" Aku baik-baik saja, kamu tidak perlu khawatir," kata He Chunhua. Selain merasa mual ketika mencium aroma pancake daun bawang, dadanya terasa sedikit sesak, tapi sejauh ini belum ada gejala lain yang jelas.
Luo Qiushi tertawa, "Aku tidak khawatir. Tidak sangka aku ingin seorang putri, dan dia benar-benar datang."
He Chunhua meliriknya, "Jangan terlalu senang dulu, belum tahu apakah ini anak laki-laki atau perempuan, mungkin saja anak laki-laki yang nakal lagi."
Chaoyang tertawa terbahak-bahak, meskipun dia tidak tahu bagaimana hasil ujian Jiang Xi, tapi melihat Jiang Xi membalas Sun Yueyue dengan halus membuatnya merasa sangat puas.Sun Yueyue mengira Chaoyang menertawakan Jiang Xi juga, dan mengejek, "Kamu sadar juga ternyata, tapi kontribusi kecilmu itu biar dipakai untuk yang paling bawah saja, tidak akan berpengaruh padaku!"Jiang Xi malas berbicara dengan orang yang bodoh seperti itu, kebetulan guru juga masuk, jadi dia cepat-cepat duduk tegak.Siswa lainnya juga dengan patuh melihat ke arah guru.Chaoyang duduk dengan tegak, memperhatikan guru tanpa berkedip, sambil diam-diam menyenggol Jiang Xi dengan kakinya, lalu berbisik, "Kalau ada soal yang tidak bisa kamu kerjakan, kamu bisa diam-diam menyontek punyaku, aku tidak keberatan."Jiang Xi: "……"Jiang Xi tidak mendengar dengan jelas apa yang dia katakan, karena dia sedang mendengarkan penjelasan guru dengan serius.Guru
Jiang Xi berbalik dan melihat sepasang tangan mengarah ke arahnya. Dia mundur selangkah sambil mengulurkan kakinya. Sun Yueyue tidak menyangka akan ada tindakan seperti itu dan terjatuh tanpa bisa menghindar.Dari sudut pandang orang lain, Jiang Xi tampak bereaksi secara alami seperti kaget dan berhasil berdiri dengan stabil. Dengan berpura-pura terkejut, Jiang Xi berkata, "Kaget sekali aku, Sun Yueyue, kenapa kamu begitu tergesa-gesa?"Sun Yueyue sampai memakan tanah, bibirnya bahkan berdarah. Sekarang dia tidak bisa makan roti kukus tepung terigu putih maupun hitam. Dengan marah dia berteriak, "Jiang Xi, kamu sengaja menjegalku lagi!"Jiang Xi dengan wajah polos berkata, "Aku hanya berjalan biasa, apakah itu salah? Kenapa kamu berlari terburu-buru ke arahku, hampir saja membuat rotiku jatuh.""Aku pikir kamu sengaja menjegal Jiang Xi!" Chaoyang semakin yakin dengan dugaannya, "Kalian berdua itu saudara, kenapa kamu selalu mencari gara-gara kepadanya?"
Chaoyang belum meletakkan tasnya dan sudah berkata dengan bersemangat, "Mama tahu tidak? Jiang Xi belajar sendiri tapi nilainya lebih tinggi dari kami."He Chunhua bertanya dengan penasaran, "Berapa nilainya?"Chaoyang mengacungkan satu jari, "Peringkat pertama, peringkat pertama di seluruh kabupaten. Aku bisa mengerti tidak hanya matematikanya mendapat nilai sempurna, tapi dia juga mendapatkan seratus di bahasa Rusia. Bahasa Rusianya lebih baik sebelas poin dariku, nilainya yang terbaik di kelas kami."He Chunhua sangat jeli menangkap inti pembicaraan, "Maksudmu, kamu mendapat 89 poin?"Menyebutkan nilainya, dia kembali merasa tertekan."Kali ini aku tidak mendapat nilai baik, hanya mendapat peringkat kedua, selisih lebih dari lima puluh poin dari Jiang Xi. Belum pernah merasa sefrustrasi ini."He Chunhua tentu saja tahu kemampuan Jiang Xi, hanya saja dia merasa aneh mengapa Jiang Xi tidak menyembunyikannya. Melihat putranya yang murung, di
"Tentu saja, belajar yang rajin, di masa depan kamu akan mendapatkan lebih banyak dari ini," kata Jiang Xi sambil memotivasinya. Yuanbao juga mengikuti ujian tengah semester kali ini, tetapi hasilnya tidak terlalu memuaskan. Dia adalah siswa pindahan, tidak masuk sepuluh besar, paling hanya bisa dikategorikan sebagai siswa yang ada di tengah-tengah. Awalnya dia merasa dirinya bodoh, tetapi dengan contoh dari kakaknya, dia mendapatkan motivasi untuk belajar lebih giat lagi. Jiang Xi juga berharap mereka semua menjadi lebih baik. Namun, sebelum menjadi lebih baik, mereka harus mengisi perut terlebih dahulu. Bubur yang bisa dimakan hanya sedikit, bagian bawahnya sudah hangus. Anak-anak sudah lapar sejak tadi dan masing-masing sudah makan semangkuk kecil. Jiang Xi memberikan sisa bubur itu kepada babi, lalu memasak nasi lagi. Dari keranjang punggung, dia mengeluarkan beberapa telur, serta timun dan tomat,
"Kakak, Kakak...." "Kakak, cepat bangun." "Kakak, Ibu sudah meninggalkan kita, kakak juga mau meninggalkan kita...huhuhu...." "Kakak, huhuhu...." Jiang Xi digoyang-goyangkan sampai kepala sakit, dengan berat membuka mata. Empat orang anak kecil dengan tinggi yang berbeda, tubuh kotor serta wajah yang penuh dengan air mata dan ingus, menangis sejadi-jadinya. Dia kaget, dengan otomatis mengeserkan tubuhnya dan tidak sengaja memegang sesuatu yang dingin dan kering, langsung membuatnya terduduk. Kenapa di sini ada jenazah? Sebuah tangan hitam memegangnya, dengan menangis tersedu-sedu berkata: "Kakak....untung kakak masih hidup....huhuhu..." Jiang Xi lansung menarik kembali tangannya. Baru menyadari tangannya tidak seperti tangannya, baju juga bukan bajunya. Langung memegang wajah yang kurus kering, jelas bukan wajahnya. Tatapan mata melihat ke sekujur tubuh. Baju yang sudah tidak terlihat warna aslinya, membuat suasana hati menjadi buruk. Membuat sekujur tubuhnya merinding.
