Share

Bab 2. Wanita Pembunuh

Penulis: Bait Rindu
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-23 11:13:24

Dengan berat hati, sang dokter buka suara, "Dia sudah meninggal di tempat kecelakaan Nona. Mohon bersabar dan tenangkan diri Nona. Saya permisi!"

Deg. Pernyataan tersebut bagaikan terkena sengatan listrik dengan tegangan tinggi. Menyetrum hingga membuat dirinya tidak berdaya. Wanita yang rambut hitamnya berantakan tersebut menggeleng kepala berulang kali. Membungkam mulutnya dan baru berteriak histeris, "Tidaaak! Artuuur. Aku mohon bangun!"

Deraian air mata tidak bisa membendung lagi. Tumpah ruah bagikan air hujan. Valen memeluk erat tubuh lelaki yang sudah terbujur kaku dengan wajah yang masih penuh oleh cairan kental berwarna merah.

"Artur, jangan tinggalkan aku. Aku sangat mencintaimu. Aku mohon bangunlah!" Teriak Valen kencang hingga membuat tenggorokan sakit.

"Sayang, bukankah setelah menghadiri pernikahan Denara, kita juga akan menyusul untuk mengikat janji sehidup semati. Lantas, bagaimana bisa kau meninggalkanku secepat ini, hah?"

***

Reyzain menatap lama wajah ayu Denara di dalam peti yang sudah disulap menjadi sangat cantik. Tapi sayang ia tidak akan pernah lagi mendengar suara yang membuat dirinya bersemangat. 

"Sayang, aku berjanji akan mencari tahu siapa pelakunya. Aku akan membuat perhitungan sebab telah menghilangkan nyawamu," Janji Reyzain yang menatap tajam dan sorot akan kebencian. Tangan kekarnya terkepal. 

Sang sopir membisikkan sesuatu. Dadanya semakin bergemuruh saat tahu pelakunya merupakan orang yang sangat dekat dengan dirinya dan calon istrinya yang telah wafat.

Bibir tebalnya berdesis, "Valenzuela! Tunggu pembalasan dariku. Kau akan merasakan bagaimana rasanya hidup di neraka!"

Sambungnya dalam hati, "Hutang nyawa harus dibayar nyawa. Aku tidak akan membiarkanmu bahagia diatas penderitaan yang telah kau ciptakan. Wanita sepertimu tidak akan kulepas begitu saja!"

"Ken, tolong setelah selesai pemakaman, kau bawa Valenzuela kepadaku!"

"Baik Tuan. Sesuai perintah Anda!"

***

 Valen masih menangis sesenggukan di tempat pemakaman. Waktu semakin senja. Ia masih setia berjongkok serta memeluk batu nisan yang bertuliskan nama Arthur Geofano.

"Ar, kenapa kau tidak mengajakku sekalian?" tanyanya yang hanya dijawab oleh hembusan angin. Syal yang dipakainya melorot. Hidungnya memerah dengan iris mata abu yang membengkak. Ketika ia hendak berbicara lagi. Mulutnya disumpal oleh kain tipis.

Meskipun memberontak, tenaganya tidak sebanding dengan tubuh kekar yang menyekapnya. Dalam hitungan menit, tubuh Valen melemah dan luruh ke tanah. Pria itu segera membawa Valen seperti karung di pundaknya dan melempar dengan kasar ke arah jok mobil.

"Aku tidak bisa menunggu lama untuk menyiksamu Valen. Kau harus membayar setiap sakit yang aku rasakan!"

Bahkan setelah Denara selesai dimakamkan, Reyzain langsung menyeret langkahnya menuju pemakaman, dia tahu bahwa Artur juga dimakamkan di tempat yang sama dengan Denara. Hanya berbeda tempat.

Usai tiba di Mansion, Reyzain segera melempar tubuh Valen ke ranjang dan segera menyiram wajahnya dengan air. Wanita yang masih mengenakan baju hitam itu langsung saja terbangun dan tersedak sebab lubang hidungnya kemasukan oleh air. Rambutnya pun turut basah. Belum juga menetralkan deru napas. 

