Party Mask. Napoli, Italia. "Sudah siap?" suara khas seorang pria berusia Kisaran empat puluh tahunan terdengar."Sudah ayah. Ayo aku tidak sabar ingin melihatnya," seorang wanita berambut merah menyahut dari samping. "Nicholas Matthew, senang bisa bertemu dengan mu lagi, aku sangat merindukanmu."***Dengan menggandeng tangan Nicholas, Caroline memasuki gedung pencakar langit yang akan menggelar pesta topeng.Di tengah perjalanan Caroline tiba-tiba terpeleset karena heelsnya terlalu tinggi, tapi tidak sampai jatuh dan mempermalukan diri."You oke?" Nicholas menghentikan langkahnya karena melihat wanita yang di samping kanannya ini terlihat kesulitan berjalan.Caroline mengangguk sambil meringis. "It's oke. Hanya haknya ketinggian." kata Caroline sembari menatap wajah Nicholas yang susah terpasang sebuah topeng. Tapi tanggapan Nicholas malah seperti mengajaknya berdebat."Apa katamu?" Kata Caroline meminta Pria yang di gandengnya itu mengulang ucapannya."Jangan sampai mempermalukan!
Wanita yang tidak lain adalah Charlotte Ryson, terlihat mengerutkan alisnya tak mengerti dengan pandangan yang tak lepas dari wanita yang beberapa menit lalu bertabrakan dengannya.Tangannya menyentuh dadanya yang tiba-tiba berdetak tidak karuan, Charlotte seperti mengenal wanita itu, tapi di mana? dirinya tak pernah sekali pun bertemu wanita itu.Dan..."Yea dia adikmu..." Ingatan itu samar-samar mendatangi otaknya, perkataan ibunya... Apa ini kebetulan? Melamun tanpa ujung yang jelas dalam tebakan di kepalanya, Charlotte akhirnya membuyarkan apa yang membuat kepalanya sakit kala dering telepon menarik perhatiannya.Dret Segera Charlotte menggeser ikon hijau."Halo morgan, jadi bagai—" Suara Charlotte terlebih dulu menyapa seseorang di seberang telepon."Aku belum bertemu dengan mereka," Kata-kata Charlotte terpotong dengan ucapan cepet seorang lelaki bernama Morgan di seberang telepon. "Terus?""Tapi sepertinya Allin kembali berulah, dia..." Charlotte menghela nafas setelah men
Di dalam benda bersegi yang biasa di sebut life, Nicholas bersama Caroline berdiri saling bersisian.Caroline yang memiliki tinggi 174 cm mendongkak—menghunaskan tatapan tajamnya pada Nicholas yang berdiri tepat di sampingnya. Sedangkan Nicholas sendiri menghiraukan tatapan sang wanita.Dan ternyata Caroline tengah menebak-nebak dengan pikirannya soal sebenarnya dirinya akan di bawa kemana oleh pria tampan di berdiri tegak di sebelahnya itu. Apa pria itu tengah menjalankan misi rahasia, atau...Gosh bodoh Caroline berhenti berpikiran random! Batinnya memukul-mukul kepalanya."Hai kenapa?" Nicholas yang menyadari menghentikan aksi tiba-tiba wanita di sampingnya itu.Hingga akhirnya life yang membawa mereka sampai pada lantai tujuan dan saat life terbuka mereka hanya di sambut kesunyian t
"Nicholas Matthew, sesuai kesepakatan yang telah di buat sepuluh tahun yang lalu, kau akan langsung di nikahkan tepat bulan depan nanti!" Anton—Paman dari pihak ayahnya sekaligus ayah dari Karren melirik Nicholas yang terus diam, tidak berminat mengeluarkan suaranya dalam perbincangan.Ya, tujuannya kesini memang untuk membahas masalah pernikahan.pernikahan dirinya dengan seorang perempuan bernama Charlotte Alhenzri. Perempuan dari keluarga Ryson, anak pertama dari Albert dan Elina. perencanaan pernikahan mereka di landasi atas wasiat kakek mereka.Tapi Nicholas tidak ingin melakukan pernikahan tersebut karena itu, dia membawa Caroline bersamanya."Dan untukmu Nona, kau harus siap untuk-" Perkataan Anton dengan mata yang tertuju pada Caroline di sela oleh Charlotte."Maaf menyela Anda. Tapi pernikahan itu tidak akan terlaksana karena saya menolaknya. Say
