Sementara untuk anak-anak, ada Benny yang bisa menjemput mereka.” Yesha menggeleng pelan. “Kamu tidak harus mengorbankan pekerjaanmu untukku. Aku bisa pergi sendiri.” Diraihnya tangan Rezvan dan menggenggamnya erat. “Lagi pula ini adalah urusanku. Aku tidak ingin banyak merepotkanmu hingga sampai membuatmu meninggalkan pekerjaanmu hanya untukku.” Bukannya Yesha tidak suka Rezvan menemaninya menemui Elivia, hanya saja ia tidak ingin
“Maksudku, aku ingin menawarkan kerja sama denganmu. Aku tahu kamu memiliki kebencian dan juga dendam terhadap Dhimani. Begitu pun denganku.” Yesha langsung mengatakan tujuannya dan menghilangkan sikap formalitasnya. Ia tidak ingin membuang-buang waktu untuk berbasa-basi dengan wanita di hadapannya. Ia sudah berjanji kepada Rezvan untuk segera menyelesaikan ini dan pulang. “Aku benar-benar tidak mengerti maksudmu.” Walau terkejut dengan ucapan Yesha, tetapi Elivia berusaha untuk tidak menampakkannya dan berpura-pura tidak tahu apa-apa. Lagi pula ia tidak mengenal wanita di hadapannya ini. “Kamu tidak perlu berpura-pura di hadapanku. Aku sudah tahu semuanya mengenai dirimu dan juga Dhimani. Karena itulah aku menemuimu dan mengajakmu bekerja sama denganku untuk membalas semua perbuatan Dhimani.” Karena pihak lain sudah mengetahui identitasnya, maka dirinya tidak perlu lagi menyembunyikannya. Sikap angkuh dan sombongnya sebagai keturunan orang berada masih melekat kuat pada dirinya m
Ardhani berbalik kala merasakan ada seseorang yang datang mendekat. Sama seperti Yesha dan Rezvan, dirinya pun terkejut mendapati mereka berdua berdiri beberapa meter dari dirinya. Namun, ekspresi itu segera hilang. Ia tidak menyangka bahwa dirinya akan bertemu dengan Yesha dan juga Rezvan di tempat ini. “Kebetulan sekali kita bertemu.” Ardhani tersenyum kecil kepada mereka berdua. Hati Yesha bertalu dengan cepat kala memperhatikan senyuman Ardhani. Senyuman itu tidak seperti biasanya yang menunjukkan kebahagiaan, tetapi kesedihan dan juga luka. “Pa,” panggil Yesha sembari mendekat. “Sejak kapan?” “Kamu datang untuk mengunjungi mereka, kan? Kalau begitu aku pergi dulu.” Ardhani mengabaikan pertanyaan Yesha dan berniat untuk meninggalkan tempat itu. Namun Yesha segera meraih tangan Ardhani dengan tangannya yang lain. “Tolong jawab pertanyaanku, Pa. Sejak kapan papa tahu?” Ardhani meletakkan tangannya di atas tangan Yesha. Dengan tersenyum kecil ia berkata, “Tidak pantas rasanya ki
Yesha benar-benar kembali seperti dirinya sendiri setelah membuka mata. Walau masih sedih atas kepergian Ardhani, tetapi ia mencoba untuk menghilangkannya demi Rezvan dan ke tiga anaknya. Tentu saja hal itu membuat Rezvan senang. “Apa kita mencari tempat lain saja?” tanya Yesha ketika melihat parkiran yang begitu penuh. Saat ini mereka berada di sebuah kafe atas permintaan Yesha yang tiba-tiba ingin makan es krim ketika menjemput Ravindra tadi. “Tidak perlu. Kita sudah terlanjur berada di sini. Lebih baik kamu dan Ravindra masuk duluan untuk mencari tempat duduk dan memesan es krim. Aku akan menyusul setelah memarkirkan mobil.” Rezvan memberikan usul. “Hm!” Yesha pun segera menggandeng tangan Ravindra meninggalkan area parkir dan memasuki kafe. Kafe benar-benar penuh dengan pengunjung. Kebanyakan yang mendominasi adalah anak-anak muda karena kafe yang memang berada tidak jauh dari kampus. Yesha langsung menuju ke meja kasir untuk memesan sebelum akhirnya ia mencari meja. Sayangny