Lelaki itu mencengkram rahang Valen hingga membuat dirinya meringis dan bertanya kebingungan. "Ada apa Rey? Kenapa kau malah membawaku kemari?"

Reyzain muak dengan wajah yang sok polos tersebut, ia semakin mencengkram erat rahang Valen dan berteriak, "KAU SUDAH MENGHANCURKAN HIDUPKU GADIS SOK POLOS!"

Dengan ketakutan yang kentara, Valenzuela mencoba bertanya, "A-apa maksudnya, Rey?"

"DASAR WANITA PEMBUNUH!" tuduh Reyzain yang tidak bisa diterima begitu saja. Sorot mata elangnya menatap tajam ke arah iris kelabu milik Valen. 

Wanita yang masih berduka itu menggeleng kepala pelan dan ketakutan melihat amarah dari kekasih sahabatnya. "Rey, tolong tenangkan diri sebentar. Sebenarnya apa maksud perkataanmu?"

Rey menghempaskan wajah Valen hingga mencium ranjang. Sementara ia berkacak pinggang seraya menunjuk wajah Valen dengan tatapan bengis.

"Kau harus membayar setiap luka yang telah kau torehkan!"

Usai mengatakan hal tersebut, Rey segera melepaskan sabuknya dan langsung melayangkan cambuk di tubuh Valen.

Ctak!

Valen menjerit keras dan Rey terus menyiksa gadis yang masih berduka tersebut.

"Rasakan! Itu pembalasan dariku sebab Denara meninggal akibat ulahmu!

Deg. Mendengar kata meninggal, membuat hati Valen berdenyut nyeri. 

"De-denara, meninggal? Bagaimana bisa?"

Tanpa merasa kasihan, Rey terus mencambuk Valen hingga menjerit semakin keras.

"Dia meninggal saat akan sampai ke gedung pernikahan. Dan dengan mata kepalaku sendiri, dia tidak bernyawa. Apakah kau tahu bagaimana rasanya kehilangan, hah!" Seru Rey dan melayangkan cambuk pada tubuh Valen tanpa belas kasihan.

"Hentikan Rey. Kau menyakitiku, akh!" teriak Valen menjerit histeris. Seolah tidak mendengar suara kesakitan yang dirasakan oleh Valen, dengan kesetanan, Ia menyiksa wanita yang hampir pingsan itu dengan cambukkan. Tak berselang lama ia menjambak surai hitam milik gadis yang masih kesakitan.

"Rey, hentikan, jangan menyiksaku!"

"Oh, rupanya kau tahu bagaimana rasa sakit itu, hah!" Bentak Rey di depan wajah Valen yang sudah pucat. 

Lalu melanjutkan ucapan, "Kau tidak akan kulepas dengan mudah Valen. Ingat, ini hanya permulaan saja. Oh ya, mulai sekarang kau tidak akan bisa pergi kemanapun juga. Sebab aku sudah mendaftar pernikahan kita! Kau harus patuh akan setiap perintahku!" 

"Ki-kita, menikah? Kapan?"

Dengan kasar, Rey melepaskan jambakan yang membuat kulit kepala Valen terasa panas. Gadis itu sedikit bernafas lega akhirnya tidak merasakan sakit yang begitu hebat meskipun tubuhnya sudah sangat sakit.

"Tidak perlu terkejut. Meskipun begitu, aku tidak akan sudi untuk menikmati tubuh wanita pembunuh seperti dirimu. Camkan itu!" 

Setelah mengatakan hal tersebut, Rey membating pintu kamar dengan keras hingga menciptakan debuman. Membuat Velen berjingkat sebab terkejut.

Air matanya seolah kering. Ia hanya menatap pintu kamar yang telah tertutup dengan pandangan kosong. Hatinya kembali dihantam oleh kenyataan bahwa hari ini tidak hanya kehilangan sang kekasih tetapi juga sang sahabat.