Caroline dan Nicholas terlihat sudah duduk manis di kursi mobil yang sekarang tengah melaju di tengah hiruk piruknya kendaraan."Nic, apa yang kau bicarakan tadi dengan Charlotte?" tanya Caroline menoleh pada Nicholas setelah sendari tadi matanya terus tertuju pada pemandangan di luar kaca mobil."Bukan masalah serius." sahut Nicholas tidak minat untuk bercerita."Nic,""Ya, beauty?" Caroline menatap manik biru tajam sang lawan bicaranya itu, "Kenapa kau suka sekali memanggilku beauty?" tanyanya merubah topik."Beauty," entah sadar atau tidak seulas senyum samar terpatri di kedua sudut bibirnya, namun sayang Caroline tak menangkap ekspresi langka dari seorang Nicholas tersebut. "... anggap saja sebagai panggilan sayang dariku."Dan Caroline hanya mampu terkekeh, dengan raut datar lelaki it
Dengan langkah sempoyongan, dua pasang kaki berukuran berbeda itu tampak tergesa di lorong hotel di Napoli, Italia. Tampak sang pemilik tubuh menerobos masuk kamar hotel dengan masih melakukan kegiatan sensual kendati beberapa detik lalu mereka masih di tempat terbuka.BrukTubuh Caroline terjatuh di atas ranjang dengan pandangan sayu. Tatapannya tertuju pada lelaki di hadapannya, Nicholas—yang sama halnya tengah menatapnya dengan lekat, campuran gairah melekat pasti di sepasang mata mereka.Hingga geraman Nicholas terdengar, gairah di mata pria itu terganti saat sebuah ingatan akan kondisi wanitanya terlintas dan menghantam kesadarannya."Sial! Aku tidak seharusnya memancing!" desis Pria itu mengacak rambutnya frustrasi.Padahal dia ingin melakukannya sekarang, tapi larangan alam yang sedang datang pada wanita itu membuatnya tak bisa melakukan apa pun
Di sepanjang lorong rumah sakit, Caroline berlarian dengan wajah cemas juga panik. Setelah menempuh perjalanan panjang akhirnya Caroline sampai juga di negeri tempat tinggalnya.Dan saat ini Caroline telah berada di sebuah rumah sakit tempat adiknya di rawat, dan untungnya rumah sakit yang sama yang di tempati Raquel, Caroline bersyukur akan itu, karena ke depannya ia bisa lebih mudah menemui mereka.Sedangkan Nicholas, pria itu memutuskan tidak ikut karena ada urusan yang juga mendesak dan harus segera di kerjakannya. Dan Caroline tahu urusan itu bukan semata-mata urusan.Well, Caroline tahu dunia suaminya. Bukan permainan sembarangan untuk pria itu, bahkan nyawa saja ikut adil menjadi tameng mereka dalam menghadapi beberapa rintangan berbahaya.Sesampainya di depan ruang rawat adiknya, Caroline terlihat berbicara dengan sang Dokter yang bertanggung jawab akan adiknya."Beruntungnya pasien hanya mendapat beberapa luka ringan, meski ada luka berat di bagian kaki karena mengalami patah
Di jalanan sepi setelah pulang dari rumah sakit, Caroline malah terjebak oleh serangan dari sekelompok pria tidak di kenal. Dua anak buah yang di tugaskan oleh suaminya sudah tergeletak tak sadarkan diri dengan darah segar yang merebas dari kepala. Entah meninggal atau tidak, Caroline tidak tau."Hai, lepaskan!" teriaknya saat seorang pria mencoba menarik tangannya yang langsung saja dia tepis kasar. Geraman menyahut dari pria itu, tangannya kembali di cekal dengan kuat hingga membuat Caroline kesakitan."Ishh... Sakitt. Dasar kurang ajar!" Tidak kehabisan akal, wanita itu melilitkan tangan pria yang menyerangnya lalu mendorongnya."Kau benar-benar wanita menarik, itu sebabnya bajingan itu tertarik padamu!" Caroline mengerutkan alisnya. Dia mulai mengerti arah perkataan pria di hadapannya itu. Berhubungan dengan suaminya kah?"Selain cantik kau juga memiliki tubuh ideal, jela