Rezvan tidak mengerti kenapa dirinya bisa memiliki istri yang suka sekali menyembunyikan hal sepenting itu darinya dan membuat mereka menjadi salah paham. “Aku pikir itu adalah hal yang wajar karena kita adalah pasangan suami istri. Dan rasanya sangat memalukan menceritakan hal seperti itu setelah melakukannya.” Saat itu Rezvan memang sempat heran kenapa dirinya bisa bersih tanpa ada bau alkohol di seluruh tubuhnya, mengingat dirinya saat itu banyak menerima tawaran minum dari relasi Andaru serta beberapa relasi bisnisnya yang memang diundang oleh Andaru. Saat itu ia berpikir mungkin Damar yang membantunya karena saat ia bangun, Dira tidak berada di kamar dan Dira juga tidak mengatakan apa-apa mengenai itu hingga akhirnya wanita itu memberitahu dirinya mengenai kehamilannya. “Jika kamu mengatakan yang sebenarnya, tidak mungkin aku menuduhmu berselingkuh ketika kamu memberitahuku bahwa kamu hamil. Dan juga tidak akan mungkin aku bersikap dingin kepadamu.” “Aku sudah memberitahumu, t
Yesha membuka mata secara perlahan ketika indra pendengarannya menangkap banyak suara di ruang rawat inapnya. Untuk sesaat pandangannya pudar sebelum berubah menjadi jelas. Betapa terkejutnya ia ketika netranya menatap sosok keluarga Altezza tengah mengelilingi boks di mana putrinya berada. “Papa! Mama!” pekik Yesha dengan suara parau. Dengan sedikit kesulitan Yesha mencoba untuk mengubah posisinya menjadi duduk. Mereka semua mengalihkan perhatian dari boks ke arah Yesha. Trisa dengan tanggap menghampiri Yesha dan membantunya untuk duduk. “Pelan-pelan.” “Mama.” Yesha menggenggam lengan Trisa dengan kuat, takut bahwa apa yang dilihatnya saat ini hanyalah halusinasinya saja karena dirinya yang sangat merindukan mereka. Trisa tersenyum lebar. Dibawanya Yesha ke dalam pelukan. “Iya, ini mama, Sayang.” Trisa mengelus lembut kepala putrinya yang hampir tiga bulan tidak bertemu. Yesha memeluk erat. Air mata mengalir membasahi wajahnya. “Jangan tinggalkan aku lagi, Ma.” “Kami tidak akan
Rivania dan Gevarel tidak terbiasa menjalani kehidupan sederhana yang jauh dari kemewahan. Karena itulah mereka menyewa rumah yang lumayan bagus dengan biaya sewa lima belas juta pertahun. Untuk biaya hidup, Gevarel mencoba untuk melamar pekerjaan, tetapi karena pemberitaan mengenai keluarganya, membuat namanya pun ikut terseret. Beberapa artikel menulis tentang keburukannya selama ini. Hal itu benar-benar berdampak besar pada citranya, membuat Gevarel kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan. Pada akhirnya ia hanya bisa bekerja sebagai kasir di sebuah mini market kecil. Sementara Rivania sendiri mencoba menemui beberapa kenalan lamanya dulu, berharap mereka mau membantunya. Bagaimanapun dirinya sudah tidak memungkinkan untuk bekerja di perusahaan. Dan untuk pekerjaan kasar, dirinya belum pernah melakukannya. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Elivia. Wanita itu menyewa seseorang untuk membuntuti Rivania dan memotretnya, dan mengirimkannya kepada Dhimani. Tentu saja pria itu sangat marah