"Denara, apakah mungkin bahwa mobil hitam yang bertabrakan dengan kami adalah kamu, De?" tanyanya dengan memeluk dirinya sendiri.

"De, maafkan aku. Aku sungguh tidak tahu. Seharusnya hari ini aku menyaksikan pernikahanmu dan melihat senyuman mengembang dari bibirmu. Tetapi nyatanya, pernikahan itu berubah menjadi duka. Aku juga kehilangan Arthur untuk selamanya. De, jika kau mendengarku, tolong sampaikan kepada Reyzain. Bahwa kami tidak bermaksud membunuhmu!"

"Arthur, bawa aku pergi bersamamu, jemput aku sehingga aku tidak perlu merasa kesakitan seperti ini," keluh Valen dan tak lama pandangannya menjadi gelap. Ia pingsan di atas kasur sebab tak kuasa menahan perih di tubuhnya akibat ulah Reyner yang mencambuk dirinya tanpa jeda.

Reyzain yang berada di kamar megahnya membanting apa saja benda yang terdapat di meja rias. Ia bahkan memukul cermin hingga kepalan tangannya berlumuran darah.

"Sialan, kau Valen, kau sudah merenggut kebahagiaanku, seharusnya malam ini, adalah malam bersejarah dalam hidupku sebab akan menikmati surga dunia. Tetapi kau menghancurkan harapanku!" teriak Rey di depan cermin yang sudah retak. Hancur berkeping keping seperti hatinya. 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Taka Sh
Rey kasar. awas jatuh cinta pada istrinya sendiri nanti. menghina ujungnya bucin.. jangan kasih kesempatan untuk Rey, Thor... semangat
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjerat dendam pernikahan   Bab 3. Merebut

    Sinar keemasan nampak begitu megah terpancar dari sang Surya. Lamat-lamat, manik kelabu milik Valen terbuka. Kepalanya berdenyut nyeri. Ia meringis sebab merasa kesakitan akibat ulah Reyzain semalam. Bahkan tanpa punya belas kasihan menyiksa dan membuat tubuhnya penuh luka. Luka di hatinya belum sembuh tersebab rasa kehilangan, kini Rey menambahkannya dengan percikan air garam. Dobel sakit, bukan?Perlahan, ia menghentakkan tubuhnya secara perlahan hingga bersandar di dashboard ranjang. Memijit pelipisnya sebab pening yang mendera. Perutnya keroncongan sebab belum menyantap makanan. "Terakhir aku makan saat hendak pergi menghadiri pernikahan Denara, pantas saja aku kelaparan," tutur Valen dan mulai berdiri, pandangan masih saja buram. Ia hendak melangkah, namun pintu kamar dibuka secara kasar."Apa aku membawamu untuk bersantai, hah?!" bentak Reyzain yang sudah berada di hadapan Valen. Sementara wanita itu sudah gemetaran. Dengan langkah lebar, Rey segera menarik pergelangan tangan i

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-23
  • Terjerat dendam pernikahan   Bab 4. Hanya Wanita Bekas

    Mendengar ancaman yang terlontar dari Ezra, membuat Rey mengepalkan kedua tangannya. Sepupunya itu pergi begitu saja setelah melewati pintu kamar. Rey segera melangkah kakinya dan tangan kanannya mencengkeram erat rahang Valen."Apakah kalian hendak berbuat mesum di Mansionku? Sungguh menjijikkan! Selain pembunuhan, rupanya julukan wanita murahan melekat padamu!"Netra kelabu milik Valen berkaca-kaca mendengar penuturan yang tidak pantas tersebut. Padahal hubungan Ezra dan dirinya hanya sebatas sahabat. Artur pun juga tahu tentang hal itu."Ke-kenapa pikiranmu picik sekali, Rey? Aku tidak seperti wanita yang kamu tuduhkan!"Rey melepaskan cengkraman itu kasar hingga kepala istrinya terbentur dashboard ranjang."Akh!" teriak Valen merasakan kesakitan. Sementara sang suami berkata dengan ejekan. "Tidak murahan? Tetapi menggoda sepupu suaminya? Belum ada 24 jam kau menjadi istriku dan kau sudah ketahuan berselingkuh. Hebat!"Rey bertepuk tangan lantas kembali mengucapkan kata-kata sarkas

