Yesha duduk di sofa tunggal yang ada di hadapan Rezvan. “Ini tentang Revan,” ucapnya langsung ke inti pembicaraan. “Ada apa dengan Revan?” tanya Rezvan cepat, ia akan selalu hilang kendali setiap kali menyangkut tentang anak kembarnya. “Tidak ada hal buruk yang terjadi dengan Revan.” Mendengar itu, Rezvan menghela napas lega di dalam hati. Ia menyandarkan tubuhnya kembali ke sandaran sofa. “Lalu apa masalahnya?” Yesha menatap Rezvan tepat di mata pria itu. “Tadi pagi pihak sekolah menelepon dan meminta wali dari Revan untuk datang ke sekolahan. Hanna memberitahuku jika selama ini kepala pelayan yang selalu datang sebagai wali dari anak-anak.” “Apa masalahnya kalau Dival yang datang ke sekolah sebagai wali dari Raka dan Revan? Aku sangat sibuk dan tidak ada waktu untuk berurusan dengan hal sepele seperti itu.” Rezvan berkata acuh tak acuh. Rezvan pikir Yesha akan mengatakan hal penting apa tentang anak-anaknya, tidak menyangka bahwa ia hanya mempertanyakan wali dari anak-anaknya.
Yesha menatap gedung dengan dua puluh lantai di hadapannya untuk sesaat sebelum melangkahkan kaki memasuki gedung. Selama menikah, pemilik tubuh tidak pernah sekalipun menginjakkan kaki di perusahaan Rezvan. Tidak heran jika para karyawan terkejut dengan kedatangannya yang tiba-tiba ini. Mengabaikan tatapan terkejut para karyawan, Yesha berjalan menuju meja resepsionis dan langsung pergi ke ruang kerja Rezvan yang berada di lantai delapan belas seperti yang dikatakan oleh resepsionis itu. Sayangnya Rezvan tidak ada di ruang kerjanya ketika ia datang. “Permisi, ke mana Pak Rezvan?” tanya Yesha saat keluar dari ruang kerja Rezvan dan berpapasan dengan seorang wanita yang merupakan sekretaris Rezvan. Sama seperti para karyawan di lantai bawah, wanita itu pun terkejut dengan kedatangan Yesha. Namun secepat mungkin ia memasang senyum ramah dan berkata, “Pak Rezvan sedang ada rapat. Ada yang bisa saya bantu, Bu?” “Tidak. Kira-kira kapan dia akan kembali?” “Kurang lebih tiga puluh menit
“Harus berapa kali kukatakan untuk tidak menemui Raefal di hadapanku?” bukannya menjawab, Rezvan justru bertanya balik kepada Yesha. “Aku tidak mempermasalahkan kau bertemu Raefal, berpelukan atau berciuman dengan dia. Hanya saja jangan pernah di depan rumahku, apalagi di depan gedung perusahaanku.” Rezvan menekankan kata terakhirnya. “Apa kau ingin merusak citraku dan membuat rumor yang mengakibatkan saham perusahaanku turun?” Saat kembali ke ruang kerjanya, Rezvan mendapat laporan dari sekretarisnya bahwa Yesha datang ke perusahaan dan mencari dirinya. Selain itu ia juga mendapatkan laporan dari asisten pribadinya bahwa Yesha bertemu dengan Raefal di depan gedung perusahaan. Tentu saja hal itu membuatnya geram bukan main. Sudah berulang kali ia memperingatkan Yesha untuk tidak bertemu pria lain di sekitar rumahnya, atau di mana tempat dirinya berada, apalagi di depan gedung perusahaannya. Namun sepertinya wanita itu sengaja mengabaikan peringatannya dan mencoba untuk mengejek dirin