Keesokan harinya, pukul delapan pagi di sebuah restoran, Yesha memesan ruang pribadi untuk mereka. Ia tidak ingin pembicaraan mereka dicuri dengar oleh orang lain. Pasalnya berita mengenai Tuan Rahandika yang menjual perusahaannya pun sudah berada di televisi dan juga media cetak. Mengalahkan pemberitaan mengenai Dhimani yang diketahui memalsukan surat-surat kepemilikan perusahaan. Bagaimanapun para wartawan itu masih sedikit meragukan alasan Tuan Rahandika menjual perusahaan. Mereka meyakini bahwa pasti ada alasan lain yang membuat Tuan Rahandika sampai harus menjual perusahaan. “Ya, aku yang melakukannya.” Alfan mengakui. “Anggap saja ini hadiah untuk ayah dan bunda.” “Jangan bilang kalau sejak awal kamu memang sudah menargetkan mereka.” “Untuk membeli perusahaan, aku tidak merencanakannya. Itu muncul ketika Tuan Rahandika mengumumkan akan menjual perusahannya. Tapi sebelumnya aku memang sudah menargetkan mereka, lebih tepatnya aku menargetkan Arian.” Alfan pun menceritakan semu
Elivia benar-benar tidak menyangka bahwa polisi akan menindak laporannya dengan cepat. Bahkan kasusnya langsung masuk ke pengadilan setelah satu minggu dilakukan penyelidikan. Karena pihak terdakwa tidak memiliki pengacara untuk membela, sidang itu berjalan dengan lancar dan hukuman untuk Dhimani diputuskan pada sidang kedua yang dilakukan tiga hari berikutnya. Walaupun ia ingin Dhimani dihukum lebih, tetapi melihat kondisi Dhimani yang lumpuh, dirinya cukup puas dengan putusan hakim. “Ini adalah saham yang sudah kita sepakati.” Elivia meletakkan map di hadapan Yesha. “Totalnya tiga puluh persen seperti yang kamu minta.” Dua minggu lalu, setelah sidang putusan kasus pemalsuan Dhimani dijatuhkan, Elivia segera pergi ke perusahaan dengan asisten pribadi yang sengaja Rezvan berikan kepada wanita itu untuk membantunya belajar mengelola bisnis. Para pemegang saham memang sempat dibuat terkejut dengan kedatangan Elivia. Namun karena perusahaan yang berada dalam masalah finansial yang ser
Arian menatap Yesha dengan sedikit kebencian di matanya. “Kakak tahu kalau perusahaan ini adalah satu-satunya untuk kami bertahan hidup. Jika kakak tidak ingin menghancurkan keluargaku, seharusnya kakak memilih ayahku untuk tetap menjadi presdir. Jika posisi ayahku digantikan orang lain, kami tidak bisa bekerja di tempat lain karena orang sudah menilai buruk reputasi keluarga kami. Apalagi setelah berita di internet mengenai kehamilan Vania di luar nikah. Tidak ada perusahaan yang mau menerimanya bekerja.” Di luar, keluarga Rahandika terlihat baik-baik saja. Namun pada kenyataannya, keluarga mereka saat ini sangat kacau. Mereka tidak memiliki apa-apa lagi selain perusahaan itu. Karena itulah Tuan Rahandika berusaha keras membujuk beberapa pemegang saham untuk tetap mempertahankan dirinya sebagai pemimpin perusahaan. “Dengar, Arian. Ini adalah dunia bisnis, seharusnya kamu tahu apa yang diinginkan oleh seorang pebisnis. Tidak ada orang yang ingin membuat perusahaannya semakin terpuru
“Ketika aku menemanimu check up dan kita bertemu dengan Rivania. Aku tidak sengaja melihatmu tersenyum kecil ketika melihat Dhimani terbaring di rumah sakit. Karena merasa sedikit aneh, jadi aku meminta Damar untuk menyelidikinya.” Awalnya ia tidak curiga ketika Rivania mengatakan bahwa Dhimani mengalami kecelakaan tunggal ketika pulang dari perjalanan bisnis ke luar kota. Namun ketika ia melihat ekspresi dan senyum Yesha yang penuh kepuasan, ia yakin istrinya pasti telah melakukan sesuatu di belakangnya. Karena itulah ia meminta Damar untuk menyelidikinya. Dan dugaannya terbukti benar, bahwa semua itu adalah ulah istrinya. Walau begitu Rezvan tidak mengatakan apa-apa. Apalagi Yesha sendiri pun tidak mengatakan apa-apa. Meski sedikit marah karena Yesha tidak memberitahunya, tetapi ia mencoba untuk menghargai privasi istrinya. Yesha menghela napas pelan. “Aku tidak bermaksud untuk menyembunyikannya darimu.” Tampaknya memang sulit untuk menyembunyikan apa pun dari Rezvan. Padahal Yes