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-23
  • Terjerat dendam pernikahan   Bab 5. Hasutan

    Di kala senja itu, Valen tidak menduga bahwa dirinya masih hidup. Padahal ia sudah melukai dirinya sendiri dengan pecahan kaca. Tatapan matanya tertuju pada telapak tangannya yang sudah diperperban.Hanya dengan menggunakan tanktop dan Hotpants, sudah membangkitkan sisi liar dalam diri Rey yang ingin segera dituntaskan. Namun ia ingat kata-katanya bahwa meskipun istrinya itu bertelanjang sekalipun ia tidak akan tergoda.Rey menggelengkan kepala berkali-kali, membuat Valen kebingungan."Rey, kau tak apa?"Rey gelagapan telah berfantasi dengan pikirannya yang nyeleneh untuk segera mengeksekusi istrinya yang dikira tidak suci lagi.Dengan tatapan tajam ia berteriak, "Apa? Kau pikir dengan aksimu bunuh diri dengan hanya pakaian minim begitu bisa membuat aku tertarik? Kau salah besar!"Velen semakin bingung dengan pembicaraan yang dilontarkan oleh suaminya. Dalam hati Valen bermonolog. "Menggoda? Sejak kapan diriku menggoda dirinya? Tadi dia geleng-geleng, juga tersenyum sendiri. Persis or

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-23
  • Terjerat dendam pernikahan   Bab 6. Tergoda

    "Aku sebenarnya sudah mengatakan bahwa sebaiknya Valen bekerja saja dengan cara yang halal. Aku tahu, kebutuhan di jurusan seni dan tata busana itu sangat mahal," adu Denara yang mulai berkata dusta tentang sosok Velen yang selalu unggul darinya. Sejujurnya Denara begitu cemburu melihat kesuksesan yang diraih oleh Valen karena kerap kali mendapat pujian dari sang Dosen. Apalagi di tempat kerja paruh waktu tersebut, banyak desain yang dia ciptakan laku keras. Hingga timbul dengki dalam diri pemilik iris sebiru safir tersebut."Aku tahu, pasti berat harus tinggal satu atap dengan orang yang kelakuannya minus. Oh ya, setelah aku selesai dengan pekerjaan. Aku ingin mengajak dirimu ke suatu tempat," ucap Reyzain tiba-tiba. Ia akan memberikan sebuah kejutan hingga sang kekasih merasa dicintai. Ia sudah menyakinkan hatinya, bila Denara adalah calon istri yang baik dan sempurna.Mata Denara berbinar, ia pun mengajukan tanya, "Kau ingin membawaku kemana, Rey?"

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-21
  • Terjerat dendam pernikahan   Bab 7. Menampik Rasa

    Rey gelagapan saat mendengar perkataan wanita yang bibirnya begitu menggoda. Ia terpaksa melepaskan cengkraman tangannya pada rahang Valen guna menyingkirkan gelenyar aneh yang merasuki pikiran dan hatinya. "Urus saja pekerjaanmu! Jangan menggodaku! sebab sampai kapanpun juga, aku tidak berminat pada tubuhmu yang sering gonta-ganti pasangan. Benar-benar murahan!" hina Rey diiringi dengan tatapan jijik lalu berdiri.Valen yang dalam posisi duduk, mengadahkan kepalanya dan bertanya, "Lantas, kenapa kamu malah mengikatku dengan adanya pernikahan?""Apakah kau pikir, aku menikah denganmu karena ingin, hah? Jangan bermimpi. Justru dengan adanya pernikahan ini, aku semakin leluasa untuk menyiksamu. Jangan lupa, bagaimana Denara meninggal akibat ulahmu dengan tunanganmu itu!" tuding Rey dengan nada tinggi, setelahnya ia berbalik badan dan pergi dari kolam renang. Meninggalkan Vallen yang tertegun di tempatnya.Wanita yang sedang dalam masa berkabung itu

