Paginya Aron berada di tempat yang sudah dinantikan. Ia menyukai aroma perdebatan yang akan dimulai. Semua orang terlihat mengisi kursi mereka masing-masing. Bibirnya tersenyum smirk. Tak jarang dari mereka saling menatap tajam. Terutama pegawai lama dan juga pegawai baru.Ia membuka perundingan hari itu dengan apa adanya, tidak selayaknya resmi. Aron langsung mengarahkan ke topik utama tanpa basa-basi. Ia memberikan sebuah tepuk tangan atas hadirnya para pegawainya. Semua orang terdiam tidak ada yang melawan ataupun memberontak."Terima kasih kalian semua sudah hadir." Aron memperhatikan setiap wajah pegawai barunya. "Jangan sampai ada pertengkaran di antara kalian. Terutama pegawai baru aku memberikan formulir lagi untuk kalian jawab jujur."Mereka yang disebutkan langsung menunduk. Jika mereka melanggar mereka tidak akan dibiarkan hidup-hidup seperti yang tertulis di formulir sebelumnya. Mereka hanya menginginkan gaji yang tinggi. Tetapi mereka harus ingat kalau tidak bisa mengkhia
"Aku akan membuat sebuah gundam untuk melindungi mansion ini. Aku akan menyelesaikan dalam waktu sebulan ini jadi pastikan ruangan bawah tanah sudah kosong," desisnya di telinga Davis.Pria itu tak berkedip mendengar apa yang baru saja dikatakan Aron. Ia mengangguk mengerti lalu memberikan perintah melalui earphone miliknya. "Anda pasti memiliki alasan mempersiapkan rencana anda ini," gumamnya."Benar. Kita tidak boleh menampakkan seberapa kekuatan kita di hadapan mereka. Aku perencanaan untuk membuat tameng pelindung yang menutupi mansion ini. Sayang sekali itu terdengar seperti pecundang karena tak berani melawan." Aron bangkit dari kursinya. "Sebaiknya kita bicarakan permasalahan ini di kamarku. Jangan sampai ada orang yang mendengar pembicaraan kita.""Baik, Tuan." Davis membuntuti Aron. Ia tidak percaya dengan ide menarik itu bisa melawan serangan dari musuh. Tetapi, ia percaya kalau Aron melakukan yang terbaik untuk menegakkan keadilan.Perbincangannya tadi yang membahas kematia
Seminggu kemudian....Aron terlalu sibuk dengan urusan bisnisnya sampai tidak melihat sebagaimana proyek yang dijalankannya saat itu. Ia menuju ke ruangan bawah tanah. Seperti yang diinginkan Aron, ruangan itu hampir selesai. Pembangunan tempat untuk pembuatan gundam lebih cepat dari perkiraannya. Davis membungkuk memberikan salam ketika melihat Aron muncul di lokasi. "Kerjamu semakin baik saja, Pak." Bibir Aron tersenyum sendiri melihat kemegahan ruang penyimpanan gundamnya."Saya berusaha melakukan yang terbaik untuk mewujudkan impian anda. Saya senang kalau anda menyukainya." Tangannya memberikan data pengeluaran untuk pembuatan ruangan itu. "Kami mengerahkan banyak pekerja untuk menyelesaikan proyek anda dengan cepat. Pengeluaran ini sebanding penghasilan saat ini," sambungnya."Selama gaji para pekerja terbayar, aku tidak masalah seberapa pengeluaran untuk mega proyek ini. Kita harus mempersiapkan diri sebelum perang besar akan terjadi." Usai membaca catatan tersebut Aron mengem
Untuk menghasilkan karya yang luar biasa, ia membutuhkan banyak tenaga terlebih untuk melawan parav musuhnya. Aron menghabiskan seluruh hidangan yang ada di atas meja. Perutnya sampai buncit, untungnya ia tidak memuntahkan isi perutnya. Kakinya beranjak keluar dari ruangan.Seluruh pelayannya berdiri menunduk seraya berbaris ketika Aron selesai menyantap hidangan tersebut. Mereka tidak banyak berkomentar. Kakinya bergegas menuju ruangan proyek besar. Aron mengunci rapat-rapat lalu kembali duduk di kursi bundar. Tubuhnya memposisikan bersemedi. Ia memusatkan pikirannya untuk membuat senjata impian tersebut. Kelopak mata Aron tertutup rapat, namun semua hal yang dilakukannya disaksikan oleh dewa langit. Perlahan tapi pasti, dalam waktu setengah jam Aron bisa menyelesaikan ciptaannya. Bibirnya mengembangkan senyum ketika senjata besar di hadapannya sesuai ekspektasi."Apa rencanamu?" tanyanya mengejutkan Aron. "Lihat dirimu kau terlihat serius," ledeknya."Itu kalimat yang cocok untuk