Bibi ketiga karena Ibu Jiang Zhaodi meninggal sudah merasa bersalah, lalu mendengar perkataan yang mengangkatnya, jadi tidak enak menyalahkan Jiang Zhaodi di depan orang banyak. Dia pura-pura menghapus air matanya, "Kamu ngomong apa, ini kakak ipar saya. Saya berlutut di sini wajar, cepat kalian juga berlutut dan memberikan hormat." Jiang Xi dan empat anak lainnya berlutut satu baris. Empat anak tidak mengerti mengapa harus memberi hormat, tetapi tahu ini adalah perpisahan mereka dengan Ibu. Adik kedua Yuanbao memberi sujud sampai jidatnya merah. Adik ketiga Mibao menempelkan satu wajahnya ke tanah sehingga wajahnya penuh dengan tanah. Adik keempat Maimiao dengan tubuh lemas dan wajah yang pucat. Xiaoshitou yang terus memberikan hormat tanpa henti, ditahan oleh Jiang Xi. Jiang Xi lalu mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang membantu, merekapun mulai meninggalkan tempat. Pacar bibi mengulur waktu agar untuk pergi, dengan sengaja mengatakan, "Kita harus kembali melanjutkan
Setelah nenek mendengar permintaan bertambah sedikit, langsung menyetujuinya. Selanjutnya, Jiang Xi diskusi dengan nenek langkah selanjutnya, baru kembali ke gerbang desa. Bibi ketiga melihat dia tidak membawa orang untuk membantu, langsung bertanya: "Tidak menemukan orang untuk membantu?" Jiang Xi menjawab sambil mengigit bibir bawahnya, "Ada yang mau membantu, tapi mereka melihat saya anak kecil, tidak ada yang percaya." Bibi ketiga mengerutkan kening, "Lalu bagaimana?" Jiang Xi berpikir sebentar dan berkata: "Bagaimana kalau bibi pergi bersama saya. Jika ada bibi, mereka akan percaya. Yuanbao mereka pasti sudah lapar juga, beberapa hari tidak makan. Saya lihat keluarga itu baru selesai masak, bakpaonya lebih besar dari tinju paman, kita pergi minta beberapa." Bibi ketiga melihat pacarnya, lalu pacarnya menganggukan kepala. Yuanbao mengedip mata dan bertanya: "Kakak, benar ada makanan?" Jiang Xi menganggukan kepala, "Iya, keluarga itu membuat 1 panci besar! "Kalau begitu, b
Sebenarnya Jiang Zhaodi sekolah sampai tingkat SMP.Pada masa itu, bisa sekolah sampai tingkat SMP sangat tidak gampang.Yuanbao baru berusia 8 tahun, baru sampai pada usia untuk masuk sekolah, namun sudah harus berpindah rumah.Adik-adik lain yang baru berusia 5 tahun, baru belajar untuk mengurusi diri sendiri, tentunya belum bersekolah juga.Dia bercerita dengan penuh perasaan, empat adik juga mendengar dengan semangat, tanpa disadari semuanya tertidur lelap. Tertidur beralaskan tanah dan berselimutkan langit.Saat itu sudah masuk ke akhir musim semi, namun angin yang berhembus masih terasa dingin. Jiang Xi meraba-raba ke dalam tas bawaan, yang ditemukan hanya sebuah baju saja. Tidak tahu punya siapa dan bentuknya seperti apa, tanpa berpikir panjang, dia langsung menyelimuti adik-adik yang kedinginan.Dia sendiri sangat lelah dan mengantuk. Sambil memeluk adik-adiknya, diapun tertidur.Keesokan harinya, dia terbangun karena kedinginan. Di hutan belantara, penuh dengan rumput liar. D