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-23
  • Terjerat dendam pernikahan   Bab 8. Tidak mudah tertipu

    Julia hanya mengangguk saja, sementara Vallen menggelengkan kepala berkali-kali."Dia sangat rakus rupanya," cicit Vallen berkomentar dan ia mendaratkan bokongnya pada kursi. "Bibi, ayo makan bersama."Julia menggeleng kepala. Vallen pun mengancam, "Baiklah jika bibi tidak mau ikut sarapan. Sebaiknya aku juga tidak sarapan. Biarkan saja aku pingsan. Dan jika sampai aku mati, bibi yang akan disalahkan!"Wanita berusia senja itu sedikit ketakutan. Ia segera duduk berseberangan dengan majikannya. Vallen tersenyum melihatnya.Keduanya sama-sama sarapan. Julia membersihkan piring sementara Vallen segera menyapu. Pukul setengah tiga, semua halaman sudah disapu bersih.Julia datang membawa cemilan dan es mangga. Vallen menerima dengan riang. "Terima kasih banyak, bibi.""Sama-sama. Saya bersyukur bahwa Nona Vallen yang menikah dengan tuan Reyzain," ucap Julia tiba-tiba.Dahi wanita bermata kelabu itu saling tertaut tersebab kebingungan. "Maksudnya Bibi Julia, apa?"Julia pun berlalu dari ha

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-26
  • Terjerat dendam pernikahan   Bab 9. Noda di sprai

    Temaram malam menyapa ketika Vallen dan Ezra sampai di mansion milik Reyzain. Pria yang berada di dalam mobil tersebut hendak membangunkan Vallen yang tertidur pulas namun enggan. Ia memilih untuk membuka mobil dan membawa Vallen ke dalam gendongan. Rey yang berada di ruang kerja mengintip di balik jendela saat sang istri di bopong. Ia segera turun dari tangga. Bertepatan dengan itu, Ezra hendak menaiki tangga namun urung saat Rey justru bertepuk tangan."Wah, wah, rupanya kalian bersenang-senang di luar sana ya? Baru ingat untuk pulang? Oh aku tahu, pasti kalian sudah melakukan banyak gaya sehingga wanita dalam gendonganmu itu tertidur pulas!""Apa maksudmu, Rey?""Jangan berpura-pura Ezra. Aku tahu bahwa Vallen sudah kau pakai berkali-kali. Mungkin saja kalian berdua sudah puas bercinta sehingga kau kembalikan," sindir Rey yang membuat netra Ezra melotot. Bukan karena tuduhan yang diucapkan. Melainkan karena tidak menduga bahwa perkataan sepupunya begitu pedas. "Jaga bicaramu Rey!

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-26
  • Terjerat dendam pernikahan   bab 10. Babu

    "Mama, papa, lho, kok sudah sampai?" tanya Rey kepada orangtuanya yang membuat dirinya begitu syok. Monik, segera menjewer telinga sang anak hingga menuju ke ruang dapur. Membuat pemilik mata elang tersebut kesakitan. Vallen yang melihat orang tua Rey segera memberikan penghormatan."Selamat pagi Tante Monik, Om Darwin," sapa Vallen tulus. Monik segera melepaskan jeweran tersebut. Dan justru menghambur ke pelukan sang menantu. "Oh, selamat pagi juga menantu. Maafkan Mama ya bila tidak bisa hadir," sesal Monik dengan mata berkaca-kaca.Sebenarnya Vallen sendiri merasa aneh. Kenapa ibunya Rey justru bersikap baik kepada? Atau mungkin dia mengira bahwa dirinya adalah Denara, begitukah? Pikir Vallen."Ayo sayang duduk dulu. Biarkan Mama yang akan memasak.""Tapi Tante, bukankah baru saja tiba dari Indonesia? Sebaiknya biarkan Vallen yang memasak," tolak wanita bermata kelabu merasa tidak enak. Rey dan Darwin hanya saling pandang.