“Masuk!” perintah Yesha dari dalam kamarnya. Pintu terbuka dan menampilkan sosok Hanna. Tadi setelah ia selesai memasak untuk makan siang, ia meminta Hanna untuk menemuinya di kamar setelah dirinya menemani Ravindra tidur siang. Ada sesuatu yang ingin ia bicarakan, dan ia merasa saat ini hanya kamarnyalah tempat teraman di rumahnya. “Hanna,” Yesha menatap Hanna yang berdiri di hadapannya. “Dari semua pelayan di rumah ini, aku hanya bisa mempercayaimu. Karena itulah aku ingin minta tolong kepadamu.” Hati Hanna menghangat, matanya berkaca-kaca mendengar ucapan Yesha. “Nyonya, terima kasih untuk kepercayaan yang Anda berikan. Saya berjanji akan menjaga kepercayaan Anda. Jadi, apa yang bisa saya lakukan untuk Anda, Nyonya?” “Aku ingin kamu mengawasi setiap pelayan di rumah ini, termasuk kepala pelayan, Dival.” Yesha berkata langsung ke intinya. Hanna heran dengan permintaan Yesha. Walau banyak pertanyaan di benaknya, tetapi ia tidak berani bertanya atau membantah. Ia hanya bisa menuru
Untuk sesaat Yesha tertegun mendengar panggilan Ravindra untuknya. Dadanya menghangat karena perasaan bahagia yang tiba-tiba menyelimuti dirinya. Tanpa ia sadari, pelukannya pada tubuh Ravindra semakin kencang. “Jangan tinggalkan Ravindra, Bunda,” pinta Ravindra di sela-sela tangisnya. Yesha tersenyum dan mengecup puncak kepala Ravindra berulang kali karena akhirnya ia bisa mendengar Ravindra memanggilanya bunda. “Iya, Sayang. Bunda tidak akan meninggalkanmu. Apa pun yang terjadi. Sekarang sudah malam, Ravindra tidur lagi, ya. Besok kan Ravindra masih harus sekolah.” “Hm!” Ravindra tidak melepaskan pelukannya. Keesokan harinya, di pagi hari saat ia sedang memandikan Ravindra, amarah Yesha benar-benar tidak terbendung kala mendapati tubuh Ravindra penuh dengan luka, baik yang baru maupun yang sudah lama. Dan setelah mengantar Ravindra ke sekolah serta mengunjungi makam orang tuanya, Yesha bergegas pulang dan meminta semua pelayan untuk berkumpul. Hari ini ia akan mendisiplinkan sem
Yesha dan Rvindra berada di ruang keluarga menonton televisi ketika Dival memintanya ke ruang kerja Rezvan tadi. Ia pikir saat ini Ravidnra telah pergi ke kamarnya. Namun siapa yang menyangka bahwa anak itu masih di sana menonton televisi seorang diri. “Bunda!” Ravindra memeluk Yesha yang duduk di sampingnya. “Apa papa memarahi bunda?” Ravindra sangat khawatir dan takut Rezvan akan memarahi Yesha karena telah bersikap baik kepadanya. Selama ini tidak ada orang, kecuali Hanna dan Aldo, yang memedulikan dirinya. Namun saat ini Yesha membelanya dari mereka yang selalu menyakiti dirinya. Bahkan memecat mereka demi dirinya. Selain itu, Ravindra juga merasa nyaman setiap kali Yesha memberikan perhatian kepadanya. Yesha tersenyum lebar dan membelai kepala Ravindra. “Tidak. Kenapa papa harus memarahi bunda?” “Karena bunda membela Ravindra,” ucap Ravindra jujur. “Papa tidak memarahi bunda. Seandainya papa memarahi bunda karena membela mereka, maka bunda akan memarahi papa kembali,” hibur Y
Yesha tampak ragu-ragu, tapi akhirnya ia keluar karena wanita itu terus menggedor pintu kaca mobilnya. “Nona, tolong selamatkan kakak saya.” Wanita itu menggenggam tangan Yesha dengan sangat kuat. Dengan terisak keras, ia berkata dengan cepat, “Kakak saya terluka. Nona, tolong bantu saya mengantar kakak saya ke rumah sakit.” Seketika suhu dingin dari tangan wanita itu menyebar di tangan Yesha kala wanita itu menyentuhnya. “Di mana kakakmu?” Wanita itu menunjuk ke seberang jalan, ke sebuah toko yang tutup dan juga terlihat kotor, seolah-olah sudah lama sekali tidak terpakai. Di emperan toko, seorang pemuda bersandar di dinding toko dengan mata terpejam. Dengan cepat Yesha mengendarai mobilnya dan membawa pemuda itu ke rumah sakit terdekat. Tangannya bergetar hebat karena tiba-tiba ingatan saat ia mengalami kecelakaan memasuki pikirannya. Meski sulit, tetapi Yesha berusaha untuk fokus. Pemuda itu segera mendapatkan penanganan ketika sampai di rumah sakit. Sementara Yesha bersandar d