Dada Rivania berdetak sangat cepat. Tanpa sadar, tangannya terkepal erat. Bagaimana mungkin Yesha bisa tahu rahasia terdalamnya bahwa Gevarel adalah anak Dhimani dan bukan anak Ardhani? Yesha menatap Rivania penuh dengan senyum mencemooh. “Mama tidak perlu menyembunyikannya lagi.” “Omong kosong apa yang kamu katakan!” Apa pun yang terjadi, Rivania tidak akan mengakuinya. Tidak dapat ia bayangkan jika sampai rahasia ini terungkap ke publik. Tidak hanya dirinya, semua anggota keluarganya pasti akan mendapatkan hinaan dan celaan dari semua orang, terutama dari kalangan pengusaha. “Omong kosong?” Yesha tertawa pelan. “Aku yakin mama pasti lebih tahu dibandingkan aku. Atau, mama mau aku mengatakannya secara langsung?” “Dengar, Yesha. Kalau kamu memang tidak ingin meminjami mama uang, tidak apa-apa. Tidak perlu mengatakan omong kosong yang tidak masuk akal dan mengatakan hal-hal yang tidak ada buktinya.” “Kalau mama mau bukti, kita bisa melakukan tes DNA kepada mereka berdua.” “Kau! D
Polisi benar-benar sigap menerima laporan yang diajukan oleh Elivia. Dalam dua hari setelah laporan masuk, polisi langsung menyelidiki Dhimani. Tentu saja hal itu membuat Rivania dan Gevarel terkejut ketika tiba-tiba ada beberapa polisi yang datang ke rumah mereka. Rivania semakin terkejut dengan keterangan polisi yang mengatakan bahwa ada yang menggugat Dhimani atas pemalsuan hak milik atas perusahaan milik mereka. Saat itu juga Rivania mencari pengacara untuk mendampingi Dhimani dalam manangani kasus ini. Rahasia yang selama ini terpendam erat pun akhirnya terkuak. Demi mempertahankan perusahaan yang sudah puluhan tahun, Rivania mengakui semuanya kepada kuasa hukumnya. Mengetahui bahwa pihak kliennya memang bersalah, sang kuasa hukum meminta bayaran lebih jika memang ingin memenangkan kasus ini. Sayangnya saat ini uang tabungan mereka sudah sangat menipis karena beberapa bulan terakhir ini pengeluaran mereka memang banyak. Namun pengeluaran mereka yang paling banyak adalah biaya un
Arian dan ayahnya sangat terkejut ketika melihat daftar pemegang saham terbaru mereka. Mereka tidak menyangka bahwa saat itu pemegang saham terbesar mereka adalah Yesha Altezza. Mereka berdua pun memutuskan untuk menemui Yesha sebelum rapat pemegang saham itu berlangsung. Meminta wanita itu untuk tidak setuju jika ada pemilihan pemimpin baru. Arian pun tidak menolak ketika ayahnya meminta dirinya menemui Yesha ketika wanita itu datang ke perusahaan untuk mengikuti rapat. Mereka memiliki kepercayaan dan keyakinan yang tinggi bahwa Yesha pasti akan setuju atas permintaan mereka, mengingat hubungan Arian dan Yesha saat ini adalah saudara ipar. Sementara untuk para pemegang saham yang memiliki jumlah saham sedikit, Arian dan ayahnya sudah mendatangi mereka dan meminta mereka untuk menolak usulan penggantian pemimpin perusahaan pada saat rapat. Tentu saja dengan imbalan masing-masing mendapatkan saham sebesar satu persen. “Jika memang ada sesuatu hal yang penting yang ingin kamu bicaraka