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-28

Bab terbaru

  • Terjerat dendam pernikahan   Bab 58. Membujuk

    Rey mengelus leher belakangnya dan menyahut, "Hanya sekedar kenalan saja, Ken.""Selama sebulan ini, Tuan Rey kemana?" tanya Ken. "Aku sedang ada urusan bisnis Ken," Balas pemilik netra elang sekadarnya. Sang ajudan menimpali, "Tuan Yakin tidak sedang berbohong? Urusan penting apa itu? Sebab kesibukkan bisnis Tuan sudah diambil alih papa tuan. Tuan Darwin dan nyonya Monik kembali terjun ke perusahaan yang Tuan Rey kelola.""Aku, berbohong? Apakah wajah tampanku ini seperti orang penipu, Ken?" Rey terlihat marah membuat Ken tersenyum. "Tuan tidak bisa berbohong padaku. Pasti sebuah rahasia besar yang kini menimpa Tuan hingga tak pernah pulang. Benarkan?""Hah, kau sok tahu."Ken kemudian melanjutkan. "Aku sangat mengenal siapa tuan Reyzain. Nona Shen bahkan menghilang dari rumah tuan Barata karena melihat foto tuan bersama perempuan lain yang sedang sama-sama polos berada di dalam selimut yang sama.""Apaaa?!" teriak Rey terkejut dengan suara lantang. Lalu buru-buru membungkam mulut

  • Terjerat dendam pernikahan   Bab 57. Di rumah sakit yang sama

    Ken ingin berucap, namun Barata mengusir dengan gerakan tangan. Membuat ajudan menantunya hanya bisa menurut dengan perasaan yang tak terduga. Ken segera membopong Meysha dan meminta calon istrinya untuk membukakan pintu rumah dan mobil. "Kita bawa nyonya ke rumah sakit saja, Gis," ujar Ken dan diberikan anggukan oleh Giska. Reyzain yang melihat dari teropong pun segera turun dari Villa guna memasuki Mansion Barata. "Ayah mertua, ayah!" teriak Rezain berang. Ia kesal sedari tadi diabaikan. Apalagi tidak nampak tanda-tanda Shenina dan Alvin. Padahal ia sangat merindukan keduanya. "Ayah. Dimana kau sembunyikan istri dan anakku!" seru Reyzain lagi kemudian menaiki tangga guna mencarinya di kamar. Namun, tak ada siapa-siapa. Kakinya ia ayunkan menuju ruang baca sebab hanya ruangan itu yang tak bisa dijangkau oleh penglihatannya lewat teropong. Ia langsung saja masuk sebab pintu sudah terbuka. Rey yang sedang tersulut amarah pun bertanya, "Ayah, kenapa ayah berbohong padaku, hah? Buk

  • Terjerat dendam pernikahan   Bab 56. Barata bersikap aneh

    "Apakah kau sudah memikirkannya Shen? Tinggal di panti bersama bayi Al?" tanya Ezra sekali lagi. Shenina mengangguk mantap. "Benar Ez. Aku tumbuh besar di sana. Lagipula ibu panti sudah sangat tua. Jika bukan karena kau yang memberikan donatur tetap mungkin panti itu sudah lama dirobohkan. Jadi, bantu aku ya, please?"Shenina sampai menyatukan kedua tangannya di depan dada sebagai tanda permohonan. Ezra sangat mencintai wanita di hadapannya. Ia berpikir jika bisa menuruti Shen bisa merebutnya dari Rey secara halus. "Akan aku pertimbangkan. Sebab ada beberapa resiko yang nantinya akan kau tanggung. Sekarang sarapanlah, kasihan bayimu bila tidak sarapan.""Oke. Aku akan meminjam dapur, dan kau jaga Alvin sebentar ya," kata Shen seraya bangkit dari duduk. Ezra hanya tersenyum saja sebagai jawaban. "Hai baby Al. Panggil aku ayah nanti ya? Sebab sebentar lagi kita akan menjadi pasangan anak dan ayah yang sempurna," kelakar Ezra berbicara pada Al yang sedang memejamkan mata disertai isap