Kini kegiatan Yesha setiap hari adalah mengantar anak-anak ke sekolah, ke rumah sakit membawakan makanan untuk Nala dan Andra—kakak Nala, serta ke makam ke dua orang tuanya. Yesha sendiri masih memasak untuk anak-anaknya meski ia harus meminta Hanna untuk mengatakan kepada si kembar bahwa itu adalah masakan buatan Hanna supaya si kembar mau makan. Dan benar saja, si kembar mau memakannya dan tidak protes setelah mengetahui bahwa makanan yang dibuat itu adalah masakan Hanna. Hubungannya dengan Alfan pun berjalan baik. Setiap hari mereka bertemu dan mengobrol di kafe setelah mengunjungi makam orang tuanya. Ia pikir Alfan akan kembali ke kampung halamannya karena semua anggota majikannya sudah meninggal. Namun ia tidak menyangka bahwa Alfan ternyata juga sering mengunjungi makam orang tuanya. Bahkan pria itu mengatakan bahwa setiap hari ia datang mengunjungi makam mereka. Bahkan Alfan pun ikut menemani dirinya menjemput anak-anak. Awalnya Ravindra sedikit menghindar ketika ia bersama A
Yesha membuka mata secara perlahan ketika indra pendengarannya menangkap banyak suara di ruang rawat inapnya. Untuk sesaat pandangannya pudar sebelum berubah menjadi jelas. Betapa terkejutnya ia ketika netranya menatap sosok keluarga Altezza tengah mengelilingi boks di mana putrinya berada. “Papa! Mama!” pekik Yesha dengan suara parau. Dengan sedikit kesulitan Yesha mencoba untuk mengubah posisinya menjadi duduk. Mereka semua mengalihkan perhatian dari boks ke arah Yesha. Trisa dengan tanggap menghampiri Yesha dan membantunya untuk duduk. “Pelan-pelan.” “Mama.” Yesha menggenggam lengan Trisa dengan kuat, takut bahwa apa yang dilihatnya saat ini hanyalah halusinasinya saja karena dirinya yang sangat merindukan mereka. Trisa tersenyum lebar. Dibawanya Yesha ke dalam pelukan. “Iya, ini mama, Sayang.” Trisa mengelus lembut kepala putrinya yang hampir tiga bulan tidak bertemu. Yesha memeluk erat. Air mata mengalir membasahi wajahnya. “Jangan tinggalkan aku lagi, Ma.” “Kami tidak akan
Rivania dan Gevarel tidak terbiasa menjalani kehidupan sederhana yang jauh dari kemewahan. Karena itulah mereka menyewa rumah yang lumayan bagus dengan biaya sewa lima belas juta pertahun. Untuk biaya hidup, Gevarel mencoba untuk melamar pekerjaan, tetapi karena pemberitaan mengenai keluarganya, membuat namanya pun ikut terseret. Beberapa artikel menulis tentang keburukannya selama ini. Hal itu benar-benar berdampak besar pada citranya, membuat Gevarel kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan. Pada akhirnya ia hanya bisa bekerja sebagai kasir di sebuah mini market kecil. Sementara Rivania sendiri mencoba menemui beberapa kenalan lamanya dulu, berharap mereka mau membantunya. Bagaimanapun dirinya sudah tidak memungkinkan untuk bekerja di perusahaan. Dan untuk pekerjaan kasar, dirinya belum pernah melakukannya. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Elivia. Wanita itu menyewa seseorang untuk membuntuti Rivania dan memotretnya, dan mengirimkannya kepada Dhimani. Tentu saja pria itu sangat marah
