Zhaoyang melirik Qi Qiao, merasa kesal karena dia mencuri kalimatnya. Padahal dia juga ingin mengatakan hal itu.
Lalu dia langsung berkata, “Saat paman Zhijie menikah, mereka sudah menyanyikan ‘Dongfang Hong’ dan ‘Dahai Hangxing Kao Duoshou,’ jadi kalian berdua tidak boleh menyanyikan lagu itu lagi. Ganti lagu lain.”
Jiang Xi menatap Ye Chenfei, lalu dengan santai berkata, “Baiklah, kalian sebutkan judul lagunya, kami akan menyanyikannya!”
Sebelum Zhaoyang sempat berbicara, Fang Yu sudah menyahut, “Kalau begitu nyanyikan ‘Hong Mei Zan’.”
Ye Chenfei hanya bisa terdiam. Dia tidak bisa menyanyikan lagu itu; dia hanya menguasai dua atau tiga lagu saja. Dia melirik Jiang Xi, dan Jiang Xi langsung mengerti.
Kebetulan, dia memang bisa lagu itu. Itu adalah lagu tema dari opera Jiang Jie yang dirilis pada tahun 1964.
Dengan mantap, dia mulai menyanyi:
"Di atas batu merah, bunga plum merah bermekaran,
Menjejak es dan salju sejauh ribuan
Belum sempat Jiang Xi menarik napas, bibir merahnya sudah kembali disergap oleh Ye Chenfei. Seperti petir yang menyulut api, gairah mereka tak terbendung.Dengan satu tangan, Ye Chenfei memegangi tengkuk Jiang Xi, seakan ingin menelannya bulat-bulat. Aroma tubuhnya yang harum membuat Ye Chenfei semakin tergoda. Tangan lainnya dengan kikuk mulai membuka kancing bajunya.Hari ini, di balik mantel luar, Jiang Xi mengenakan jaket satin merah dengan kancing hias berbentuk kupu-kupu yang rumit. Ini berkat keahlian tangan Qiao Liyun, yang tak semua orang bisa membuatnya.Namun, kancing tersebut menjadi tantangan besar bagi Ye Chenfei. Ia yang baru pertama kali menghadapi kancing seperti itu, mencoba membukanya namun tak berhasil. Melihat Ye Chenfei yang kesulitan, mata Jiang Xi berkilat dengan tawa.Saat ia berniat membantunya, Ye Chenfei tiba-tiba mencondongkan gigi ke kancing tersebut.“Jangan…”Jiang Xi mengira dia hendak meng
Wajah Jiang Xi putih dengan rona kemerahan, dan sudut matanya mengandung senyum tipis—jelas sekali dia melewati malam yang menyenangkan, jadi apa lagi yang perlu ditanyakan?Tanpa berkata banyak, Zhaoyang memanggil Xuyang mendekat dan berbisik, “Dia kelihatannya baik-baik saja, kita juga sebaiknya pulang sekarang!”Xuyang enggan pergi, “Kak, kenapa buru-buru?”“Kalau tidak buru-buru, apa kamu mau nunggu sampai makan siang di sini juga?” Zhaoyang melotot padanya, merasa tinggal lebih lama akan membuatnya merasa canggung.Xuyang yang tidak terlalu memahami situasinya hanya bergumam, “Kalau makan siang di sini sebenarnya tidak masalah juga.”Jiang Xi melihat kedua kakak beradik itu berbisik-bisik di sudut, merasa heran, “Zhaoyang, Xuyang, kalian berdua sedang membicarakan apa, kok kelihatan misterius begitu!”Xuyang baru hendak bicara ketika Zhaoyang buru-buru menutup mulutnya dan menyahut duluan, "Senua sudah selesai dibereskan, se
"Kakak, Kakak...." "Kakak, cepat bangun." "Kakak, Ibu sudah meninggalkan kita, kakak juga mau meninggalkan kita...huhuhu...." "Kakak, huhuhu...." Jiang Xi digoyang-goyangkan sampai kepala sakit, dengan berat membuka mata. Empat orang anak kecil dengan tinggi yang berbeda, tubuh kotor serta wajah yang penuh dengan air mata dan ingus, menangis sejadi-jadinya. Dia kaget, dengan otomatis mengeserkan tubuhnya dan tidak sengaja memegang sesuatu yang dingin dan kering, langsung membuatnya terduduk. Kenapa di sini ada jenazah? Sebuah tangan hitam memegangnya, dengan menangis tersedu-sedu berkata: "Kakak....untung kakak masih hidup....huhuhu..." Jiang Xi lansung menarik kembali tangannya. Baru menyadari tangannya tidak seperti tangannya, baju juga bukan bajunya. Langung memegang wajah yang kurus kering, jelas bukan wajahnya. Tatapan mata melihat ke sekujur tubuh. Baju yang sudah tidak terlihat warna aslinya, membuat suasana hati menjadi buruk. Membuat sekujur tubuhnya merinding.