  • Terjerat dendam pernikahan   Bab 55. Rencana

    "Mas, sebaiknya katakan apa rencanamu," sergah Meysha yang membuka pintu perpustakaan secara kasar. Barata segera mengganti layar laptop menjadi grafik pendapatan rumah sakit dan hotel guna membandingkan profit. "Memangnya apa yang aku lakukan, Mey?" "Sikap Mas Bara begitu berbeda hari ini, pasti Mas menyembunyikan sesuatu," tuduh sang istri dan Bara tak menanggapi. Hal itu membuat Meysha sangat kesal. "Oke, jika tidak ingin berkata jujur, malam ini tidurlah sendiri dan jangan coba merengek!""Iya, Mas rencananya mau lembur," jawab Barata santai, membuat sang istri gregetan dan menghentakkan kakinya sebab sangat kesal. Jadi ia memilih menengok cucunya. "Shen, boleh gendong baby Alvin?" tanya Meysha ketika memasuki kamar anaknya. Shenina yang duduk di pinggiran ranjang, sedang menyusui anaknya pun semakin erat mendekap baby Al. Ia begitu takut sebab sang ayah tadi sudah memisahkan keduanya. Shenina menggelengkan kepalanya. "Jangan ambil anakku, Ma. Jangan pisahkan kami," jawab Sh

  • Terjerat dendam pernikahan   Bab 54. Jangan pisahkan

    "Kenapa papa bilang begitu, aku yakin Rey tidak akan mungkin menghianatiku. Aku tahu siapa suamiku, pa. aku mohon jangan pisahkan kami," mohon Shen seraya menangkupkan kedua tangannya di depan dada.Barata masih saja keukeuh meminta sang anak untuk berpisah. "Jika kau tidak mau berpisah dengan Rey. Maka jangan harap bisa menemui putramu lagi!"Bara mengambil paksa bayi yang ada di box dan membawa pergi entah kemana. Shen hanya bisa meruang sejadi-jadinya. rinai hujan di pipinya begitu deras. Monik juga tidak menduga bahwa sahabatnya tega memisahkan ibu dan anak. "Apakah Bara itu sudah tidak waras! Memisahkan Shenina dengan bayinya. Benar-benar tidak masuk akal! Dasar kakek tua gila" umpat Monik dengan amarah yang begitu kentara. Ia segera membantu menantunya untuk berdiri. Memeluknya serta mengelus punggung Shenina guna menenangkan. "Shen, jangan pikirkan hal-hal yang tidak penting. Mama percaya bahwa Bara tidak akan menyakiti cucunya sendiri. Mengenai Rey, mama meminta maaf. Karena

  • Terjerat dendam pernikahan   Bab 53. Pisah saja

    Mendengar perkataan Ken, orang-orang yang berada di ruang makan menghentikan aksi sarapan. Shen terhenyak. Padahal niatnya adalah untuk menjodohkan Ezra dengan Giska."Gis, kalian berdua sudah saling mencintai ya setelah Ken menjemput ke Indonesia? Wah, padahal baru seminggu yang lalu, lho," goda Shen membuat Giska kikuk.Wanita asal Indonesia itu berkata, "Hahaha, sepertinya Mas Ken salah makan obat Mbak Bule, makanya pagi-pagi begini melawak. Kan Giska pengen melanjutkan pendidikan dulu, baru nikah."Ken sungguh kecewa, artinya dia sedang ditolak sekarang? Jadi ia pergi begitu saja dari ruangan tanpa sepatah katapun."Ken marah sepertinya, ayo segera bujuk dia." Giska berupaya tersenyum, "Biarkan saja Mbak Bule, mungkin mas Ken pengen sendiri."Ezra pun ikut berkomentar, "jadi, Ken itu siapanya kamu, Gis?"Giska menjawab kaku. "Bukan siapa-siapa Mas Ezra.""Kalian berdua sudah saling mengenal?" tanya Shen penasaran. "Dulu, Giska sempat bekerja di rumahku yang ada di Jakarta. Terny