Orlando dan Sora kembali berbaikan. Meski begitu tidak ada gunanya mereka terus bersabar. Lokasi Wings Tea masih banyak dikerumuni warga sehingga para pekerja belum sempat membereskan kekacauan yang ada di kebun itu. Tenggat waktu untuk penjualan mariyuana edisi terbatas pun berakhir. Usaha selama tiga tahun terakhir menjadi sia-sia.Ruangan kamarnya terlihat tertutup rapat dengan tirai, lampu tak menyala, serta ruangan begitu berantakan. Selain itu, Sora tidak menemaninya karena sibuk mengintai para warga yang masih melanjutkan demo. Orlando seperti orang linglung. Ia tidak memiliki tujuan. Meski begitu ia sosok yang begitu tangguh untuk mencapai segala keinginannya.Para warga yang masih menuntut diberi keadilan malah direspon dengan sebuah tembakan. Kebun teh itu dibanjiri darah setiap harinya. Tanah yang mulanya subur gini berubah menjadi kering. Kebun teh itu bukan seperti pemandangan kebun melainkan medan pertempuran. Daun teh hijau kini mengering. "Tidak kusangka performa ayah
Monica menyaksikan seluruh kejadian yang ada di dalam kamar Orlando. Saat menuju perjalanan mansion utama, ia sengaja memantau perkembangan ayahnya. Jarinya melihat berita trending. Napasnya berat, melihat keberhasilan Orlando yang menutup media akan permasalahan itu. Niatan bahagianya hanya sesaat.Tangannya menepuk kening. Ia terlihat kebingungan untuk mencari sebuah solusi. Walaupun ia sekarang tahu rencana Orlando, hatinya tak bahagia. Bibirnya enggan berbicara dengan siapapun. Pandangannya penuh juga arah jalanan kota. Potret dirinya ada di mana-mana, ia tidak tahu harus bagaimana lagi jika ia tidak terpilih menjadi presiden. Begitu terus hingga keraguannya semakin menumpuk."Sebaiknya Nona bercerita ketika ada keluhan. Apa perlu kita mampir ke rumah sakit untuk memeriksa keadaan anda?" tanya sang sopir."Tidak usah. Itu enggak perlu," sahutnya yang masih menampakan raut wajah cerianya itu. Jemarinya mengepal seakan menahan amarah yang ada padanya. Hari ini sangat kacau. Niatan
"Wah.... Sepertinya ada yang baru." Aron menggulir beberapa artikel yang menjadi trending pembicaraan."Presiden Atlantik kali ini memang berbeda. Selain masih muda beliau cantik dan juga pintar. Bagaimana menurut anda? Semua orang menyukai beliau tidak heran beliau menjadi presiden negara ini," ungkap Davis sembari menyodorkan secangkir kopi hangat.Mendengar pernyataan tersebut ia hampir tidak bisa mengontrol dirinya. Aron tertawa terbahak-bahak untuk pertama kalinya. "Itu yang dilihat oleh semua orang tetapi tidak ada yang tahu kenyataannya seperti apa. Mungkin saja itu hanya topeng agar mendapatkan simpati dari masyarakat."Dering notifikasi dari ponselnya terdengar. Satu pesan yang diterimanya bisa membuat senyumnya merekah. Ia pun langsung menyeduh kopi hangat. Aron sudah mempercayakan Davis akan rahasianya. Namun, pernyataan yang baru saja diungkapkan oleh Davis bukanlah hal yang salah melainkan seperti pandangan yang ada di masyarakat. Asisten setianya itu hanya mengungkapkan
Orlando begitu semangat penonton berita yang berisikan tentang pemimpin baru negara Atlantik. Ia tak sabar mengetahui siapakah yang akan menjadi presiden. Tangannya mengepal seakan meminta keajaiban kepada Tuhan. Kali ini calon istrinya itu mendampingi Orlando sebab hari ini adalah penentuan akankah mereka bisa menikah atau tidak.Jemarinya menarik tangan Sora. Mereka saling menguatkan satu sama lain. Dan, hasil pemilihan presiden itu dimenangkan oleh Monica. Mereka nampak bahagia. Orlando memeluknya."Kita bisa menikah! Aku tidak menyangka kalau keberuntungan jatuh padaku secara berturut-turut. Ini luar biasa, Sayang!" teriaknya melampiaskan kegembiraannya itu."Aku juga bahagia. Yang penting jangan sampai ada kata menyerah. Paham?"Orlando mengangguk. "Kita harus menemui Monica sekarang juga. Oh ya, kita juga perlu gaun. Kau sudah siap?" tanyanya balik."Aku selalu siap untuk itu." Sembari memberikan kec*pan di pipi Orlando. Ia tidak sabar untuk menguasai seluruh harta yang dimiliki