Keesokan harinya, pukul delapan pagi di sebuah restoran, Yesha memesan ruang pribadi untuk mereka. Ia tidak ingin pembicaraan mereka dicuri dengar oleh orang lain. Pasalnya berita mengenai Tuan Rahandika yang menjual perusahaannya pun sudah berada di televisi dan juga media cetak. Mengalahkan pemberitaan mengenai Dhimani yang diketahui memalsukan surat-surat kepemilikan perusahaan. Bagaimanapun para wartawan itu masih sedikit meragukan alasan Tuan Rahandika menjual perusahaan. Mereka meyakini bahwa pasti ada alasan lain yang membuat Tuan Rahandika sampai harus menjual perusahaan. “Ya, aku yang melakukannya.” Alfan mengakui. “Anggap saja ini hadiah untuk ayah dan bunda.” “Jangan bilang kalau sejak awal kamu memang sudah menargetkan mereka.” “Untuk membeli perusahaan, aku tidak merencanakannya. Itu muncul ketika Tuan Rahandika mengumumkan akan menjual perusahannya. Tapi sebelumnya aku memang sudah menargetkan mereka, lebih tepatnya aku menargetkan Arian.” Alfan pun menceritakan semu
Elivia benar-benar tidak menyangka bahwa polisi akan menindak laporannya dengan cepat. Bahkan kasusnya langsung masuk ke pengadilan setelah satu minggu dilakukan penyelidikan. Karena pihak terdakwa tidak memiliki pengacara untuk membela, sidang itu berjalan dengan lancar dan hukuman untuk Dhimani diputuskan pada sidang kedua yang dilakukan tiga hari berikutnya. Walaupun ia ingin Dhimani dihukum lebih, tetapi melihat kondisi Dhimani yang lumpuh, dirinya cukup puas dengan putusan hakim. “Ini adalah saham yang sudah kita sepakati.” Elivia meletakkan map di hadapan Yesha. “Totalnya tiga puluh persen seperti yang kamu minta.” Dua minggu lalu, setelah sidang putusan kasus pemalsuan Dhimani dijatuhkan, Elivia segera pergi ke perusahaan dengan asisten pribadi yang sengaja Rezvan berikan kepada wanita itu untuk membantunya belajar mengelola bisnis. Para pemegang saham memang sempat dibuat terkejut dengan kedatangan Elivia. Namun karena perusahaan yang berada dalam masalah finansial yang ser
Arian menatap Yesha dengan sedikit kebencian di matanya. “Kakak tahu kalau perusahaan ini adalah satu-satunya untuk kami bertahan hidup. Jika kakak tidak ingin menghancurkan keluargaku, seharusnya kakak memilih ayahku untuk tetap menjadi presdir. Jika posisi ayahku digantikan orang lain, kami tidak bisa bekerja di tempat lain karena orang sudah menilai buruk reputasi keluarga kami. Apalagi setelah berita di internet mengenai kehamilan Vania di luar nikah. Tidak ada perusahaan yang mau menerimanya bekerja.” Di luar, keluarga Rahandika terlihat baik-baik saja. Namun pada kenyataannya, keluarga mereka saat ini sangat kacau. Mereka tidak memiliki apa-apa lagi selain perusahaan itu. Karena itulah Tuan Rahandika berusaha keras membujuk beberapa pemegang saham untuk tetap mempertahankan dirinya sebagai pemimpin perusahaan. “Dengar, Arian. Ini adalah dunia bisnis, seharusnya kamu tahu apa yang diinginkan oleh seorang pebisnis. Tidak ada orang yang ingin membuat perusahaannya semakin terpuru
“Ketika aku menemanimu check up dan kita bertemu dengan Rivania. Aku tidak sengaja melihatmu tersenyum kecil ketika melihat Dhimani terbaring di rumah sakit. Karena merasa sedikit aneh, jadi aku meminta Damar untuk menyelidikinya.” Awalnya ia tidak curiga ketika Rivania mengatakan bahwa Dhimani mengalami kecelakaan tunggal ketika pulang dari perjalanan bisnis ke luar kota. Namun ketika ia melihat ekspresi dan senyum Yesha yang penuh kepuasan, ia yakin istrinya pasti telah melakukan sesuatu di belakangnya. Karena itulah ia meminta Damar untuk menyelidikinya. Dan dugaannya terbukti benar, bahwa semua itu adalah ulah istrinya. Walau begitu Rezvan tidak mengatakan apa-apa. Apalagi Yesha sendiri pun tidak mengatakan apa-apa. Meski sedikit marah karena Yesha tidak memberitahunya, tetapi ia mencoba untuk menghargai privasi istrinya. Yesha menghela napas pelan. “Aku tidak bermaksud untuk menyembunyikannya darimu.” Tampaknya memang sulit untuk menyembunyikan apa pun dari Rezvan. Padahal Yes