  • Terjerat dendam pernikahan   Bab 52. Rencana licik Ezra

    Ezra membaringkan bayi mungil itu dengan hati-hati. Shen bernafas lega dan mengucapkan terima kasih."Jika begitu aku turun dulu ya, takutnya Rey tiba-tiba datang dan malah salah paham. Tahu sendiri gimana posesifnya si Rey. Dulu saja kami menyukai wanita yang sama.""Oh, tidak masalah bila dahulu ia mencintai wanita lain. Sekarang kan aku sudah menjadi istrinya yang dicintainya," sahut Shen bangga."Aku juga turut bahagia. Oh ya selamat malam, Len. Bila butuh bantuan kau bisa turun memanggilku."Shen hanya merespon dengan anggukan. Ezra segera menutup pintu diiringi seringai yang menakutkan."Bila kau tak bisa kudapatkan dengan cara halus, masih ada cara lainnya untuk membuat kalian berdua salah paham."***Tengah malam ketika semua orang terlelap, Ezra diam-diam mengendap untuk ke ruang belakang rumah yang tak terawat. Dengan menggunakan masker, otomatis ia tidak akan ketahuan. Sebuah cairan dioleskan sapu tangan. Membuka pintu yang gelap. Rey pun memicingkan mata guna melihat siapa

  • Terjerat dendam pernikahan   Bab 51.Kedatangan Ezra

    Pria berpakaian serba hitam itu menyeret tubuh Rey ke halaman belakang rumah. Ada sebuah gedung tua yang tidak pernah digunakan. Pria itu mengikat tubuh Reyzain pada tiang dan menyumpal mulutnya dengan kain agar tidak berteriak.Pria berpakaian serba hitam tersebut segera keluar dari gudang dan menuju toilet untuk melepaskan masker. Netra hitamnya berbinar tatkala melihat wajahnya di depan cermin."Vallenzuela, meskipun kau sudah pernah melahirkan. Namun aku akan tetap mencintaimu."Ia segera keluar dari toilet dan memberikan sebuah kado untuk wanita yang dicintainya."Vallen?" Shenina yang mendengar suara yang begitu familiar segera menoleh ke arah kiri. Mata kelabunya berkaca-kaca saat tahu siapa yang datang."Ezraaa! Ya ampun sudah lama sekali ya aku tidak melihatmu. Apa kabar?"Ezra tersenyum dan menyahut, "Tentu saja aku baik. Oh ya, dapat salam dari ibu panti dan anak-anak. Maaf baru tahu jika kau mengadakan pesta.""Tidak masalah, Ez. Sebaiknya kita duduk dulu," ajak Shenina s

  • Terjerat dendam pernikahan   Bab 50. Pesta

    Rona bahagia terpancar dari wajah Shenina beserta Reyzain yang sedang berpose seraya menggendong bayi Alvin. Keluarga kecil tersebut kompak mengenakan pakaian serba ungu yang dikombinasi warna abu. Para lelaki mengenakan setelan jas abu-abu, sementara perempuan mengenakan dress selutut warna ungu.Malam ini kediaman Mansion milik Barata ramai oleh para tamu undangan yang menghadiri acara pesta untuk dua bayi yang lahir disaat bersamaan. Dekorasi pesta terlihat glamor dengan adanya hiasan lampu, bunga warna ungu, ornamen kupu-kupu, serta balon. Adapun nama dua bayi yang tertera di dinding yang ditempel dengan kain abu-abu. Sementara Cherry juga tampak bahagia karena bisa berfoto bersama sang suami, Glen dan juga putrinya.Kebahagiaan tersebut sangat penting baginya karena ia khawatir bahwa papa mertuanya tidak menyukai Glen karena wajah yang begitu persis dengan Gladwin."Terimakasih banyak kepada para hadirin yang sudah datang dalam acara pesta cucu-cucu saya. Semoga, keduanya selalu

DMCA.com Protection Status