Bibi ketiga karena Ibu Jiang Zhaodi meninggal sudah merasa bersalah, lalu mendengar perkataan yang mengangkatnya, jadi tidak enak menyalahkan Jiang Zhaodi di depan orang banyak. Dia pura-pura menghapus air matanya, "Kamu ngomong apa, ini kakak ipar saya. Saya berlutut di sini wajar, cepat kalian juga berlutut dan memberikan hormat." Jiang Xi dan empat anak lainnya berlutut satu baris. Empat anak tidak mengerti mengapa harus memberi hormat, tetapi tahu ini adalah perpisahan mereka dengan Ibu. Adik kedua Yuanbao memberi sujud sampai jidatnya merah. Adik ketiga Mibao menempelkan satu wajahnya ke tanah sehingga wajahnya penuh dengan tanah. Adik keempat Maimiao dengan tubuh lemas dan wajah yang pucat. Xiaoshitou yang terus memberikan hormat tanpa henti, ditahan oleh Jiang Xi. Jiang Xi lalu mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang membantu, merekapun mulai meninggalkan tempat. Pacar bibi mengulur waktu agar untuk pergi, dengan sengaja mengatakan, "Kita harus kembali melanjutkan
Setelah nenek mendengar permintaan bertambah sedikit, langsung menyetujuinya. Selanjutnya, Jiang Xi diskusi dengan nenek langkah selanjutnya, baru kembali ke gerbang desa. Bibi ketiga melihat dia tidak membawa orang untuk membantu, langsung bertanya: "Tidak menemukan orang untuk membantu?" Jiang Xi menjawab sambil mengigit bibir bawahnya, "Ada yang mau membantu, tapi mereka melihat saya anak kecil, tidak ada yang percaya." Bibi ketiga mengerutkan kening, "Lalu bagaimana?" Jiang Xi berpikir sebentar dan berkata: "Bagaimana kalau bibi pergi bersama saya. Jika ada bibi, mereka akan percaya. Yuanbao mereka pasti sudah lapar juga, beberapa hari tidak makan. Saya lihat keluarga itu baru selesai masak, bakpaonya lebih besar dari tinju paman, kita pergi minta beberapa." Bibi ketiga melihat pacarnya, lalu pacarnya menganggukan kepala. Yuanbao mengedip mata dan bertanya: "Kakak, benar ada makanan?" Jiang Xi menganggukan kepala, "Iya, keluarga itu membuat 1 panci besar! "Kalau begitu, b
Sebenarnya Jiang Zhaodi sekolah sampai tingkat SMP.Pada masa itu, bisa sekolah sampai tingkat SMP sangat tidak gampang.Yuanbao baru berusia 8 tahun, baru sampai pada usia untuk masuk sekolah, namun sudah harus berpindah rumah.Adik-adik lain yang baru berusia 5 tahun, baru belajar untuk mengurusi diri sendiri, tentunya belum bersekolah juga.Dia bercerita dengan penuh perasaan, empat adik juga mendengar dengan semangat, tanpa disadari semuanya tertidur lelap. Tertidur beralaskan tanah dan berselimutkan langit.Saat itu sudah masuk ke akhir musim semi, namun angin yang berhembus masih terasa dingin. Jiang Xi meraba-raba ke dalam tas bawaan, yang ditemukan hanya sebuah baju saja. Tidak tahu punya siapa dan bentuknya seperti apa, tanpa berpikir panjang, dia langsung menyelimuti adik-adik yang kedinginan.Dia sendiri sangat lelah dan mengantuk. Sambil memeluk adik-adiknya, diapun tertidur.Keesokan harinya, dia terbangun karena kedinginan. Di hutan belantara, penuh dengan rumput liar. D
Perkebunan dan perternakan nenek menggunakan teknologi paling cangih.Memiliki tanah seluas 100 hektar lebih, 20 hektar untuk menanam gandum, 15 hektar untuk menanam buah-buahan, 20 hektar untuk menanam sayur-sayuran, 15 hektar untuk menanam kedelai, 15 hektar untuk menanam rapa, 15 hektar untuk menanam kacang tanah, semua menggunakan teknologi cangih dalam menanam dan memanen.Selain itu masih ada 15 hektar untuk perternakan ikan dengan kolam alami, penuh dengan tanaman air. Ikan, udang dan kepiting semua ada, siap untuk dipanen.Di samping kolam ikan memelihara bebek, terlihat banyak telur bebek berserakan.Di dalam perternakan terdapat 1000 ekor kambing, 1000 ekor sapi, 2000 ekor babi, 5000 ekor ayam potong, 6000 ekor ayam telur, 1000 kotak lebah madu, semua dipelihara oleh mesin otomatis.Daging kambing, daging sapi, daging babi, daging ayam, telur ayam, minyak sayur, minyak kacang, madu, semuanya dijual secara segar.Juga terdapat sumur 200 meter, air sumur yang segar dan mempuny
Walaupun kondisi lingkungan di sini kurang bagus, namun telur matang tetap bisa membuat perut terasa kenyang.Bukannya tidak mau memberikan bakpao kepada adik-adiknya, tetapi telur akan terlihat lebih masuk akal daripada bakpao. Masih bisa menjelaskan bahwa telur yang ditemukan adalah telur ayam liar, tapi kalau bakpao tidak tahu bagaimana memberikan penjelasannya.Di hutan belantara yang hanya ada tumbuhan dan hewan liar, bagaimana jika empat adiknya bertanya darimana bakpao ini, dia tidak bisa menjelaskan.Jika suatu hari mereka tidak sengaja memberitahukan kepada orang lain, mungkin dia akan ditangkap untuk dijadikan objek penelitian.Rahasia yang hanya diketahui satu orang baru dapat disebut sebagai rahasia.Memanggang telur juga ada tekniknya, kalau tidak, telurnya bisa meledak. Dia mengambil tanah liat di samping sungai, lalu membungkus telur dengan tanah liat, selanjutnya meminta empat adik untuk mencari ranting kering untuk dibakar. Ini adalah cara memanggang telur saat berkem