Dada Rivania berdetak sangat cepat. Tanpa sadar, tangannya terkepal erat. Bagaimana mungkin Yesha bisa tahu rahasia terdalamnya bahwa Gevarel adalah anak Dhimani dan bukan anak Ardhani? Yesha menatap Rivania penuh dengan senyum mencemooh. “Mama tidak perlu menyembunyikannya lagi.” “Omong kosong apa yang kamu katakan!” Apa pun yang terjadi, Rivania tidak akan mengakuinya. Tidak dapat ia bayangkan jika sampai rahasia ini terungkap ke publik. Tidak hanya dirinya, semua anggota keluarganya pasti akan mendapatkan hinaan dan celaan dari semua orang, terutama dari kalangan pengusaha. “Omong kosong?” Yesha tertawa pelan. “Aku yakin mama pasti lebih tahu dibandingkan aku. Atau, mama mau aku mengatakannya secara langsung?” “Dengar, Yesha. Kalau kamu memang tidak ingin meminjami mama uang, tidak apa-apa. Tidak perlu mengatakan omong kosong yang tidak masuk akal dan mengatakan hal-hal yang tidak ada buktinya.” “Kalau mama mau bukti, kita bisa melakukan tes DNA kepada mereka berdua.” “Kau! D
Polisi benar-benar sigap menerima laporan yang diajukan oleh Elivia. Dalam dua hari setelah laporan masuk, polisi langsung menyelidiki Dhimani. Tentu saja hal itu membuat Rivania dan Gevarel terkejut ketika tiba-tiba ada beberapa polisi yang datang ke rumah mereka. Rivania semakin terkejut dengan keterangan polisi yang mengatakan bahwa ada yang menggugat Dhimani atas pemalsuan hak milik atas perusahaan milik mereka. Saat itu juga Rivania mencari pengacara untuk mendampingi Dhimani dalam manangani kasus ini. Rahasia yang selama ini terpendam erat pun akhirnya terkuak. Demi mempertahankan perusahaan yang sudah puluhan tahun, Rivania mengakui semuanya kepada kuasa hukumnya. Mengetahui bahwa pihak kliennya memang bersalah, sang kuasa hukum meminta bayaran lebih jika memang ingin memenangkan kasus ini. Sayangnya saat ini uang tabungan mereka sudah sangat menipis karena beberapa bulan terakhir ini pengeluaran mereka memang banyak. Namun pengeluaran mereka yang paling banyak adalah biaya un
Arian dan ayahnya sangat terkejut ketika melihat daftar pemegang saham terbaru mereka. Mereka tidak menyangka bahwa saat itu pemegang saham terbesar mereka adalah Yesha Altezza. Mereka berdua pun memutuskan untuk menemui Yesha sebelum rapat pemegang saham itu berlangsung. Meminta wanita itu untuk tidak setuju jika ada pemilihan pemimpin baru. Arian pun tidak menolak ketika ayahnya meminta dirinya menemui Yesha ketika wanita itu datang ke perusahaan untuk mengikuti rapat. Mereka memiliki kepercayaan dan keyakinan yang tinggi bahwa Yesha pasti akan setuju atas permintaan mereka, mengingat hubungan Arian dan Yesha saat ini adalah saudara ipar. Sementara untuk para pemegang saham yang memiliki jumlah saham sedikit, Arian dan ayahnya sudah mendatangi mereka dan meminta mereka untuk menolak usulan penggantian pemimpin perusahaan pada saat rapat. Tentu saja dengan imbalan masing-masing mendapatkan saham sebesar satu persen. “Jika memang ada sesuatu hal yang penting yang ingin kamu bicaraka